MALANG POSCO MEDIA- Badai pasti berlalu. The Wei Liang telah melewati badai setelah menjadi seorang muslim. Ia kini menegakkan Islam melalui ibadah dan berbagi kebaikan.
Sejak menjadi seorang mualaf, cobaan datang silih berganti. Seperti diputusnya hubungan keluarga dengan saudara kandung hingga hinaan dan cacian dari pihak-pihak yang tidak sependapat dengan keputusan Liang.
Beruntung ia menemukan dua anak angkatnya. Yakni Wili Budi Arto dan Vivi Budiarti. Wili saat ini menempuh pendidikan lanjutan di bidang teknik penerbangan dari tempatnya bekerja di Garuda Maintenance Facility. Sedangkan Vivi baru saja mentas dari pendidikan magister Kedokteran di Unair.
Kini bahkan sejak tiga tahun terakhir, banyak limpahan rezeki dan rahmat yang didapatkannya. Secara beruntun dan tak terduga. Apalagi ia selalu mendapat banyak motivasi dari Dokter Agoes Budijono melalui Pengajian Cinta Indonesia.
Meskipun secara finansial dia bisa pergi ke Tanah Suci di Mekah dan Madinah secara mandiri, tetapi rezeki tersebut datang kepadanya secara cuma-cuma. Itu menjadi warna baru dalam ibadah haji dan umrah yang dirasakannya, setelah beberapa kali menunaikan ibadah haji sendiri dan rezeki bisa membiayai sendiri ibadah umrahnya.
“Tentu saja ini cukup membahagiakan, karena pernah dapat umrah gratis dari Agung Wisata Travel, kemudian dari sahabat bernama Koh Agus ini dapat hadiah haji khusus,” katanya.
“Uniknya lagi, mendiang mertuanya sahabat saya yang meninggal ini berbeda keyakinan. Dan saat itu, untuk mengenang mendiang, Koh Agus membagikan hadiah, setelah sepeninggal mertuanya itu,” cerita Liang.
Buah perjuangan menegakkan ajaran Islam yang diyakininya turut berdampak kepada kehidupan keluarganya. Bersama keluarga kecilnya yang terdiri dari dirinya dan dua anak angkatnya, selalu diliputi berkah dan nuansa positif di dalam kehidupan yang penuh dengan perjuangan.
“Alhamdulillah, anak saya sekarang yang laki-laki sedang menjalani pendidikan lanjutan selama dua tahun, yang terpilih saat aktif bekerja di Garuda Maintenance Facility di maskapai penerbangan milik BUMN. Sedangkan yang putri baru saja menuntaskan pendidikan magister di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, baru genap satu bulan ini,” ungkap pria berusia 57 tahun tersebut.
Keberhasilan ini pun tidak semata-mata hadir begitu saja. Meskipun tidak ada yang bersekolah secara formal di lembaga pendidikan berbasis agama Islam, kedua anaknya itu tetap dibekali ilmu agama yang cukup kuat oleh Liang.
Bahkan ketika terpisah oleh jarak, fasilitas hubungan komunikasi daring yang saat ini berkembang pesat menjadi alternatif yang dimanfaatkannya. Khususnya untuk selalu mengingatkan, agar jangan telat menjalankan salat wajib lima waktu. Apalagi di saat Bulan Suci Ramadan seperti ini, karena ibadah semua dilipatgandakan apalagi yang sifatnya wajib.
“Kemudian saya sampaikan juga, jangan pernah sombong atau tinggi hati. Setinggi apapun mencari ilmu, apabila sudah sombong maka habis sudah. Sesuai ajaran Islam, maka setengah dari ilmu itu akan hangus. Itu yang selalu saya tanamkan ke kedua anak saya,” lanjut Liang saat ditemui usai berkegiatan di Masjid Abdullah Permata Jingga.
Ia bahkan selalu menelepon mengingatkan agar selalu meningkatkan ibadah. Seperti Salat Tahajjud, Salat Dhuha, Tadarus Alquran dan selalu berbagi. Baik berbagi senyum, makanan hingga ilmu yang bermanfaat.
Pasalnya berbagai hal tersebut bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
“Saat ini saya juga terus berupaya menambah bekal ibadah. Dengan menyiapkan sebidang tanah untuk saya waqafkan, dengan tujuan bisa digunakan untuk kegiatan sosial seperti panti asuhan atau masjid,” tambahnya.
Ia berharap, niat baiknya ini disambut doa banyak pihak. Agar niat baiknya ini segera terwujud, sehingga kegiatan sosial masyarakat bisa dimaksimalkan dan memberikan dampak positif kepada banyak pihak. (rex/van)