.
Thursday, November 7, 2024

INDONESIA, KEBAHAGIAAN DAN HARAPAN

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Rahmad Hakim
Kaprodi Ekonomi Syariah,
Universitas Muhammadiyah Malang

Kebahagiaan merupakan perasaan gembira dan damai yang senantiasa ada. Kebahagiaan sering kali dipandang sebagai pencapaian dari hal-hal yang kita inginkan, keberhasilan, atau kesempurnaan. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa terdapat negara yang dianggap sebagai yang paling bahagia di dunia, bahkan negara tersebut menjadi pilihan ideal untuk tempat tinggal.

- Advertisement -

Berdasarkan rilis data Ray Dalio’s Great Powers Index tahun 2024, Indonesia menempati peringkat kedua dalam kategori negara paling bahagia di dunia tahun 2024.  Berdasarkan rilis di atas, negara kita hanya kalah dari Inggris dan berhasil mengungguli negara-negara maju lainnya. Seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Switzerland, Canada, Belanda, Australia dan Brazil.

Survei ini dilatarbelakangi dengan beberapa indikator, yaitu; pertama, persentase penduduk bahagia yang dilaporkan. Kedua, kepuasan hidup warga dalam skala 1 hingga 10. Ketiga, persentase penduduk yang melaporkan kenikmatan setiap harinya. Keempat, persentase penduduk yang memiliki jaringan dukungan sosial yang baik. Dan kelima, tingkat presentase angka bunuh diri Per-100.000 penduduk.

Kabar gembira dari data survey di atas adalah bahwa tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia melampaui rata-rata tingkat kebahagiaan masyarakat dunia. Dimana sebesar 79 persen warga mempersepsikan dirinya bahagia, melampaui rata-rata dunia yang hanya sebesar 73 persen saja.

Rilis data di atas menjelaskan bahwa, meskipun pendidikan dan kesempatan ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, nilai kebahagiaan seseorang seringkali justru dinilai dari berbagai pespektif. Di antaranya adalah faktor internal seperti kedamaian dan ketentraman pribadi, dan faktor eksternal seperti adanya interaksi dan dukungan sosial serta kepuasan dalam pekerjaan.

Secara kontras dari survey di atas, berdasarkan rilis data World Happiness Report tahun 2024, Indonesia berada di urutan ke-80 sebagai negara paling bahagia dari 143 negara. Ranking Indonesia berada di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sementara peringkat tertinggi negara paling bahagia dilihat dari indikator evaluasi hidup rata-rata individu adalah Finlandia, Denmark, dan Islandia.

Terdapat enam indikator utama yang menjadi para meter pengukuran indeks kebahagiaan dalam laporan ini, yaitu: tingkat PDB per kapita, harapan hidup sehat, dukungan sosial, kebebasan, kemurahan hati, dan persepsi korupsi. Penelitian di bidang-bidang ini menawarkan pemahaman yang lebih dalam dan penjelasan tentang persepsi pribadi seseorang tentang kualitas hidup.

Dari laporan yang sama juga menyelidiki terkait tingkat kebahagiaan anak muda usia di bawah 30 tahun (Generasi Millenial dan Gen Z) sepanjang 2021 hingga 2023 dari 143 negara. Hasilnya Indonesia berada di peringkat ke-75, jauh di belakang negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, yang berada di peringkat ke-64, Vietnam, dan Singapura, yang berada di peringkat ke-65.

Sedangkan pada kategori tingkat kebahagiaan penduduk dewasa usia 60 tahun ke atas (Gen X), Indonesia menduduki peringkat ke-79 dari 143 negara berdasarkan indikator, peringkat ini di bawah negara Asia lainnya, seperti Laos (77), Nepal (76), Hong Kong (74), dan Malaysia (71).

Sementera di level Asia, Singapura menjadi negara paling bahagia di Asia dengan peringkat ke-30 dari 143 selama dua tahun terakhir. Jika melihat atas pencapaian Singapura, negeri ini menetapkan langkah untuk melakukan intervensi dalam pengurangan disparitas upah antar para pekerja di berbagai profesi. Selain itu, negara singa itu juga melakukan berbagai upaya untuk menciptakan peningkatan upah bagi para pekerja yang memiliki pendapatan di bawah standar normal.

Hal ini yang menjadi problem di negara Indonesia, dimana tingkat upah minimum para pekerja Indonesia lebih rendah dibanding negara lain dan juga adanya kesenjangan tingkat upah yang diterima baik dalam perspektif demografis (Jawa dan luar Jawa, kota dan desa, maupun) maupun dalam perspektif gender (laki-laki dan perempuan).  

Meningkatkan Kebahagiaan Indonesia

Jika melihat pada dua survey yang kontras di atas, maka menjadi pelajaran penting dan menggembirakan bahwa kebahagian warga negara kita berada di atas rata-rata tingkat kebahagiaan warga dunia secara kualitatif. Misalnya dalam tingkat ‘perasaan’ bahagia, kepuasan terhadap kondisi hidup (merasa cukup), adanya dukungan sosial, dan rendahnya angka bunuh diri di Indonesia.          Namun secara kuantitatif, tingkat kebahagiaan kita masih terbilang rendah, bahkan negara-negara tetangga seperti Singapura, Vietnam, Filipina dan Malaysia. Indikator kebahagiaan secara kuantitatif setidaknya dapat dilihat dari beberapa hal berikut: misalnya, tingkat pendapatan masyarakat baik secara individu maupun kolektif (PDB), tingkat kesehatan (pelayanan BPJS), tingkat kebebasan berekrpresi, dan tingkat persepsi terhadap praktik korupsi yang masih rendah, justru korupsi semakin hari semakin merajalela.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk senantiasa menanamkan sikap optimis dan penuh harapan (hope). Sebab harapan merupakan faktor pendorong utama yang menciptakan ketabahan (grit) dan ketahanan (resilience) dalam menghadapi berbagai tantangan dan kondisi yang tidak menentu dan tak terprediksi.

Sembari kita merenungkan ungkapan filsuf Yunan kondang Aristoteles yang menyatakn bahwa kebahagiaan sejati adalah kemampuan seseorang untuk menikmati yang sedikit atau bahkan ungkapan kondang penyair Ronggowarsito “sugih tanpo bondo” yaitu perasaan merasa cukup meskipun di tengah keterbatasan-keterbatasan.

Namun demikian, pemenuhan terhadap kebagiaan yang bersifat materiil harus tetap diusahakan baik bagi masyarakat maupun pemerintah guna mewujudkan kebagian yang utuh dan otentik. Sebagiamana doa Nabi Ibrahim bagi negeri Makkah, “Ya Allah, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada para warganya….” (QS. Al-Baqarah[2]: 126).(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img