Malang Posco Media – Tak ada yang ingin kalah. Meski kekalahan harus diterima. Pada laga pertama Piala Presiden 2022, Sabtu (11/6). Arema FC kalah 0-1 dari PSM Makassar.
Sebenarnya tidak ada yang aneh. Hasil tiap laga, bisa menang, kalah atau imbang. Hanya saja, langkah Arema sebagai tuan rumah di Grup D, jadi berat. Terutama saat menjamu Persik Kediri, Rabu (15/6) malam ini.
Singo Edan bermodal kekalahan, Persik di atas angin. Usai menang 1-0 di laga pertamanya, menghadapi Persikabo. Meski hasil laga pertama kedua tim ini, tak bisa sepenuhnya jadi patokan.
Jelas tak hanya faktor teknis, jadi penentu kemenangan. Non teknis, terutama mental kedua tim bakal sangat berpengaruh. Sama-sama ingin raih tiga poin. Arema demi jaga peluang lolos. Persik ingin segera memastikan lolos jika menang.
Sejatinya kedua tim sama-sama dalam tekanan. Bahkan sekalipun Dendi Santoso dkk bermain di kandang sendiri. Saya justru khawatir, tekanan lebih kuat dirasakan pemain Arema. Seperti saat lawan PSM beberapa hari lalu.
Pada laga itu, mulai menit 60, Aremania sudah memberi ‘tekanan’ pada Arema. Maine kurang sangar. Maine pancet ae. Demikian Aremania mengingatkan Arema saat lawan PSM. Ini sindiran keras dari Aremania.
Jujur, apa yang dikatakan Aremania itu, tak sepenuhnya benar. Buktinya, tim Arema masih punya banyak peluang. Bahkan ada dua peluang emas dari Dedik Setiawan dan Gian Zola, sayang tak jadi gol.
Namun jika ukurannya hasil, ya Aremania tak bisa dikatakan salah. Saya lihat dan rasakan, permainan PSM memang lebih hidup. Baik dalam menyerang maupun saat menahan serangan Arema.
Kok bisa, Arema Maine pancet ae. Tetap saja sama. Saya lihat skemanya, memang kurang lebih sama dengan saat uji coba lawan PSIS dan RANS Nusantara. Kalau tidak salah, coach Almeida menerapkan 4-4-2. Ya, dengan segala improvisasinya di lapangan hijau.
Pada awal babak pertama, 4 pemain belakang Arema ada Alfarizi di kiri, Rizki Dwi di kanan, duet center back Bagas dan Sergio. Lanjut di tengah ada Adam Alis di kiri, Dendi di kanan, duet gelandang Renshi dan Jayus. Duet striker Hanis Sagara dan Gian Zola.
Terus terang saya tidak paham betul instruksi dari Coach Almedia pada pemain. Sepintas saya lihat, Gian Zola sepertinya lebih turun sebagai second striker. Dalam posisi menyerang, Adam Alis dan Dendi didorong naik jadi striker sayap.
Kebetulan Arema belum lengkap dengan tidak adanya striker asing. Entah kapan akan bergabung. Masih gelap. Yang jelas lini depan, sepertinya masih mencari format yang pas. Begitu juga lini tengah.
Hadirnya duet Renshi-Jayus rasanya lebih kuat dalam bertahan. Artinya, belum ada sosok playmaker yang bisa mengatur permainan Singo Edan. Meski akhirnya Evan Dimas masuk, menggantikan Jayus, lini tengah lebih hidup.
Bongkar pasang lini depan coba dilakukan Almeida. Dedik masuk menggantikan Dendi dan Ilhamnudin masuk menggantikan Hanis. Pada komposisi ini, Adam Alis bergeser dari kiri ke kanan menempati posisi Dendi. Sementara Ilhamnudin yang ke kiri, lali posisi Hanis digantikan Dedik. Juga tetap buntu.
Bahkan di akhir babak kedua, Bramtio masuk menggantikan Rizki Dwi untuk menambah daya gedor, tetap tak mambuahkan gol. Rasanya, Arema benar-benar kehilangan sosok Carlos Fortes, yang hingga saat ini belum ada penggantinya.
Berbeda dengan PSM yang punya dua penyerang asing. Willem Jan Pluim dan Everton Nascimento. Keduanya sering merepotkan barisan pertahanan Arema. Meski harus saya akui, gol cepat PSM juga berbau keberuntungan. Lantaran kiper Arema, Adilson salah langkah, dengan bola yang berbelok arah.
Bagaimana lawan Persik? Ya, jika mainnya tetap sama, Singo Edan bisa bernasib sama seperti Persikabo. Kembali menelan kekalahan, bakal memastikan Arema gagal lolos ke babak berikutnya.
Persik memang tak bisa dipandang sebelah mata. Tim yang sempat terseok-seok di awal musim lalu ini, telah berubah. Masuknya coach Javier Roca, merubah gaya permainan Persik. Kualitas individu pemainnya, lokal dan asing juga merata. Persik punya peluang jadi ‘pembunuh’ harapan Singo Edan untuk lolos.
Saya yakin, coach Almeida dan pasukannya menyadari, laga malam ini tidak mudah. Kita tunggu bersama, taktik dan strategi yang bakal diterapkan Arema untuk menang. Semoga mainnya lebih sangar. Tampil beda.
Apalagi secara daftar susunan pemain, sudah banyak pilihan bagi Coach Almeida untuk tampil sesuai taktik dan strategi yang diinginkannya. Coach Almeida setidaknya bisa menyiapkan plan A, plan B, bahkan bisa plan C untuk timnya, menyesuaikan lawan yang dihadapi.
Atau sebenarnya pelatih asal Portugal ini dalam kebingungan menyusun formasi pemain yang tepat. Ya entahlah. Kita sebagai penikmat, dan Aremania sebagai pendukung, berharapnya Arema tampil bagus dan menang.
So, kalau malam ini masih tak membuahkan hasil positif, manajemen Arema harus ada plan B. Terkhusus sebelum Liga 1 bergulir. Mengingat tagar #almeidaout kembali muncul ke permukaan.
Bismillah, Arema menang lawan Persik. (*)