MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Setiap 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Namun masih jarang orang yang tahu bahwa Hari Buku Nasional dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan Nasional kabinet Gotong Royong pada 2001 hingga 2004 lalu. Sebagai pencetus Hari Buku Nasional, Abdul Malik Fadjar meninggalkan sebuah perpustaskaan yang dibangun pada 2005 lalu dan masih bertahan hingga kini.
Perpustakaan bernama Rumah Baca Cerdas yang berlokasi di Jalan Raya Permata Jingga, itu kini perlahan mulai diminati lagi setelah dua tahun pandemi sepi pengunjung.
“Dua tahun kemarin itu sangat sepi kalau dibandingkan sekarang. Alhamdulillah saat ini mulai stabil, mulai banyak lagi yang datang. Kebanyakan mahasiswa sama warga sekitar sini ya,” terang Azhar, petugas Rumah Baca Cerdas kepada Malang Posco Media, Selasa (17/5) kemarin.
Di dalam Rumah Baca Cerdas itu, setidaknya ada 12 ribu koleksi berbagai macam buku. Perpustakaan yang diresmikan langsung oleh BJ. Habibie itu mengusung konsep yang cukup menarik. Selain perpustakaan, juga ada ruang diskusi kafe hingga co-working space. Ini juga menjadi sebuah inovasi atau upaya untuk meningkatkan literasi dan minat baca.
“Tak hanya di Kota Malang, semua kota anak mudanya mengalami penurunan minat baca. Karena faktor sosmed dan digital. Kebanyakan yang mereka cari pasti melalui media sosial. Itu harus diakui bahwa minat baca pemuda kita menurun,” terang Direktur Eksekutif Rumah Baca Cerdas Institute A Malik Fadjar, Subhan Setowara.
Lebih jauh, Subhan mengatakan, saat ini dirasa perlu mengkampanyekan membaca buku itu sebuah gaya hidup yang keren. Dulunya, HP menjadi gaya hidup karena jarang yang memiliki HP. Namun karena saat ini sudah semuanya memiliki HP, maka harusnya membaca buku bisa menjadi gaya hidup lagi.
“Anak sekarang kan punya istilah healing, jadi mungkin baca buku bisa dijadikan salah satu healing. Ketika kamu mencari informasi di sosmed, kamu akan over dosis informasi. Kan kesana kemari, malah bikin pusing. Makanya disini juga ada kafe juga,” beber Subhan.
Di Rumah Baca Cerdas ini sendiri terbilang cukup lengkap. Ada buku soal karya umum, filsafat dan psikologi, agama, ilmu sosial, bahasa, sains, teknologi, seni, sastra dan sejarah. Namun yang paling banyak, adalah buku tentang agama dan sosial.
“Sebagian besar buku disana adalah buku pribadi dan koleksi beliau (Abdul Malik Fadjar. Namun juga ada buku sumbangan. Beliau adalah seorang guru bangsa dan tokoh pendidikan di Indonesia. Dia selalu berpikir soal warisan buat anak muda. Jadi dia selalu berpikir soal warisan untuk generasi mendatang,” tambahnya. (ian/aim)