.
Sunday, December 15, 2024

Jalan Ninja

Berita Lainnya

Berita Terbaru

“Aku tak akan menarik kembali kata-kataku,

karena itulah jalan ninjaku.”

(Naruto Uzumaki)

Malang Posco Media – Bagi kaum milenial nama Naruto pasti tidak asing. Menurut blog fandom Naruto, Naruto merupakan tokoh kartun yang berasal dari Jepang. Dia merupakan seorang shinobu (ninja) yang hiperaktif, periang, dan ambisius yang ingin mewujudkan keinginannya untuk mendapatkan gelar pemimpin dan ninja terkuat di desanya.

Menurut Wikipedia, sebenarnya komik serial Naruto pertama kali dirilis pada tahun 1999. Kemudian, serial anime Naruto sudah mulai ditayangkan di televisi pada tahun 2007. Dengan banyaknya penggemar Naruto, maka anime Naruto kembali ditayangkan oleh televisi swasta Indonesia di tahun 2022. Hal inilah yang membuat anime Naruto kembali menjadi idola di kalangan generasi Z.

Waktu pertama kali membaca cuitan “Ini Jalan Ninjaku” berseliweran di twitter baru-baru ini, terkadang orang akan berpikir apakah itu jalan ninja? Apalagi yang memang bukan penggemar tokoh ninja atau hal-hal yang berkaitan tentang ninja.

Ternyata, usut punya usut “Jalan Ninja” diambil dari kata-kata bijak di anime Naruto. “Aku tak akan menarik kembali kata-kataku, karena itulah jalan ninjaku.” Mungkin, untuk orang yang bukan penggemar Naruto bahkan tidak pernah mengetahui tentang Naruto tidak akan memperhatikan ungkapan tersebut.

Tapi setelah viral dan digunakan dalam berbagai bidang ternyata jalan ninja memiliki makna yang dalam. Jadi, wajar saja jika lantas filosofis dasar ini digunakan oleh netizen Indonesia sebagai jalan ninja hidup mereka.

Dikutip dari blog fandom Naruto, Jalan Ninjaku adalah aturan pribadi yang dimiliki shinobi (ninja). Jalan ninjaku adalah cara hidup, motto mereka, keyakinan, atau “mimpi” para shinobi (ninja).

Ini adalah cara hidup ninja mereka “Shinobi no Ikikata” juga sebagai semboyan atau motto dan keyakinanmasing-masing. Setiap ninja selalu memegang teguh aturan yang dibuat sebagai tujuan dalam kehidupan. Apakah ada jalan ninja juga dalam pembelajaran?

Tentu saja dalam pembelajaran juga ada jalan ninja. Jika siswa zaman sekarang tidak mau mendengarkan guru, maka guru harus mencari jalan ninja agar tujuan pembelajaran tercapai. Guru mencari cara agar siswa mau dan mampu menyerap isi informasi pembelajaran.

Dirunut dari laman refoindonesia.com, ada beberapa jalan ninja yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Jalan ninja yang pertama yaitu guru fokus dalam pembelajaran. Guru harus mengetahui apa yang ingin dipelajari oleh siswa. Selain itu, guru juga bisa mempersiapkan solusi jika siswa mengalami kesulitan belajar.

Jalan ninja yang kedua yaitu membangun budaya kolaborasi. Guru diberi waktu dan dukungan untuk bekerjasama, mengklarifikasi pembelajaran siswa yang esensial, mengembangkan common assessment (penilaian umum), menganalisa bukti pembelajaran siswa, dan menggunakan bukti tersebut untuk saling belajar. Kolaborasi bisa membantu siswa untuk lebih berprestasi.

Jalan ninja yang ketiga yaitu berfokus pada hasil. Mengukur efektivitas pembelajaran berdasarkan hasil di lapangan bukan berdasarkan intensitas pembelajaran yang dilakukan. Meningkatkan pembelajaran siswa terletak pada proses belajar guru yang berlangsung terus menerus dan menjadi bagian dari tugas mengajar guru tersebut.

         Jalan ninja keempat, tidak menghindari teknologi. Sebagai pendidik perlu berpikir cara agar guru dan siswa menjadi pengguna teknologi dan aplikasi tertentu sampai tingkat mahir, sehingga teknologi menjadi senjata yang berguna, bukan senjata makan tuan.

Sudah banyak prediksi bahwa masa depan pendidikan di dunia akan bergerak ke arah hybrid learning (metode pembelajaran yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka). Dan, pastinya penggunaan teknologi tidak dapat dihindari.

Jalan ninja kelima, dekomposisi. Dekomposisi adalah proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana (KBBI: 2021). Dalam pembelajaran, dekomposisi merupakan proses memecah persoalan besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah untuk diselesaikan. Dengan dekomposisi, guru bisa membimbing siswa agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh, tidak takut menghadapi masalah yang besar dan kompleks.

Hal ini membuktikan bahwa tantangan bagi guru akan lebih banyak untuk ke depannya. Setelah dua tahun masa pandemi yang membuat pembelajaran kurang maksimal, saat ini guru juga ditantang untuk memulihkan pembelajaran setelah pandemi.

Tanpa disadari, pandemi telah membawa suatu “pemaksaan” kepada seluruh pihak dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan memaksimalkan penggunaan teknologi digital (digitalisasi). Pandemi menyadarkan kepada kita bahwa digitalisasi merupakan era yang tidak akan terbendung.

Sekarang atau nanti, penggunaan perangkat digital dengan segala turunannya merupakan keniscayaan, tidak hanya dalam dunia pendidikan, namun dalam segala bidang. Guru “dipaksa” untuk belajar menyusun presentasi maupun konten video edukasi. Siswa “dipaksa” untuk mempelajari presentasi, video edukasi dari guru-guru, maupun tugas-tugas sekolah berbasis komputer.

Dalam mendukung dan membantu guru untuk mencapai jalan ninja selama pandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) juga terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi para guru. Salah satunya adalah diluncurkannya Platform Merdeka Mengajar.

Menurut laman kemdikbud.go.id, Platform Merdeka Mengajar dipersembahkan untuk mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan pelatihan untuk tingkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi rekan sejawat. Guru harus bisa efektif memberikan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan berdampak pada daya serap anak.

Platform Merdeka Mengajar diharapkan dapat memberi fasilitas yang dapat digunakan guru untuk mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan. Guru membuat siswa mengalami pembelajaran yang tidak tebas rata, tetapi berdasarkan kemampuan masing-masing siswa.

Dengan jalan ninja atau platform apapun, setiap guru harus kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Guru harus selalu membangun jembatan komunikasi yang bisa membuat proses pembelajaran jadi lebih menarik dan bermanfaat untuk siswa. Agar anak-anak kita, generasi penerus tetap bisa berinteraksi dengan guru maupun teman-teman sebaya. Dalam hal membuat anak-anak bekerja sama dan memotivasi mereka, guru adalah aspek yang paling penting.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img