spot_img
Wednesday, June 18, 2025
spot_img

Integrasi Nilai Luhur Keberadaban Bangsa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Tanggal 1 Juni 2025 yang lalu adalah peringatan Hari Lahir Pancasila. Momen penting bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan refleksi kembali terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saat ini, Indonesia menghadapi berbagai tantangan secara holistik, mulai dari polarisasi sosial yang semakin meningkat, isu intoleransi, hingga ketimpangan ekonomi.

          Menghadapi kondisi ini, Pancasila memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi solusi atas segala permasalahan bangsa. Serta menjadi pedoman bagi rakyat Indonesia menghadapi tantangan di depan mata. Selama ini pengimplementasian Pancasila di beberapa aspek kehidupan masih jauh dari ideal.

          Sebagai contoh, sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sering kali terabaikan dalam praktik. Kasus pelanggaran hak asasi manusia, ketidakadilan hukum, dan maraknya ujaran kebencian di media sosial menunjukkan bahwa nilai ini belum sepenuhnya terwujud.

          Demikian pula, sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, masih menghadapi tantangan besar di tengah ketimpangan ekonomi yang mencolok. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2024, koefisien gini Indonesia masih berada di angka 0,38, mencerminkan kesenjangan ekonomi yang signifikan.

          Dalam kondisi ini, Pancasila harus menjadi garda terdepan sebagai pedoman untuk menghasilkan solusi kebangsaan. Sebab Pancasila tidak hanya sekadar simbol, terdapat nilai-nilai yang di dalamnya mampu menjadi landasan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, dan makmur.  

          Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa menegaskan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan. Prinsip ini mengingatkan bahwa etika dan moralitas harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

          Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi titik sentral warga negara Indonesia untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai manusia yang memiliki akal dan hati nurani. Nilai dalam sila kedua adalah memaksimalkan akal manusia untuk membentuk kehidupan atau peradaban yang jauh dari deskriminasi, menghormati setiap hak asasi manusia yang sesuai dengan nilai spritualitas, fitrah manusia serta cita-cita leluhur bangsa Indonesia.

          Tentu peradaban yang dimaksud adalah menciptakan kehidupan dalam kedamaian yang abadi dengan perilaku yang mencerminkan moral dan adab. Di samping itu, sila kedua juga mengajarkan kita sebagai WNI perlu senantiasa mengasah hati nurani untuk menumbuhkan solidaritas dan empati terhadap sesama. Khususnya kepada yang lemah atau kaum proletar dan terpinggirkan serta bertindak adil dalam menegakkan hukum agar mampu menciptakan kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia.

          Peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk merefleksikan apakah nilai-nilai Pancasila tersebut benar-benar terwujud. Bagi masyarakat, ini adalah ajakan untuk memperkuat rasa persatuan dan toleransi, sebagaimana yang terkandung dalam sila ketiga, Persatuan Indonesia. Bagi para pemimpin, ini adalah panggilan untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil harus mencerminkan keadilan sosial dan keberpihakan kepada rakyat kecil.

          Selain itu, di sila keempat kita diajarkan untuk tidak memaksakan kehendak di atas kepentingan golongan atau kelompok atau organisasi. Pada sila ini masyarakat Indonesia diajarkan dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai kata ‘mufakat’, bukan melalui paksaan atau dominasi mayoritas. Hal ini merupakan cerminan dari budaya gotong royong dan menghormati hak semua kalangan.

          Sedangkan pada sila kelima terdapat nilai agung yang harus selalu dijunjung oleh bangsa dan Negara Indonesia. Nilai agung dalam sila kelima tersebut adalah menjamin kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, dan hukum. Di samping itu juga memberikan peluang yang sama kepada semua masyarakat tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan.

          Sebagai dasar negara, nilai-nilai Pancasila harusnya tidak hanya diketahui dan dihafalkan saja. Tetapi bagaimana Pancasila menjadi instrumen utama masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan peradaban Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bermartabat, adil dan makmur.

Meneladani dua momentum berharga

          Setelah memperingati hari lahir Pancasila, lima hari setelahnya umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban 1446 Hijriyah. Dalam perayaan Idul Adha, selain untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, umat Islam juga diajarkan untuk memperkuat kesadaran dalam kehidupan sosial. Karena dalam perayaan Idul Adha umat Islam diajarkan untuk berkurban, saling berbagi serta memperkuat tali persaudaraan muslim.

          Dua momen sakral ini sejatinya mengandung nilai-nilai luhur yang saling menguatkan. Yaitu integrasi antara nilai-nilai Pancasila dengan nilai-nilai agama. Dimana Pancasila memiliki sila Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Sedangkan semangat pengorbanan, keikhlasan, dan solidaritas menjadi inti Hari Raya Idul Adha.

          Integrasi Pancasila dan agama bukan hanya sekadar slogan. Pancasila sebagai dasar negara dan ajaran agama sebagai pedoman hidup harus bersinergi, berjalan simultan. Jika nilai agama memperkokoh ikatan vertikal manusia dengan Sang Pencipta, maka nilai Pancasila meneguhkan ikatan horisontal antarmanusia.

          Keduanya saling mengisi, keikhlasan dan pengorbanan Idul Adha menjadi perwujudan nyata sila Ketuhanan dan kemanusiaan. Sementara prinsip keadilan sosial Pancasila memandu distribusi manfaat kurban kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img

RP8888