Mengubah Mindset dari Atas Pelana
BERKUDA, jenis olahraga yang sedang digandrungi di Malang. Ada beberapa stable atau tempat latihan berkuda di Malang. Salah satunya di Puncak Joyo Royal Stabel (PJRS). Duduk di atas pelana kala berkuda tak sekadar hobi, tapi menyehatkan juga melatih keberanian hingga mengubah mindset.
MALANG POSCO MEDIA– Banyak kalangan anak muda, pria maupun wanita, mulai menekuni olahraga yang cukup ekstrem ini. Misalnya seperti Dinda Cantika yang sudah dua tahun ini rutin latihan berkuda. “Menurut saya antimainstream, karena awalnya kan jarang yang berkuda. Terus saya kepo atau penasaran olahraga berkuda ini seperti apa. Saya tahu risikonya lebih tinggi, tapi karena ini termasuk jarang, keren juga dan waktu itu barengan skripsi, kuliah tidak terlalu padat jadinya mengisi waktu juga,” cerita Dinda, salah satu member di PJRS saat latihan, Jumat (3/1) kemarin.
Dinda sendiri belum pernah berkuda sebelumnya. Awalnya memang sempat takut. Namun ia pun melawan rasa takutnya dan mengubah mindset untuk berani. Akhirnya, ia pun berani berkuda dan mencintai olahraga tersebut hingga saat ini. Dinda mengaku, olahraga ini ia lakukan untuk sekadar hiburan atau hobi saja.
“Kalau kompetisi tidak ambisi di situ. Saya hanya suka olahraganya, jadi lebih ke hobi saja,” sebut wanita yang baru saja wisuda di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Sedikit berbeda dengan Dinda, member lain yakni Fadli Rahmadani mengaku mulai berolahraga berkuda lantaran beberapa faktor. Salah satunya karena masalah kesehatan, yakni otot kakinya pendek yang menyebabkan ketika ia berdiri, agak sedikit jinjit. Selain itu, ia juga punya keluhan scoliosis yang menyebabkan tulang belakangnya miring.
“Dengan berkuda, ternyata harus menginjak pedal itu dan tumitnya harus ke bawah. Sama saja memaksa tumit saya. Sekitar lima bulan ini, sudah terasa bedanya. Kemudian postur saya yang membungkuk, sudah bisa jadi lebih benar,” ungkap Dani, sapaannya.
Menurut Dani, selain untuk mengatasi keluhan kesehatan, olahraga berkuda ini mempunyai teknik khusus. Bahkan ada seni yang cukup menarik. Yakni membangun kedekatan emosional dengan kuda yang ditungganginya.
“Saya lihat video-video di sosmed, oh mungkin gampang. Apalagi pernah naik di Bromo, kayaknya ngga bakal jauh beda. Tapi ketika beneran berkuda, ternyata beda dan kalau tidak tahu teknik, capek banget. Butuh koneksi juga antara kita dengan makhluk hidup atau si kudanya sendiri,” bebernya.
Dani mengetahui adanya stable di PJRS ini melalui media sosial. Ia sempat survei ke beberapa stable lain, namun harga untuk latihan berkuda masih cukup mahal. Akhirnya, setelah ketemu di PJRS yang relatif murah, ia mantap untuk olahraga berkuda. Ia pun mengambil delapan sesi latihan dengan biaya hanya Rp 1,5 juta.
“Dari fasilitas sudah ada, jadi tinggal bawa badan saja. Lapangan sudah indoor,” tambahnya.
Menariknya, meski di awal Dani berolahraga berkuda ini untuk menyembuhkan keluhan kesehatannya, ternyata dalam waktu dekat ini ia juga bakal menjajal untuk ikut kompetisi.
“Setelah ditawari, di bulan depan ada kompetisi, mungkin saya ikut juga. Barangkali bisa dapat prestasi,” tandasnya. (ian/van)