MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Abi Mufid Oktavio dan Farhan Rahmatullah, dua mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil membuat SLEST (Stopper Sleeping Vest). Berkat inovasi ini, mereka sukses membawa pulang medali perak dalam ajang Asean Innovation Science Environment and Entrepreneur Fair (AISEEF), beberapa waktu lalu.
Mufid selaku ketua tim mengatakan, SLEST dioptimalisasikan dengan alat deteksi detak jantung untuk melihat tingkat produktivitas pekerja saat di lapangan. “Melalui SLEST ini, kita bisa melihat tingkat kepenatan para pekerja yang terpantau di layar monitor. Ketika pekerja mengalami kelelahan dan detak jantung berdetak lebih kencang, akan muncul lampu warna merah dan suara peringatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, mahasiswa semester empat itu juga menjelaskan, pembuatan alat SLEST membutuhkan vests pekerja proyek, alat arthritis dan pendeteksi detak jantung. Dengan begitu, alat tersebut bisa digunakan. Adapun latar belakang pembuatan alat ini karena ia menemukan banyak kasus pekerja proyek yang terkena serangan jantung akibat sering lembur hingga larut.
“Kami juga menggunakan push pull elektronik yang dikombinasikan dengan baterai dan alat arthritis. Kemudian disambungkan dengan sensor yang telah disetting menggunakan coding yang kami buat. Sensor ditempelkan di vests dan sensor detak jantung diberi lapisan plastik klip agar tidak bersentuhan langsung dengan keringat. Sensor akan error ketika terkena air,” katanya.
Sensor akan menyala dan berbunyi ketika mendeteksi detak jantung dibawah 50 determinate. Mufid menjelaskan, bahwa alat SLEST ini telah diuji coba saat praktikum dan digunakan oleh pekerja proyek. “Menurut pekerja proyek yang diuji, awalnya memang pemakaiannya kurang nyaman karena perlu dekat dengan nadi. Namun demi keselamatan nyawa, ini menjadi hal yang memang diperlukan,” tambahnya.
Mahasiswa asli Kabupaten Malang itu menceritakan proses perlombaan. Juri yang menilai tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari Malaysia, Amerika Serikat, dan lainnya. Adapun aspek yang dinilai di antaranya kesesuaian tema yang dibawakan, urgensi pada sosial, dampak yang diberikan untuk masyarakat, dan kreativitas yang dibawakan.
Ke depannya ia dan tim ingin memodifikasi kembali alat yang dibuatnya menjadi lebih tipis sehingga pemakaiannya lebih nyaman dan efektif. Ia juga akan mengupgrade coding pada alat sensor deteksi agar bisa lebih luas. “Ini masih dalam proses paten. Semoga ini bisa menjadi alat yang bermanfaat, terutama bagi kesehatan dan kebugaran pekerja proyek,” pungkasnya. (imm/udi)