MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Harga komoditi cabai belakangan kembali semakin pedas. Kenaikan harga pupuk dan sarana produksi (Saprodi) menyebabkan kenaikan harga cabai di pasaran.
Salah satu petani cabai di Dukuh Baran Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, Warisan, mengatakan salah satu faktor kenaikan harga cabai ini tidak lepas karena terus meningkatnya harga pupuk.
“Biasanya pupuk itu sekitar Rp 100 ribu sekarang jadi Rp 150 ribu atau Rp 135 ribu. Ya (harga jualnya) terus dikejar petani,” ungkap Warisan kepada Malang Posco Media, Senin (4/7).
Apalagi, lanjut Warisan, petani seperti dirinya juga punya tanaman lainnya seperti komoditi sayuran, yang mana notabene sangat sulit untuk naik harga. Akibatnya peluang mendapat untung hanya dari komoditi cabai.
“Tahun kemarin petani juga tidak bisa naik, kena ada harapan cabai bisa mahal. Di petani, harga untuk pupuk saja sudah habis. Jadi peluang untung ya di cabai,” tambahnya.
Dikatakan Warisan, dirinya pun tidak mengambil keuntungan yang besar. Sehingga harga yang dijual dari petani ke tengkulak atau distributor berkisar Rp 75 ribu per kilogram dari sebelumnya berkisar Rp 50 ribu per kilogram. Ia memperkirakan harga makin membengkak karena faktor biaya transportasi dari tengkulak tersebut.
“Katanya yang mengambil, dibawa ke ke luar daerah juga sampai ke Surabaya dan Porong,” terangnya.
Selain faktor harga pupuk, lanjut Warisan, kenaikan harga cabai ini juga dipengaruhi adanya penyakit cacar di tanaman cabainya. Akibat penyakit itu, jumlah produksinya menurun drastis.
“Biasanya sekarang itu panen sebanyak 35 kilogram tiap minggu. Kalau ada cacar, kalau saya tidak diambil, tapi dibuang. Kalau tidak ada cacar ya bisa satu sampai satu setengah kuintal tiap panen (produksinya). Panennya itu setiap minggu,” jelasnya.
Penurunan yang sangat signifikan inilah yang juga mempengaruhi kenaikan harga cabai. Ia berharap harga cabai untuk tidak turun karena harga pupuk dan faktor penyakit masih ada.
“Saya harap kalau tidak dapat (menjual seharga) Rp 100 ribu per kilogram, ya paling tidak Rp 75 ribu perkilogram sudah bagus. Jangan turun sampai Rp 50 ribu perkilogram begitu,” harapnya.
Terpisah Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Sapto Wibowo menyampaikan bahwa tidak hanya petani cabai di sekitaran Kota Malang saja, tapi kebanyakan petani cabai saat ini memang menghadapi serangan penyakit itu.
“Di beberapa tempat produksi dari petani-petani itu memang turun (produksinya). Disebabkan karena penyakit itu hingga menimbulkan adanya tambahan biaya untuk obat obatan. Jadi kami kategorikan dengan gagal panen atau diserang penyakit dan kita juga tidak bisa berbuat banyak. Itu tidak hanya terjadi di Kota Malang saja, di beberapa daerah juga mengalami hal demikian,” jelas Sapto. (ian/aim)