MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tangis haru pecah di peringatan Hari Guru Nasional SD Islam Sabilillah, Jumat (24/11) kemarin. Diiringi lantunan puisi dan lagu, siswa menghampiri guru-guru mereka. Salim dan berpelukan. Banyak siswa yang menangis. Pun dengan para guru. Tak mampu membendung air matanya.
Semua larut dalam haru. Menyatu dalam satu perasaan yang sama. Saling cinta, saling kasih dan sayang. Itulah energi besar di lingkungan Sekolah Islam Sabililah Malang yang penuh cinta. Salah satunya, cinta orang tua dan guru.
Sambil menangis, siswa memberikan ucapan kepada guru-guru mereka. Diwakili siswa kelas 6. Ucapan dalam bentuk bingkai kertas yang digunting berbentuk hati beraneka warna.
Bermacam ungkapan ditulis di kertas itu. Seperti, guru adalah lilin yang menyala, yang menghabiskan dirinya sendiri untuk menerangi jalan bagi orang lain. Kalimat ini mengutip dari ucapan Tokoh Dunia, Mustofa Kemal Attaturk.
“Tulisan itu mengartikan, begitu besarnya jasa guru. Mereka siap mengorbankan kesenangan dan kepentingan pribadi demi anak didiknya. Bahkan kepentingan keluarganya sendiri pun juga direlakan, demi siswa mengerti apa yang tidak mereka mengerti,” terang Waka Humas dan Kesiswaan SD Islam Sabililah Malang Yuyun Dwi Suryandari, S.Pd.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan dalam kertas ucapan lainnya. “Terima kasih guruku yang hebat. Jasamu sangat besar dalam membimbing dan mengajar dengan ilmu pengetahuan yang menjadi cahaya terang dalam kehidupan kami. Selamat Hari Guru,” tulis salah satu siswa.
Dikatakan Yuyun, guru dan orang tua punya jasa yang sama terhadap perkembangan anak. Guru adalah orang tua di sekolah. Perhatian dan kasih sayang guru seperti orang tua sendiri.
Tidak sedikit guru yang rela mengeluarkan uang pribadinya hanya sekedar membelikan muridnya kaos kaki, atau dasi atau perlengkapan belajar. Itu karena perhatian guru pada siswa yang sudah berhari-hari tidak pakai kaos kaki dan sebagainya. “Karena mungkin orang tua yang di rumah terlalu sibuk sehingga tidak sempat membelikan. Tetapi kami ikhlas, karena mereka (siswa) juga anak-anak kami,” ucap Yuyun, sembari menyeka air matanya.
Doa dan ungkapan hati yang tulus ditambah hangatnya pelukan siswa di Hari Guru kemarin, membuat guru-guru SD Islam Sabilillah semakin kuat. Semakin tegar. Semakin semangat untuk menjalankan tugas pendidikan.
Inilah alasan SD Islam Sabilillah tidak melibatkan orang tua di Hari Guru Nasional tahun ini. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. “Karena kami hanya ingin berdua dengan anak-anak. Kami ingin mendengar ungkapan hati mereka secara langsung. Supaya batin kami merasa dikuatkan dengan doa-doa yang mengalir dari anak-anak kami,” tuturnya.
Meskipun sempat haru, Kegiatan Hari Guru Nasional di SD Islam Sabilillah juga berlangsung meriah dan ceria. Sabil dan Lila, dua boneka memandu jalannya acara. Keduanya menyampaikan prolog sebelum upacara HGN dilaksanakan.
“Kalau kita sayang guru, sepantasnya kita berbuat sopan, santun dan hormat pada beliau. Mengamalkan ilmu yang diajarkan serta mendoakan beliau,” ucap Sabil, mengawali pembicaraan.
“Guru adalah orang tua kita di sekolah. Selayaknya kita hormat seperti kita hormat pada bapak ibu di rumah. Termasuk hormat pada tenaga kependidikan dan karyawan, karena mereka juga berjasa besar terhadap jalannya pendidikan.
Yuk kita peringati Hari Guru Nasional ini dengan berbudi pekerti yang baik,” ajak Lila. (sir/imm)