Kisah Warung Makan Gratis Kota Malang (1)
Setiap Senin hingga Rabu, serta khususnya Jumat, Komunitas Warung Makan Gratis (WMG) selalu ramai. Dari pekerja harian, driver ojek online, pengayuh becak, hingga jemaah masjid. Semua bisa menikmati makanan hangat tanpa harus membayar sepeser pun.
MALANG POSCO MEDIA – Inisiatif ini digagas Dhian Ariyadi, pria asal Kota Malang yang sejak tahun 2017 telah berkomitmen berbagi melalui makanan. Perjalanannya dalam berbagi makanan dimulai setelah ia mengenal Inisiator Komunitas Nasi Jumat (Si Jum), Ustadz Andre Raditya di tahun 2016.
Dhian mengatakan, awalnya program Si Jum ini hanya berupa amalan pribadi dari Ustadz Andre. Namun semakin lama berkembang menjadi gerakan sosial yang lebih besar. Ia ikut bergabung dalam program tersebut.
“Saya dan istri, bersama dua teman mahasiswa dari Universitas Brawijaya, awalnya ikut bergabung dalam Si Jum Malang. Namun, karena suatu hal, akhirnya kami mengubah nama menjadi Posko Kebaikan Warung Makan Gratis, berkolaborasi dengan teman-teman Si Jum Jawa Timur yang kini berpusat di Surabaya,” cerita Dhian.
Baginya, berbagi makanan adalah salah satu bentuk sedekah terbaik. Selain mudah dilakukan, makanan adalah kebutuhan dasar yang bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh penerima.
“Kami percaya bahwa memberi makan adalah salah satu jalan menuju surga. Rasulullah sendiri mengajarkan bahwa memberi makan orang lain bisa membuka pintu kebaikan yang luas,” tambahnya.
Kini program Warung Makan Gratis terus berkembang pesat. Jika awalnya hanya mampu menyediakan 50 bungkus nasi, kini mereka bisa membagikan 600–800 porsi setiap Jumat, serta 450–500 porsi di hari Senin, Selasa, dan Rabu.
Untuk persiapannya, para relawan memasak makanan di rumah masing-masing, lalu membawanya ke lokasi berbagi. “Menu yang disajikan selalu bervariasi, dengan cita rasa rumahan yang lezat dan porsi yang mengenyangkan,” lanjut Dhian.
Meski awalnya pembiayaan berasal dari dana pribadi, kini bantuan mulai datang dari keluarga, teman dekat, hingga masyarakat luas. Selain itu, melalui penggalangan donasi di media sosial banyak masyarakat yang merespon positif.
“Alhamdulillah, meski kami tidak mencari sponsor besar, ada saja orang baik yang ingin berbagi. Paling sering kami dan relawan sendiri yang mengeluarkan dana pribadi saat donasi sedang tidak banyak,” katanya.
Namun, niat baik selalu menemukan jalan kebaikannya. Meskipun terkadang donasi yang masuk tidak melimpah, namun di hari biasa minimal komunitasnya bisa menyiapkan hampir 150 hingga 160 porsi dalam sehari.
“Minimal itu, di hari Senin sampai Rabu kami menyiapkan 150 hingga 160 porsi. Karena memang kami belum punya tempat menetap, kami sempat berpindah tempat. Namun, kami dan relawan semuanya tetap semangat, karena berbagi menjadi cara kami untuk menebar manfaat untuk sesama,” katanya. (rex/van/bersambung)