MALANG POSCO MEDIA – Hari ini dan besok, umat Islam di Indonesia, termasuk di Malang Raya merayakan Idul Adha 1444 H. Hari raya Qurban yang mengandung nilai nilai luhur, pengabdian, kepasrahan dan pengorbanan yang tulus ikhlas Nabi Ibrahim kepada Rabbnya. Pengorban yang kemudian diabadikan Allah SWT dalam ritual qurban.
Betapa tidak, perintah Allah SWT kepada Ibrahim agar menyembelih anak tercintanya Ismail sungguh perintah yang sangat berat. Bahkan kalau dipikir secara logika, tidak masuk akal. Anak tercintanya yang proses kelahirannya dinantikan puluhan tahun, dan ketika lahir dalam kondisi yang lucu, tampan dan cerdas, kemudian diperintahkan untuk disembelih.
Ayah mana yang sanggup dan tatag mendapatkan perintah Allah seberat ini? Namun cinta dan pasrahnya Ibrahim kepada Rabbnya yang membuat dirinya akhirnya ikhlas melakukan perintahnya. Ibrahim yang dikenal sangat keras itu tetap punya kelembutan hati yang luar biasa. Kesabarannya melebihi rata-rata manusia. Karena itu Allah pun mengujinya di atas rata-rata ujian manusia.
Kalau menghadapi kemungkaran, kemusyrikan, patung sebesar gunung pun dikapak. Dihancurkan rata dengan tanah. Raja Namrud yang lalim dan menentang ajaran Allah dilawan. Ia pun tak gentar dan tak takut walau dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud.
Namun menghadapi perintah Rabbnya, Ibrahim tunduk, taat dan pasrah. Sebagai ayah, Ibrahim sang kekasih Allah pun bersikap demokratis. Perintah Allah itu tak langsung dilakukan tapi Ibrahim mengajak anaknya sharing, minta pendapat dan berdiskusi dengan sangat nyaman.
Ismail yang masih bocah, ketika diajak bicara pun merasa tenang dan tidak tertekan. Saat Ibrahim menceritakan bahwa ia bermimpi dan diperintahkan untuk menyembelihnya, Ismail pun tetap tenang. Dengan sikap sabar dan lemah lembut, Ismail tanpa ragu meminta ayahnya untuk melakukan perintah Allah SWT.
Ibrahim menjadi lebih kuat dan makin ikhlas, karena Ismail mengatakan bahwa kalau penyembelihan itu dilakukan, maka ia termasuk orang-orang yang sabar. Ya Ibrahim dan Ismail dalam ujian penyembelihan ini adalah orang-orang yang sangat sabar. Allah benar-benar menunjukkan hikmah yang luar biasa pada perintah penyembelihan Nabi Ismail, yang kemudian digantikan dengan seekor domba.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah agung ini adalah, sanggupkan kita bila diminta mengorbankan apapun yang paling kita cintai di dunia ini? Ismail dalam konteks saat itu adalah seorang anak, yang sangat dirindukan oleh Ibrahim sebagai penerusnya. Karena itulah, Ismail menjadi anak yang paling dicintainya.
Dalam konteks kekinian, Ismail, bisa berupa apa saja. Apapun yang paling kita cintai adalah ‘Ismail.’ Anak, perhiasan, harta kekayaan, mobil, rumah, jabatan dan kekuasaan, adalah hal-hal yang barangkali sangat kita cintai di dunia ini. Bila itu diminta oleh Allah untuk dikorbankan, sanggup dan tatag kah kita menerimanya? Sabarkah kita bila segala yang kita cintai itu diminta untuk dikorbankan untuk orang lain?
Atau justru sebaliknya, kita malah menolak dan mempertahankan dengan segala cara kita, yang cara itu justru dibenci Allah SWT. Kekuasaan yang seharusnya untuk membela rakyat, justru digunakan untuk menyengsarakan rakyat. Sebaliknya kekuasan itu digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi, membuat istana pribadi. Begitu juga harta dan jabatan.
Bila kita sanggup dan sabar menjalankan perintah Allah, mengorbankan apapun yang kita cintai untuk memenuhi perintahNya, pasti Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Itu sudah janji Allah. Kewajiban kita hanya tunduk, patuh dan ikhlas serta sabar menjalankan perintahnya. Tanpa melawan apalagi menawar.
Penyerahan dan kepasrahan Ibrahim atas Ismail adalah wujud kepasrahan agung seorang hamba, seorang nabi dan rasulnya kepada Allah SWT. Kesadaran tertinggi seorang hamba, bahwa semua yang ada, yang dimiliki, diberikan, diamanahkan adalah milik-Nya. Karena itu, saat diminta kembali, saat diminta untuk diserahkan kembali, bahkan saat diminta untuk dikorbankan, dengan sabar, Ibrahim melaksanakan dengan sabar dan ikhlas.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Ali Imron, 26). Semoga kita menjadi Ibrahim dan Ismail, yang taat dan sabar dalam menjalan ujian-ujian-Nya. Baik yang mudah, maupun yang sulit, yang ringan maupun yang terberat sekalipun. Idul Qurban mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang sabar.(*)