.
Saturday, December 14, 2024

Iptu M Jasin Kali Pertama Proklamasikan Berdirinya Polri

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, SURABAYA-  Jauh sebelum pesawat Jepang menjatuhkan bom di Jalan  Tegalsari Surabaya, suasana di sekitar Coen Boulevard tahun 1936 – 1942, sangat indah. Di depan Toko Yan terdapat halte trem listrik. Yang dari arah kebun binatang di seberang jalan (timur). Sedang dari arah Jalan Urip Sumoharjo sekarang, ada di depan gedung. Sedangkan di ‘boulevard’ tertanam bunga bougenvile.

“Di sekitar gedung, di Jalan Darmo sekarang, dulu ada toko sepatu dan laundry milik orang Cina. Lalu ada toko atau rumah kaca Smith. Itu ada dua macam. Kalau malam buat tempat dansa kalau siang toko bunga Martha. Kebiasaan orang Belanda dulu abonemen bunga. Jadi setiap hari ada bunga di meja yang fresh,” kenang Oei Hian Hwa seperti diceritakan Yousri Nur Raja Agam.

“Sedangkan bila mau istirahat, orang Belanda di tempat yang sekarang rumah sakit Darmo. Dulunya tempat itu bukan rumah sakit,” jelasnya.

Yang menarik adalah adanya lampu jalan dari gas. “Kalau menyalakan, cukup dengan bambu panjang. Jadi sambil naik sepeda, lampu itu dipukul  kemudian menyala. Di depan toko di ujung jalan (sekarang pos polisi) ada pom bensin,” katanya sambil tersenyum.

Hian Hwa pun sampai di tangga kayu. “Dulu kalau naik turun bisa berkali-kali dalam sehari. Sering-sering dengan sambil berlari,’’ ujarnya mengenang.

Masih dari dalam Graha Wismilak, beberapa ruangan dikenang Oei Hian Hwa. “Di sini adalah kamar saya dulu. Saya tidur di situ. Di belakang kamar ini dulu ada kamar mandi dan toilet jongkok,” katanya sambil menunjuk.

“Daun pintu dan jendelanya memang bersirip seperti sekarang. Tapi lantai kayunya kok sudah bersih ya..,” sambungnya.

Memang setelah dipugar lantai kayu di lantai dua dipoles ulang. Pada saat Surabaya jatuh ke tangan Jepang, sejak 1942 gedung tersebut diambil alih dan  difungsikan sebagai kantor polisi Jepang. Saat pasca kemerdekaan pun, kepolisian Indonesia meneruskannya menjadi kantor.

Kemudian pasca Kemerdekaan RI tahun tahun 1945, pada tanggal 21 Agustus 1945 Polisi Istimewa Surabaya (Tokubetsu Keisasutai) dipimpin komandan Inspektur Polisi Moh. Jasin memproklamirkan diri sebagai Polisi Republik Indonesia.

Yousri sendiri dalam tulisannya yang berjudul “Proklamasi Polisi di Surabaya Mendahului Hari Lahir Polri” menulis bahwa saat pendaratan armada kapal perang Sekutu di Tanjung Perak Surabaya, 25 Oktober 1945, situasi di kota Surabaya semakin mencekam. 

Selain pemuda yang bergabung dalam PRI (Pemuda Republik Indonesia) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat), polisi juga mempunyai peran yang cukup menentukan menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Ketika terjadi insiden bendera, 19 September 1945, polisi bergerak cepat, mereka menyatu dengan massa.

Bahkan di Surabaya, selain polisi umum ada pasukan PI (Polisi Istimewa) yang sangat disegani. PI adalah jelmaan dari CSP (Central Special Police). Apalagi saat bulan Agustus 1945 itu, hanya polisi yang masih memegang senjata. Sebab setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, penguasa Jepang di Indonesia membubarkan tentara PETA dan Heiho. Jepang memulangkan para pemuda yang dilatih dalam pasukan PETA (Pembela Tanah Air) dan Heiho dan senjata mereka dilucuti.

Karena polisi mempunyai peran yang istimewa dalam masyarakat, maka kondisi itu dimanfaatkan untuk melakukan pemantapan. Dalam buku “Sejarah Kepolisian di Indonesia”, disebutkan: di Surabaya, Komandan Polisi Istimewa Jawa Timur, Inspektur Polisi Kelas I (Iptu) Moehammad Jasin, memproklamasikan kedudukan kepolisian pada tanggal 21 Agustus 1945.

Dalam ejaan lama, Proklamasi Polisi itu tertulis: “Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi sebagai Polisi Repoeblik Indonesia”.

Di bawahnya, tercantum: Soerabaja, 21 Agoestoes 1945. Atas Nama Seloeroeh Warga Polisi: Moehammad Jasin – Inspektoer Polisi Kelas I. Jadi, di Surabaya, Kepolisian Republik Indonesia lahir mendahului keberadaan polisi secara resmi di Indonesia yang ditetapkan sebagai Hari Bhayangkara, 1 Juli 1946.

Sejak itu Graha Wismilak menjadi milik Kepolisian Republik Indonesia. Terakhir, Graha Wismilak adalah Kantor Polsekta Surabaya Selatan hingga tahun 1993, yang kemudian diruislagh PT Gelora Jaya dan kantor Polsekta Surabaya Selatan pindah ke kawasan Jalan Dukuh Kupang hingga sekarang. (has/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img