spot_img
Saturday, October 19, 2024
spot_img

HUT ke 108 Kota Malang; Bereskan PR, Fokus Program Berkelanjutan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Puncak peringatan HUT ke-108 tahun Kota Malang, Jumat (1/4) kemarin diisi sederet kegiatan. Mulai dari upacara peringatan, disambung penyerahan penghargaan desainer logo HUT Kota Malang, teatrikal kolosal Joko Lulo hingga tasyakuran serta santunan anak yatim.

Tema HUT ke-108 tahun  mengusung tema ‘Kolaborasi, Akselerasi dan Bangkit Bersama’. Filosofi makna tema itu begitu dalam. Pasalnya melalui kolaborasi seluruh elemen, juga akan mengakselerasi program-program pembangunan hingga pada akhirnya terwujud kebangkitan bersama. Terlebih beberapa waktu ini, pandemi telah memberi dampak yang begitu besar.

- Advertisement -

“Banyak PR kedepan. Jalan berlubang yang belum ada anggarannya, ini kita komunikasi dengan BPK apakah boleh perwal mendahului APBD Perubahan untuk pelaksanaan perbaikan jalan rusak. Masih banyak hal. Termasuk angka kemiskinan,” ujar Sutiaji usai tasyakuran di Mini Blok Office. 

Meski banyak tugas berat yang harus diemban, namun pihaknya memiliki lima komitmen penting yang wajib dilaksanakan. Harapannya bisa memberi dampak yang positif untuk kesejahteraan masyarakat.

 “Pertama masalah kesadaran akan kesehatan, kedua peningkatan ekonomi, ketiga basic ekonomi kreatif. Keempat branding kota yang harapannya jadi jujugan wisatawan dari regional, nasional dan mancanegara. Kelima berkaitan penguatan ekonomi makro,” sebut Sutiaji.

Lebih lanjut yang akan dikuatkan lagi adalah program-program yang berkelanjutan. Karena bagaimanapun tidak bisa program hanya dilakukan satu kali saja.

“Harapannya 2023 sampai sisa jabatan kami bulan September 2023, PR kemarin yang tersisa (bisa terselesaikan). Menjadi komitmen bahwa sustainable program itu keharusan. Yang terus kami rancang kerjasama antardaerah. Maka kita ambil kolaborasi dan akselerasi,” tegas Sutiaji.

“Contoh pembangunan jalan tembus Jalan Danau Jonge, kita duduk bersama. Ini yang dilakukan sehingga tidak muspro. Sama dengan Jembatan Tunggulmas, itu kan memecah kemacetan. Selanjutnya bupati meningkatkannya,” tandasnya.

Peringatan HUT Kota Malang tidak hanya digelar di Balai Kota Malang. Juga digelar masyarakat kampung. Salah satunya Kampung Budaya Polowijen (KBP).

Warga KBP melakukan beberapa rangkain selamatan  yang diapresiasi tinggi Wakil Wali Kota Malang Ir Sofyan Edi Jarwoko, Jumat (1/4) kemarin.

“Kegiatan seperti ini harus diangkat. Menurut saya ini harus dipublish dan diketahui dan diperkenalkan lebih banyak oleh masyarakat. Karena menjadi identitas tersendiri dan bisa jadi daya tarik wisata yang baru,” jelas Sofyan Edi.

Ia mengatakan Festival Budaya Kampung Polowijen dalam Rangka HUT ke-5 Kampung Budaya dan HUT ke-108 Kota Malang menjadi bukti nyata warga masyarakat aktif membangun budaya kampungnya sendiri.

Hal ini menjadi karakter warga Kota Malang yang perlu didukung. Karena setelah memiliki kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis), Kota Malang memunculkan lebih banyak kreasi budaya berasal dari masyarakat.

“Ini juga jadi contoh kesiapan yang dilakukan masyarakat. Mereka siap menyajikan sajian budaya. Mengembangkan sistem pariwisata dan mau berkembang. Selamat kepada KBP di ultahnya ke 5 yang bersamaan juga dengan HUT Kota Malang,” kata dia.

Ketua Forkom Pokdarwis Kampung Tematik Kota Malang Isa Wahyudi menjelaskan di Kampung Budaya Polowijen kemarin mereka mengadakan tiga rangkaian acara. Yakni Wilujengan, Magengan dan Nyadran.

Pria yang akrab disapa  Ki Demang ini menyampaikan Wilujengan dilakukan sebagai upacara ‘Selametan HUT Ke-108 Kota Malang dan juga HUT ke-5 Kampung Budaya Polowijen’. Wilujengan ini dilakukan secara sederhana seperti memotong tumpeng dan panjatan doa.

 “Juga teman-teman mempersembahkan tari-tarian dan musik-musik etnik khas Kampung Budaya Polowijen,” jelasnya,

Kemudian dilanjutkan dengan Magengan. Sebuah tradisi warga kampung menyambut Bulan Suci Ramadan. Dengan memanjatkan doa syukur hingga menyiapkan sajian santap makan bersama. Kemudian dilanjutkan dengan tradisi Nyadran.

Nyadran merupakan tradisi makan bersama di pemakaman. Sebagai bentuk rasa syukur.  Nyadran diadakan di makam Mbah Reni.

“Mbah Reni leluhur di Kampung Polowijen juga pemrakarsa Topeng Malangan,” kaat Ki Demang. (ian/ica/van)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img