MALANG POSCO MEDIA- Kompor umumnya berbahan bakar gas atau minyak tanah. Namun seiring mahalnya gas, warga mencari alternatif lain demi kompor tetap bisa menyala.
Salah satunya adalah Taufikur Rahman. Warga Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir ini menciptakan kompor berbahan bakar oli bekas. Tidak hanya irit, dengan bahan bakar oli bekas, memasak pun lebih cepat.
“Apinya lebih biru, lebih panas. Sehingga memasak lebih cepat dan lebih efisien,’’ katanya.
Bentuk kompor karya Taufikur Rahman ini berbeda.
Tingginya sekitar 30 centimeter. Sedangkan panjangnya sekitar 50 centimeter dan lebarnya sekitar 30 centimeter. Di bagian atas kompor terlihat satu tungku. Sedangkan di sisi yang lain tampak ada sela besi dan pipa sedikit menonjol.
Perbedaan mencolok dengan kompor biasa justru ada di sisi samping. Karena ada saklar dan lobang untuk kipas angin kecil. “Saklar ini untuk membuka aliran tetesan oli. Sedangkan kipas angin digunakan untuk menyebarkan tetesan oli sehingga api bisa menyala dengan sempurna,’’ kata Taufik. Sedangkan penggerak kipas angin, tetap membutuhkan aliran listrik. “Ada adaptor untuk penggerak kipas angin. Disambungkan ke listrik atau baterai. Jadi putaran kipasnya lebih cepat,’’ tambah kakek satu cucu ini.
Sementara untuk tabung oli dikatakan Taufik disimpan di bagian dalam rangka kompor. Ukuran tabung penyimpan bahan bakar ini 500 mili liter.
Lalu bagaimana kompor tersebut bekerja? Taufik pun mengatakan sangat simple dan sangat mudah. Di awali dengan membuka kran bahan bakar (oli), dan menghidupkan kipas. Untuk membuat api membutuhkan korek. “Oli yang menetes disembur oleh kipas, disulut dengan korek, maka api, langsung menyala,’’ kata mantan karyawan Malang Posco Media ini.
Kemarin pria 54 tahun ini sempat praktik menghidupkan api di kompor berbahan oli tersebut. Api yang tercipta betul-betul berwarna biru. “Mau masak apa saja bisa. Tinggal memasang peralatan masaknya di atas tungku, masakan pun akan matang dengan cepat dan sempurna,’’ tambahnya.
Ide membuat kompor berbahan bakar oli ini berawal dari banyaknya limbah oli di desanya. Dari situ, dia berpikir untuk memanfaatkan limbah tersebut. Hingga akhirnya, ia terpikir membuat kompor berbahan bakar oli ini.
Untuk merealisasikan idenya itu Taufik tidak membutuhkan waktu yang lama. Karena pemilik Joglo Babon Angkrem Wagir ini memiliki workshop produksi Video Booth 360. Di workshop inilah Taufik menjadikan idenya itu nyata.
“Di workshop sudah ada bahan-bahan besi, dan lainnya. Saya hanya memotong saja, untuk ukuran yang pas,’’ urai Taufik.
Sama seperti perajin pada umumnya. Karya awal tidaklah sempurna. Baik desain, maupun tetesan olinya tidak lancar.
Taufik juga tak putus asa. Dia terus mencoba hingga akhirnya menemukan komposisi yang pas. Desain yang pas, dibarengi dengan tetesan oli yang pas. “Karena oli ini mengalir secara manual. Kami tidak menggunakan alat apapun, agar oli dapat menetes. Itu sebabnya, tabung untuk menyimpan bahan bakarnya diletakkan lebih tinggi, sehingga oli bisa mengalir tanpa hambatan,’’ ungkap Taufik.
Disinggung masalah keamanan? Taufik mengatakan sangat aman. Bahkan dia memastikan kompornya ini pantang nggebros.
Saat ini Taufik mengatakan masih fokus menciptakan kompor dengan satu tungku. Ke depan dia akan mengembangkan menjadi dua tungku. “Yang menarik dari bahan bakar oli ini, awet dan irit. Untuk ukuran 100 mili liter oli, dapat menyalakan kompor hingga 30 menit,’’ urainya.
Dia juga menguraikan jika cita-citanya ingin memberikan manfaat kepada orang lain. Dan melalui kompor tersebut, banyak orang bisa memanfaatkannya. Melalui kompor ini juga, Taufik bisa memperkerjakan karyawan. Sehingga secara tidak langsung Taufik mendukung program pemerintah dalam mengurangi pengangguran. “Dalam agama saya sudah dituliskan. Bahwa sebaik-baiknya manusias adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka dari itu, kami menciptakan produk-produk yang memberikan nilai manfaat bagi orang lain,’’ urainya. (ira/van)