MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama CGV meresmikan program literasi digital Save Our Socmed (S.O.S) melalui kompetisi film pendek. Program ini ditujukan untuk pelajar, mahasiswa dan umum dengan total hadiah Rp 100 juta.
Bertajuk “Waspada Flex Culture, Stay Humble!”, program ini diinisiasi menanggapi fenomena flexing, banyak anak-anak Gen-Z makin kerap memamerkan kekayaan dan menyombongkan diri di media sosial yang memberi dampak negatif. Sebab, flexing menyebabkan rasa fear of missing out (FOMO), kurang percaya diri, merusak mental pribadi dan mempengaruhi produktivitas.
IOH berharap melalui S.O.S bisa menginspirasi anak muda Indonesia agar menggunakan internet untuk hal-hal produktif, kreatif dan positif. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan untuk menghadirkan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.
Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Muhammad Buldansyah, mengatakan, melalui program ini, perusahaan ingin memberikan keterampilan digital dan mengajak anak muda untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana meningkatkan kreativitas dengan membuat konten positif.
“Sehingga anak muda yang jadi pengguna terbesar internet bisa memamerkan kreativitas mereka alih-alih terbawa flex culture,” ujarnya.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari total 210 juta pengguna internet Indonesia periode 2021–2022, sebanyak 99,16 persen pengguna ada di kelompok usia 13-18 tahun. Meski pengguna internet di kalangan anak muda sangat besar, namun data Digital Civility Index (DCI) Microsoft menunjukkan terdapat peningkatan konten dan perilaku negatif di media sosial.
Berdasarkan survei tersebut, 30 persen responden menyebut kesopanan di sosial media memburuk selama pandemi, tolong-menolong berkurang 11 persen, sikap tidak saling mendukung berkurang 8 persen, rasa kebersamaan juga menurun 11 persen. Dampaknya, flex culture menjadi kontributor yang menyebabkan lebih dari 19 juta anak-anak Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi.
Smenetara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Fadjar Hutomo, yang turut hadir dalam peluncuran S.O.S, berharap lewat pelatihan dan kompetisi film pendek S.O.S ini bisa menjadi media pembelajaran bagi anak muda Indonesia untuk memamerkan kreativitas. Agar media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif.
Untuk diketahui, setelah mendaftar dalam kompetisi film, peserta S.O.S akan menerima pelatihan pembuatan film pendek dan edukasi mengenai dampak negatif Flex Culture. Hasil karya mereka lantas dilombakan dan seluruh peserta akan diajak untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya terpilih.
Direktur CGV, Haryani Suwirman, menambahkan, CGV sangat mendukung kegiatan yang mengeksplorasi kreativitas anak muda sekarang.
“Kami berharap lewat ajang ini bisa mengangkat bakat-bakat terpendam untuk memajukan dunia perfilman Indonesia. Kami percaya anak muda Indonesia punya banyak ide-ide luar biasa,” imbuh Hayani.
Literasi Digital S.O.S dilaksanakan untuk meneruskan kesuksesan S.O.S pada tahun 2021 lalu. Lewat kegiatan CSR pilar pendidikan digital ini, IOH membuat kompetisi dan webinar terkait cyber bullying, hoaks dan kekerasan berbasis gender online (KBGO). Hasil seluruh karya dari peserta kompetisi tersebut berhasil disaksikan oleh 2,3 juta penonton. (lin)