spot_img
Sunday, August 10, 2025
spot_img

Hilang Setengah Abad, Wayang Topeng Menak Hidup Kembali di Malang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Malang di Era tahun 1960-an, Topeng Menak pernah menjadi primadona pertunjukan wayang topeng di Malang. Di awal abad 1970an, Wayang Topeng Menak mulai meredup dan berangsur punah.

Lesbumi PCNU Kota Malang bersama lintas sanggar Malang Raya berupaya untuk menghidupkan kembali Wayang Topeng Menak. Salah satunya dengan menggelar pertunjukan “Burak Buwana Menak” sebagai Perayaan Kebangkitan Topeng Menak, di Pesantren Budaya Karanggenting, Sabtu malam (9/8/2025).

Kementerian Kebudayaan RI memberikan apresiasi terhadap upaya revitalisasi Topeng Menak yang hampir punah, kepada Lesbumi Kota Malang bersama lintas sanggar di Malang, yang juga melakukan riset.

Acara tersebut dihadiri langsung Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI Dr. Restu Gunawan, M.Hum. Turut hadir Ketua Lesbumi PBNU, KH. M. Jadul Maula, Sejarawan dan Budayawan, M. Dwi Cahyono, hingga Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita.

Restu dalam sambutannya menjelaskan, revitalisasi yang Topeng Menak yang dibangkitkan kembali oleh Lesbumi dan tim, sejalan dengan program Kementerian Kebudayaan. Yaitu pelestarian budaya yang ada di Indonesia. Dirinya hadir bersama Balai Pelestarian Kebudayaan, secara khusus untuk melihat Topeng Menak yang sudah lima puluh tahun ini tidak pernah ditampilkan lagi.

“Lesbumi selama ini menjadi salah satu mitra dalam membangun kebudayaan Indonesia, yang selalu memberikan gagasan, seperti ini. Jiwa-jiwa anggota Lesbumi, sangat dekat dan terus menyuarakan nilai-nilai kebudayaan Indonesia,” kata Restu.

Sedangkan Amithya sangat senang dapat menyaksikan hadirnya kembali Topeng Menak sebagai pertunjukan wayang. Menurutnya Topeng Menak merupakan salah satu warisan leluhur pertopengan Kota Malang Ki Condro Suwono atau dikenal Mbah Reni.

“Ini sangat perlu kita lestarikan bersama. Saya bersyukur dan mengapresiasi teman-teman Lesbumi yang sudah melakukan riset, mencari sisa-sisa Topeng Menak dan menolak punah. Kami dari pemerintah daerah siap bersinergi dalam pengembangan kebudayaan di Kota Malang,” tutur Mia, sapaan akrabnya.

Sementara itu, KH. Jadul juga mengapresiasi pagelaran Burak Buwana Menak yang digagas tim Lesbumi Kota Malang bersama sanggar-sanggar seni di Malang. Dia menyebut malam ini merupakan peristiwa penting, penanda hidup kembali Topeng Menak yang hampir punah.

Topeng Menak disebutnya, berasal dari Persia pada zaman Harun Arrasyid. Lalu diterjemahkan dalam Bahasa Melayu menjadi hikayat Amir Hamzah, di era Kesultanan Malaka. Kemudian para ulama membangun strategi kebudayaan, membangun narasi peradaban, dengan semangat menjaga kedaulatan bangsa dan menjadi metode dakwah di zaman Wali Songo.

“Sunan Giri salah satu yang merancang dakwah Islam dengan wawasan peradaban yang luas. Sunan Giri dikenal mempopulerkan kisah Panji jadi Wayang Gedep,” terangnya.

Sejarawan UM, Dwi Cahyono yang juga menjadi penasihat tim revitalisasi Wayang Topeng Menak ini, juga sangat bersyukur dan bangga, Wayang Topeng Menak kembali dipentaskan. Meskipun menurutnya, pementasan tersebut masih sebatas embrio.

“Kita mesti menelisiknya lebih dalam, karena pementasan terakhir Wayang Topeng Menak di Malang itu sekitar akhir tahun enam puluhan atau awal tahun tujuh puluhan, setengah abad yang lalu. Tentunya banyak yang belum pernah melihat secara langsung” jelasnya.(fir/jon)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img