Inspiring Ramadan
MALANG POSCO MEDIA-Oki Honestyan Adi yang akrab disapa Oki telah melewati kelamnya perjalanan hidup. Ia pernah terjerumus pergaulan bebas hingga merasakan gelapnya tahanan rutan.
Oki menceritakan bahwa setiap orang memiliki sisi hidup yang gelap dan pernah melakukan tindakan bodoh. Termasuk kesalahan yang ia lakukan. Akibatnya ia mendekam dalam rutan selama dua tahun 10 bulan akibat mengkonsumsi narkoba.
“Pergaulan bebas yang pernah saya alami terjad di
Batu. Sekitar tahun 1997,” kata Oki mengawali ceritanya kepada Malang Posco Media.
Dengan usia sangat muda, tentunya pria kelahiran Batu, 2 Februari 1981 ini sangat tertarik dengan hal baru seperti di salah satu komunitas yang ia kenal. Ia tertarik karena melihat kebersamaan bersama teman-teman komunitasnya.
“Dari masuk ke komunitas saya belajar banyak. Mulai dari belajar mandiri, menerapkan pola hidup sederhana, belajar bangun kreativitas melalui musik sampai belajar menyambung hidup di komunitas,” bebernya.
Namun paling teringat saat bergabung dengan komunitas itu, ia belajar bagaimana bisa menahan haus dan lapar. Belajar karena hidup sehari-hari serba kekurangan. Pembelajaran hidup itu, lanjut dia, kalau orang normal bilang belajar hidup bersahaja. Sebaliknya dirinya (saat itu) belajar tentang anti kemapanan.
“Selain belajar anti kemapanan, pada waktu itu saya juga sering konsumsi miras dan obat-obatan terlarang. Bahkan setiap hari kita kondisikan bagaimana caranya bisa beli minum,” kenangnya.
Aktivitas negatif yang ia lakukan pada waktu itu, diakuinya sebagai jiwa muda yang tengah menjalani proses pembentukan mental. Meskipun akibat pilihan hidup bebas di jalanan membuat dirinya mendapat pertentangan dari kedua almarhum orang tuanya.
“Dulu di tentang luar biasa sama kedua almarhum orang tua saya. Ya wajar karena pandangan umum atau orang hanya melihat dari cover. Di mana segala sesuatu hanya dipandang dari luarnya, tidak dari dalamnya,” kata bapak lima anak ini.
Tapi sekarang, dirinya menyadari bahwa apa yang dipilihnya saat muda sangatlah melenceng. Pasalnya setelah ia mempelajari dan mendalami pengalaman hidup di komunitas ternyata tidak harus seperti itu.
“Seharunya saat masuk di komunitas kita tidak harus konsumsi miras, tidak konsumsi obat-obatan terlarang, tidak harus hidup di jalan, tidak harus dekil, tidak harus mandi dan masih banyak lagi. Ternyata semuanya salah,” paparnya.
Tentunya pemikiran matang dan bijak yang ia ungkapkan bukan tanpa sebab dan proses. Diungkap Oki bahwa dirinya bisa berpikir jernih dan bijak setelah menelan pil pahit kehidupan.
Tepatnya saat ia sudah bekerja dan bertugas sebagai Trantib Kecamatan Batu tahun 2008. Nasib buruk mendatanginya saat kurang dua hari Prajabatan CPNS (mekanisme yang harus dilalui CPNS sebelum menjadi PNS), Oki harus digelandang aparat penegak hukum (APH) dan mendekam di penjara.
“Itulah titik balik saya hijrah. Pasalnya saat saya masuk penjara, istri saya baru saja melahirkan lewat operasi dan anak saya yang terakhir baru berumur 6 hari. Itulah hari terburuk dan menjadi perenungan bagi saya,” kenangnya.
Atas keadaan saat itu, Oki sangat menyesal. Pasalnya akibat hal buruk yang ia lakukan membuat keluarga, istri dan anak yang menerima dampak. Bahkan orang terdekat akan merasakan tekanan atas perbuatan yang ia lakukan.
“Dari situ saya belajar step by step untuk berbuat baik. Karena dengan berbuat baik, secara tidak langsung yang harum adalah keluarga kita. Sebaliknya kalau salah sedikit, mereka yang akan terbawa keburukan dan dampaknya,” ungkap suami dari Leni Nuvita itu.
“Jadi dengan apa yang saya lalui saat itu saya disadarkan oleh Tuhan melalui keluarga saya. Saya diingatkan Tuhan, karena Tuhan sudah menitipkan istri dan anak, maka saya harus menjaganya dengan baik. Jahat sekali saya kalau mengorbankan apa yang dititipi Gusti Allah seperti yang pernah saya lakukan dulu. Berat pertanggung jawabannya nanti,” imbuhnya.
Kini Oki bekerja di Pemkot Batu sebagai petugas yang mengawasi kendaraan keluar masuk di Balai Kota Among Tani sebagai tenaga harian lepas. Selain itu ia juga memiliki usaha lain mini shop di rumahnya di Jalan Apukat No 10 RT 3 RW 8 Binangun Bumiaji yang menjual merchandise komunitasnya sebagai bentuk terima kasih karena banyak belajar perjalanan hidup yang berharga di komunitasnya.
Selain itu bersama istrinya memiliki kios (PKL) di Alun-Alun Batu. Mereka berjualan jeruk peras, durian dan salad buah.
Selain itu ia juga merekrut pegawai berlatar mantan pengamen yang sudah berkeluarga. Serta memiliki kolam pancing di samping rumahnya. (eri/van)