.
Sunday, December 15, 2024

Rob di Sipelot, Tinggi Gelombang Laut Tiga Meter

Hati-Hati ke Pantai

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Ekstra waspada liburan ke pantai. Cuaca sedang tak bersahabat. Hujan deras, angin kencang disertai ombak tinggi mengancam. Sejumlah wisata pantai pun tak bergairah walau sedang liburan sekolah.

Pengelola objek wisata pantai kini meningkatkan kesiagaan. Salah satu contohnya di Pantai Balekambang. Staf Perumda Jasa Yasa Kabupaten Malang Sudjono  mengatakan pihaknya sudah melakukan antisipasi. Selain menyiapkan petugas di setiap sudut pantai, juga memberikan imbauan kepada pengunjung agar selalu berhati-hati, selama bermain di tepi pantai. “Jika kondisi ombaknya besar meminta mereka (pengunjung) agar segera menepi,’’ katanya.

Di sisi lain, wisatawan pun tampaknya lebih berhati-hati wisata di pantai. Tak ada lonjakan pengunjung. Selama musim liburan sejak 25 Desember sampai Rabu (28/12) kemarin tidak ada lonjakan wisatawan. Hanya berkisar sekitar 200 pengunjung saja. Sebaliknya jumlah pengunjung menurun, jika dibandingkan saat sebelum pandemi tahun 2019 lalu.

Sudjono mengatakan sepinya pengunjung Pantai Balekambang karena dipengaruhi faktor cuaca. Karena selama musim liburan sekolah ini wilayah Pantai Balekambang terus diguyur hujan deras disertai angin kencang.

Kondisi yang sama juga tampak di Pantai Kondang Merak. Jumlah wisatawan yang datang hanya berkisar puluhan orang. “Cuaca yang menjadi faktor utama pengunjung sepi. Apalagi BMKG menyebutkan akhir tahun ini terjadi cuaca ekstreme, yang menimbulkan bencana hidrometeorologi,’’ kata Edi Dwi Purnomo, Wakil Ketua LMDH Wonoraharjo yang mengelola Pantai Kondang Merak.

Ia tidak menampik informasi BMKG tersebut. Wilayah Pantai Kondang Merak setiap hari diguyur hujan deras disertai angin kencang. Gelombang laut pun tinggi. “Gelombang laut tingginya mencapai 2 meter,’’ katanya.

Untuk wisatawan yang terlanjur datang, dikatakan Edi diimbau   selalu berhati-hati. Demi  keselamatan, pihaknya bekerjasama dengan para relawan, tim SAR dan relawan PMI untuk terus melakukan patroli. 

Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Purwodadi, Mukhlis Bowele juga mengatakan demikian. Dia menyebutkan jika cuaca ekstrem yang terjadi membuat jumlah wisatawan menurun drastis. Bahkan paket penyeberangan dari Pantai Lenggoksono ke Banyu Anjlok dihentikan sementara karena ombak besar.

“Di Pantai Wediawu, juga tidak bisa digunakan berselancar karena gelombangnya terlalu tinggi. Sementara di Bowele sendiri itu menjadi paket wisata,’’ ungkapnya.

Kondisi cuaca ini tidak sekadar memengaruhi turunnya kunjungan wisatawan. Tapi juga berdampak pada aktivitas nelayan. Sejak gelombang besar terjadi para nelayan tak  melaut. Di Pantai Lenggoksono  ada kelompok nelayan. Jumlah perahunya 100 unit. Semua perahu disandarkan, alias tidak beraktivitas sejak pertengahan Desember 2022 lalu.

“Kondisi cuaca seperti ini, dengan gelombang air laut mencapai 2-2,5 meter nelayan pilih tidak melaut. Mereka memilih untuk bertani atau mengerjakan pekerjaan lainnya,’’ kata Mukhlis.

Dia mengatakan cuaca ekstrem ini disebut nelayan angin baratan. Akibatnya terjadi gelombang pasang,  gelombang laut tidak bersahabat.

“Kalau terpaksa melaut risikonya sangat besar. Sehingga nelayan   pilih mengerjalan pekerjaan lain,’’ ungkapnya.

Hal ini juga dibenarkan Eko Wahyudi salah satu nelayan di Pantai Lenggoksono. Dihubungi Malang Posco Media, dia mengaku sudah lebih dari sepekan tidak melaut karena kondisi gelombang laut yang besar. Untuk menghidupi keluarganya, dia memilih bertani atau menarik ojek. “Melaut pun ikannya dipastikan tidak banyak sangat berisiko,’’ ujar dia.

Tidak melautnya para nelayan juga terjadi di Pantai Kondang Merak. Di pantai ini ada 30-an perahu yang sejak pertengahan Desember lalu disandarkan lantaran gelombang tinggi. “Gelombang laut  tinggi,’’ ungkap Agus salah satu nelayan.

Agus mengatakan kondisi ini bukan kali pertama terjadi. Setiap tahun ada musim ini. Para nelayan memilih bekerja sebagai petani. “Di sini nelayan tidak hanya mencari ikan. Tapi mereka juga bertani. Sehingga saat musim seperti ini, mereka tidak ke laut, tapi hanya bertani, atau bekerja serabutan,’’ tandasnya.

Sementara di Pantai Sipelot juga demikian. Selain pengunjungnya sepi, para nelayan memilih tidak melaut dan memilih bertani atau bekerja serabutan. Hal ini disampaikan  Kepala Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Hendik Arso sembari mengatakan di Pantai Sipelot terdapat  350-an nelayan.

“Ada banjir rob. Air pantai meluap ke daratan. Tinggi gelombangnya sekitar 3 meteran. Ini yang membuat nelayan tidak melaut. Tapi mereka tetap bekerja yaitu dengan bertani atau bekerja lainnya,’’ ungkap Hendik. Dia mengatakan kondisi ini terjadi setiap tahun. Para nelayan juga sangat paham. Sehingga saat mereka tidak melaut, mereka pun tetap bekerja.

 Sementara informasi dari BMKG Stasiun Meteorologi Kelas 1 Juanda Sidoarjo menyebutkan jika saat ini sedang puncak musim penghujan. Potensi cuaca ekstrem dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, dan terjadi pasang purnama berpotensi banjir rob. Untuk tinggi gelombang di akhir tahun 2022 ini mencapai 2,5 meter – 6 meter.(ira/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img