Kebutuhan Jelang Lebaran
MALANG POSCO MEDIA– Harga sejumlah komoditi bahan pokok penting (Bapokting) flutuatif alias labil. Begiu juga kebutuhan lain mulai merangkak naik. Di sisi lain, pendapatan warga dianggap belum stabil.
Harga komoditi yang umum dicari masyarakat cendrung tinggi di pasaran, terutama cabai rawit merah, cabai besar, dan termasuk harga telur.
Harga bapokting tersebut fluktuatif atau naik turun di angka yang masih tinggi sepanjang pekan pertama bulan puasa ini. Hal ini terpantau misalnya di Pasar Pakisaji Kabupaten Malang.
Pedagang peracangan di Pasar Pakisaji, Juariah menyampaikan harga cabai rawit Selasa (4/3) lalu tembus Rp 120 ribu per kilogram (kg). Harga ini menurun Rabu kemarin menjadi Rp 80 ribu per kg. Harga tersebut jauh dari harga normal yakni Rp 60 ribu per kg.
Menurut Juariah, faktor kenaikan harga cabai rawit ini bisa karena faktor cuaca sehingga barang berkurang terlebih awal bulan puasa. “Faktornya cuaca. Petaninya juga libur ke kebun awal puasa sehingga barang sedikit,” kata pedagang berusia 52 tahun tersebut, Rabu (5/3) kemarin.
Begitupula dengan cabai merah besar harganya Rp 50 ribu per kg. Normalnya Rp 40 ribu per kg. “Tomat awal – awal puasa, rata-rata melonjak, dua hari yang lalu Rp 10 ribu per kg. Sekarang Rp 8 ribu per kg,” sambung Juariah.
Sementara, harga bapokting lainnya yang umum dicari masyarakat seperti beras, telur, gula, daging ayam, dan minyak goreng cendrung masih di harga normal.
“Gula normal Rp 17 ribu per kg. Minyak goreng juga harganya normal. Telur Rp 28 per kg. Kalau naik paling tinggi harga telur di angka Rp 29,5 ribu,” tambah Juariah.
Pedagang daging ayam, Nuratin mengatakan harga daging ayam Rp 34 ribu per kg. Harga ini disebutnya sudah normal. Paling tinggi harga daging ayam Rp 40 ribu per kg. “Biasanya hari ke 25 puasa, menjelang Lebaran naik,” kata Nuratin.
Sementara itu harga tiket jasa transportasi komersial seperti bus dan travel masih normal pada pekan pertama bulan puasa ini. Harga tiket biasanya akan naik tujuh hari sebelum dan setelah Lebaran.
Seperti disampaikan oleh Penanggung Jawab Bus Bagong Area Landungsari, Ivan Hermawan. Ia menegaskan harga tiket bus masih normal saat ini.
Misalnya rute Malang – Kediri Rp 30 ribu dan rute Malang – Jombang Rp 35 ribu. “(Menjelang lebaran) tusla pasti ada kenaikan, (Biasanya) tujuh hari sebelum dan sesudah,” tambah Ivan.
Karyawan penyedia jasa transportasi lainnya bernama Traveline Kepanjen yang berada di Jalan Sultan Agung, Shanti menyampaikan bahwa harga tiket bus naik setelah Lebaran.
Sedangkan travel naik biasanya sudah dipatok 10 hari sebelum lebaran. “Travel masih harga normal saat ini. Misalnya ke Bandara Juanda Rp 130 ribu per orang. Ini masih normal,” katanya.
Selain harga bahan pokok mulai merangkak naik, harga beberapa komoditi lainnya juga terpantau mulai naik. Salah satunya harga emas, khususnya Emas Antam. Tren kenaikan mulai kian terasa di masa bulan puasa ini.
Ini djelaskan Syauqi, penjaga Toko Emas Bulan Purnama di Jalan Pasar Besar Malang. Kemarin, ia menjelaskan Emas Antam naik cukup signifikan.
“Emas Antam dari Rp 1,1 juta sekarang Rp 1,5 juta. Naiknya sejak awal tahun ini dan naik terus sampai sekarang,” papar Syauqi saat ditemui Malang Posco Media, Rabu (3/5) siang kemarin.
Bulan Purnama Pasar Besar Malang menyediakan emas Antam mulai dari berat 0,5 gram hingga 100 gram. Saat ini dikatakan Syauqi jumlah orang membeli dan juga menjual Emas Antam sama besar jumlahnya.
Bahkan kini lebih banyak orang yang membeli Emas Antam karena tren kenaikannya yang cukup baik dalam satu bulan terakhir ini.
“Kalau emas biasa harga masih stabil. Masih Rp 650 ribu sampai Rp 780 ribu per garamnya. Kami ada 4,5,6 sampai 9 karat di sini. Masih belum ada kenaikan transaksi jual dan beli yang signifikan sih saat ini masih stabil,” tegas Syauqi.
Sementara itu pantauan Malang Posco Media di lapangan untuk harga tiket transportasi darat seperti bus juga masih stabil. Salah satunya PO Bus MTRans.
Bus yang memiliki jurusan utama Malang ke Bali ini masih menjual harga tiket bus keberangkatan satu pekan sebelum hari raya Idul Fitri dengan tarif normal. Yakni sekitar Rp 280 ribu hingga Rp 420 ribu tergantung kelas bus yang diinginkan warga penumpang.
Di Kota Batu, harga sejumlah bahan pangan pokok mengalami peningkatan setiap bulan Ramadan. Kenaikan harga terjadi pada cabai rawit, seledri hingga daging. Seperti halnya di Pasar Induk Among Tani Kota Batu, kenaikan harga ini sudah terjadi sebelum masuk bulan suci Ramadan.
“Sudah mulai naik sebelum Ramadan. Contohnya ayam dari Rp 33 ribu terus naik perlahan Rp 34 ribu hingga sampai Rp 35 ribu per Kg,” ujar Indah salah satu pedagang di Pasar Induk Batu.
Selanjutnya cabe rawit mencapai harga Rp 90 ribu per Kg. Naik Rp 5000 dari hari sebelumnya. Sedangkan harga normal Rp 35 ribu per Kg. Kenaikan juga sudah terjadi bertahap sebelum bulan Ramadan. “Meskipun terjadi kenaikan, untuk stok masih aman. Sehingga masyarakat tidak kebingungan saat mencari sembako dan kebutuhan lainnya,” bebernya.
Beberapa komoditas yang sudah mengalami penurunan antara lain, gula dari Rp 18 ribu perkilo menjadi Rp 17 ribu, minyak kita Rp 18 ribu turun menjadi Rp 17 ribu dan telor dari Rp 30 ribu menjadi Rp 28 ribu.
Sementara itu, Kepala Diskumperindag Kota Batu, Aries Setiawan tetap mewaspadai kemungkinan lonjakan harga yang biasa terjadi menjelang Lebaran. Sehingga pihaknya telah menyiapkan antisipasi ketika ada kenaikan hingga kekurangan stok sembako.
“Pemerintah Kota Batu telah menyiapkan rencana kontingensi untuk mengantisipasi kenaikan harga dalam 1–2 minggu sebelum Lebaran. Di mana Wali Kota Batu, Nurochman menginstruksikan agar operasi pasar dilakukan lebih awal untuk mengintervensi harga yang mengalami kenaikan drastis,” bebernya.
Karena mengacu dari setiap tahunnya, untuk harga minyak, gula, bawang merah dan bawang putih biasanya mengalami kenaikan harga. Sehingga perlu dilakukan operasi pasar dengan menggandeng Bulog dan instansi lainnya” terangnya.
Di sisi lain, secara umum di Malang Raya belum jelas kepastian pendapatan warga. Umumnya belum stabil lantaran menunggu THR, sedangkan pengeluaran mulai meningkat. Terutama jelang lebaran. Kondisi ini membuat warga akhirnya hanya bersabar menunggu pencairan THR.
“Pendapat belum stabil. Ya diangap stabil kalau sudah terima THR, sehingga bisa dianggap pasti. Pasti untuk belanja kebutuhan Lebaran,” kata seorang warga. (den/ica/eri/van)