MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sudah bertahan sejak puluhan tahun, minuman tradisional satu ini masih tetap eksis hingga saat ini. Bahkan pelanggannya sudah tersebar ke beberapa wilayah di Malang.
Jamu Bu Runtik sudah ada sejak tahun 1990. Penggagasnya adalah Suningsih Runtiati atau dikenal dengan Bu Runtik. Dari modal awal sebesar Rp 400 ribu untuk kemudian dijadikan Jamu Sirih Kunci. Berkat ketekunannya itu, produknya masih tetap bertahan sampai dengan saat ini dan diteruskan oleh anak-anaknya.
“Ada anak empat bingung usaha apa buat cari uang. Berbagai macam jualan sudah dicoba, akhirnya mencoba buat jamu ini. Awalnya jamu Sirih Kunci, ternyata diminati dan semakin bertambah pelanggannya,” terangnya.
Menjaga kualitas dan cita rasa menjadi kunci utama dari produk jamu yang dibuat oleh Runtik. Awalnya ia menjajakan jamu olahannya tersebut dengan berkeliling ke berbagai tempat, kemudian menetap di sekitaran PT Sampoerna.
“Saat di sana mulai banyak yang kenal dan pelanggannya juga mulai berkembang. Akhirnya sampai dengan saat ini, Alhamdulillah pelanggannya juga datang dari berbagai kalangan. Tapi kebanyakan memang orang-orang dewasa,” imbuhnya.
Setiap hari ia mampu memproduksi minimal 80 botol dengan berbagai kemasan, mulai dari 350 mili, 600 mili serta 1500 mili. Terdapat beberapa varian yang dibuatnya, mulai dari beras kencur, kunyit luntas, kunyit asam, kunci sirih serta beningan.
“Minimal 80 botol, namun kalau ada pesanan ya bisa lebih. Kadang ada yang memesan untuk pengajian, untuk acara pernikahan ataupun acara-acara lainnya. Setiap hari minggu pagi itu ada yang memesan untuk pengajian,” paparnya.
Selain dipasarkan sendiri, beberapa produknya juga dibawa oleh para reseller yang kemudian dijual ke beberapa daerah. Kini juga hadir jamu dalam kemasan yang lebih ekonomis, yakni dalam bentuk gelas-gelas.
“Selain kemasan botol, kami juga ada kemasan yang lebih ekonomis dalam bentuk gelas-gelas kecil. Ini biasanya yang banyak dipesan untuk acara-acara. Bisa request untuk untuk variannya, bisa satu varian ataupun dicampur dalam satu kemasan,” ujarnya.
Harganya juga beragam, mulai dari Rp 7 ribu sampai dengan Rp 20 ribu. Sementara untuk bentuk cup dalam satu dus berisi 24 cup yang dihargai Rp 35 ribu. Disuhu ruang, produknya tersebut bisa bertahan selama dua hari saja. Sedangkan jika disimpan di pendingin bisa sampai dengan tujuh hari.
Salah satu kunci bisa bertahan hingga puluhan tahun, salah satunya konsisten dalam menggunakan bahan-bahan yang berkualitas. Meskipun harga bahan baku mahal, namun ia tidak mengurangi bahan-bahan.
“Dari awal sampai dengan sekarang kami tetap konsisten. Pelanggan kami dari sejak awal berjualan sampai dengan sekarang mengatakan bahwa cita rasanya tetap sama. Karena sekarang marak yang jualan tapi menggunakan bahan-bahan yang ala kadarnya. Kami lebih mementingkan fungsi dari jamu ini sebagai minuman untuk kesehatan,” tandasnya.
Berbagai inovasi terus dikembangkan agar minuman dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Di antaranya dengan membuat jamu dalam bentuk bubuk yang bisa diseduh, sehingga lebih praktis. (adm/aim)