.
Sunday, December 15, 2024

Jadi Ruang Kreatif, Bercengkrama dan Kolaborasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIAMalang Raya, sebagai salah satu kota seni dan budaya, menjadi rumah bagi perkembangan skena yang beragam. Dari musik hingga seni visual, subkultur ini terus tumbuh subur di tengah anak muda yang tinggal di Kota Bunga, ini.

Di Malang Raya, tren skena berkembang dengan sangat dinamis. Banyak tempat nongkrong khas anak skena yang menjadi pusat aktivitas mereka. Misalnya, kedai kopi seperti Kedai Vietcong atau Dua Legenda, yang sering dijadikan tempat berkumpul oleh komunitas muda kreatif.

Pegiat skena asli Malang, Rizky Pratama mengatakan selain nongkrong, acara seperti Record Store Day Malang menjadi wadah untuk pecinta musik berburu rilisan fisik seperti kaset atau piringan hitam. Sementara itu, komunitas seni seperti Malaika Creative sering mengadakan workshop seni mural atau pameran kolaboratif di sudut-sudut kota.

“Bagi penggemar fesyen, tren thrift shopping di Pasar Comboran atau Pasar Oro-Oro Dowo sudah menjadi rutinitas wajib. Barang-barang hasil belanja ini sering dipamerkan dalam lookbook komunitas atau acara bazar kreatif yang diramaikan musik akustik,” ceritanya.

Dinamika anak-anak muda Malang yang senang berjalan-jalan dan mengeksplorasi tempat-tempat baru juga menjadi elemen penting dalam perkembangan skena. Beberapa komunitas bahkan rutin mengadakan city tour, seperti mengeksplorasi kawasan Kayutangan Heritage atau wisata kuliner malam di Alun-Alun Kota.

“Skena ini sudah banyak yang menyasar usaha kuliner, seni hingga pekerjaan lainnya. Hal ini dalam artian, banyak dari masyarakat khususnya anak muda yang berkelompok membuat tren. Seperti kedai kopi dengan bangku kecil di gang-gang, dan pelayannya mengenakan baju bertemakan aliran musik seperti rock maupun punk,” lanjutnya.

Tren skena tidak hanya menjadi cara anak muda mengekspresikan diri, tetapi juga membangun koneksi sosial dan kolaborasi kreatif. Di Malang Raya, skena menjadi lebih dari sekadar gaya hidup, dengan pergerakan yang menciptakan ruang bagi seni, musik, dan komunitas untuk terus berkembang.

Namun, tidak semua pihak sepakat dengan euforia perkembangan skena di Malang Raya. Pemerhati Budaya Lokal Kota Malang, Agung H. Buana mengungkapkan bahwa fenomena ini perlu dicermati secara kritis.

Menurutnya, gaya hidup skena yang permisif cenderung hanya berfokus pada kebebasan berekspresi dan kesenangan semata, tanpa mempertimbangkan tantangan hidup yang lebih serius. “Kerangka berpikir generasi muda saat ini, berbeda dengan generasi sebelumnya. Sehingga seringkali belum bisa dipahami oleh teman-teman generasi sekarang. Bahayanya, gaya hidup seperti ini kurang menjawab tantangan zaman,” jelas Agung.

Sebagai kota pelajar, Agung melihat fenomena skena yang tumbuh di Malang sebenarnya bisa diarahkan untuk tujuan yang lebih serius dan bermanfaat. Ia menilai bahwa selain mengeksplorasi kreativitas dan membangun komunitas, anak muda juga perlu memiliki visi hidup yang jelas.

“Ada yang serius dalam tujuan hidup, tapi ada juga yang hanya sibuk dengan gaya hidup yang tidak relevan dengan masa depan mereka,” tambahnya. Pendapat ini menjadi pengingat bahwa tren skena harus diimbangi dengan kesadaran akan tanggung jawab dan tantangan kehidupan nyata. (rex/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img