MALANG POSCO MEDIA- Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober harusnya jadi Hari Berkabung Nasional. Sebab menewaskan 135 orang. Ini tragedi gagalnya penyelenggaraan negara.
Hal itu diungkapkan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun atau pun Mbah Nun ini. Ia menyempatkan datang ke pintu 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jumat (4/11) kemarin sore. Pintu ini adalah tempat dimana banyak korban jiwa.
“Saya gak bisa ngomong apa-apa. Tapi intinya, saya bayangkan mestinya kan harus ada hari berkabung nasional. Begitu presiden mendengar kabar ini (Tragedi Kanjuruhan), harusnya sehari setelahnya menjadi hari berkabung nasional,” ungkapnya.
Mbah Nun mengatakan peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10) lalu, sebenarnya bukan tragedi sepakbola atau tragedi suporter. Karena sepak bola berjalan tenang dan lancar.
“Selain karena tidak ada suporter dari lawan yang datang, yang terjadi adalah Tragedi Negara karena penyelenggaraan yang gagal,” jelasnya.
Ia mengajak Aremania dan warga Malang mengibarkan bendera setengah tiang. Untuk mengenang dan terus mengingat apa yang terjadi pada suporter. Dia mengajak memasang sebanyak 135 bendera setengah tiang di sekeliling Stadion sejak 40 hari tragedi hingga 100 harinya.
Terkait Tragedi Kanjuruhan, Mbah Nun juga meminta Aremania berserah kepada Allah SWT. Harapannya Allah SWT membukakan jalan kemudahan serta memberikan keadilan dan mewujudkan apa yang menjadi tuntutan Aremania.
Tidak hanya itu, Mbah Nun juga mengajak Aremania membawa tragedi ini ke Mahkamah Internasional di Den Haag Belanda terkait pelanggaran HAM yang terjadi dan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Ia meminta pengaduan Aremania nantinya akan difasilitasi oleh Yayasan Kalimasada Nusantara.
“Hari ini saya membawa teman dari Yayasan Kalimasada Nusantara. Mereka siap memfasilitasi Aremania membawa tragedi ini, permasalahan HAM ini ke Mahkamah Internasional,” ujar budayawan kondang itu.
Semantara Edi Junaidi, dari Yayasan Kalimasada Nusantara mengatakan, kategori tragedi adalah sesuatu yang tidak harus terjadi, tetapi ini terjadi.
“Peristiwa ini harusnya diambil alih negara karena merupakan bencana nasional. Di negara lain, korban lebih dari 100 jiwa ada hari berkabung. Tetapi ini tenang-tenang saja, syukur Aremania yang ada di Jakarta masih diberi ketabahan. Semoga apa yang menjadi tuntutan Aremania diijabah oleh Allah SWT,” turur Edi Junaidi.(tyo/van)