MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Maulid Nabi Muhammad SAW 14440 Hijriyah di SDIT Ahmad Yani, Jumat (29/9) kemarin, berlangsung sederhana. Tetapi tetap tidak mengurangi muatan-muatan Islam di dalamnya. Karena yang utama dalam peringatan maulid nabi adalah pendidikan keteladanan Rasulullah.
Hal itu diungkapkan Kepala SDIT Ahmad Yani, Nurdiah Rachmawati, S.Pd., M.Pd. Dia mengatakan bahwa maulid nabi menjadi momentum untuk kembali mengajarkan pendidikan karakter kepada anak didiknya. Yakni dengan cara meneladani akhlak nabi Muhammad SAW.
Karena itu, SDIT Ahmad Yani mengambil poin tersebut dengan tidak menggelar maulid secara berlebihan atau berpesta. “Yang utama bagaimana kita memaknai kelahiran Rasulullah dan berusaha mengikuti sunnah beliau,” katanya.
Berdasarkan itulah, kata Rachma, sapaan akrabnya, di SDIT Ahmad Yani dilaksanakan cukup sederhana. Guru hanya menyajikan sirah nabawi melalui film dokumenter. Siswa menonton tayangan film tentang kisah hidup Rasulullah.
Sebelumnya, mereka mengikuti kegiatan apel bersama untuk mendapat arahan langsung dari guru. “Setelah itu anak-anak masuk ke kelas masing-masing untuk nonton film tentang Nabi Muhammad,” ujarnya.
Guru SDIT Ahmad Yani mengintegrasikan muatan Maulid Nabi Muhammad dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Temanya tentang Kearifan Lokal. Terkait hal ini, maka siswa membawa jajanan tradisional dari rumah.
Mereka membawa jajan atau kue tradisional untuk bersama-sama menikmatinya dalam kegiatan maulid. Termasuk juga mengenalkan budaya. “Budaya membawanya itu juga kearifan lokal. Maka kami minta anak membawa kue tradisional ke sekolah,” ucapnya.
Dalam perayaan maulid yang sederhana itu SDIT Ahmad Yani tidak melupakan semangat adiwiyata. Karena sekolah ini merupakan salah satu yang dicanangkan Kota Malang sebagai lembaga berbasis adiwiyata.
Senin (25/9) lalu, SDIT Ahmad Yani melaunching program Hari Jajan. Lebih pasnya Gerakan Hari Jajan. Program ini mengatur siswa dalam memanfaatkan kantin sekolah. “Kami jadwal anak-anak ke kantin tiga hari dalam seminggu. Jadwalnya bergantian. Supaya mereka tidak berjubel,” terang Rahma.
Selain siswa tidak berebut jajan di kantin sekolah, pelayanan kantin sekolah juga lebih maksimal. Siswa yang tidak kedapatan jadwal beli jajan di kantin maka pada hari itu membawa bekal dari rumah.
Dan setiap siswa diwajibkan membawa wadah jajan sendiri. Kantin sekolah tidak menyediakan bungkus yang berpotensi jadi sampah. “Ini dalam upaya mengurangi sampah di sekolah. Kami biasakan anak-anak sejak dini supaya mereka cinta lingkungan,” pungkasnya. (imm)