MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menjadi akademisi di bidang perekonomian, khususnya ekonomi Islam, tak membuat Prof Dr Raditya Sukmana SE MA berhenti belajar. Dosen Ilmu Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR) ini menegaskan bahwa ilmu harus terus dipelajari, meski harus menempuh jarak jauh.
Hal itu disampaikannya saat mengisi materi dalam kegiatan literasi ekonomi syariah yang digelar oleh Bank Indonesia (BI) Malang, kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Prof Raditya banyak mengulas konsep sistem ekonomi Islam yang berfokus pada pengelolaan wakaf.
“Jadi saya belajar soal wakaf awalnya karena membaca sebuah studi akademisi dari Turki. Sedekah abadi adalah wakaf. Di sana ada inovasi yang bisa diterapkan di sini. Saya juga belajar dari Zam-Zam Tower,” papar Raditya.
Menurutnya, model pengelolaan wakaf di luar negeri cukup beragam dan inovatif. Salah satunya yang diterapkannya di Zam-Zam Tower, yang mampu mengelola aset wakaf secara produktif hingga menjadi sumber pembiayaan berkelanjutan. Selain itu, ia juga menyoroti praktik wakaf yang diterapkan Masjid Bencoolen di Singapura.
“Itu contoh-contoh pengelolaan aset wakaf yang bisa ditiru di sini. Dan hal-hal seperti ini bisa kami pelajari terus dimanapun untuk bisa diimplementasikan sebagai pengelolaan aset wakaf yang inovatif,” pungkas Raditya.
Ia menegaskan, potensi wakaf di Indonesia sangat besar. Dengan pengelolaan yang profesional dan kreatif, wakaf bisa menjadi sumber daya ekonomi yang mendukung pembangunan umat secara berkelanjutan. (ica/aim)