.
Thursday, November 21, 2024

JANGAN MENJADI BIDAN IMAGINER

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Setiap waktu ku berjuang

Untuk kemanusiaan

Itulah semua tugasku

Yang tak mengenal waktu

Berat terasa ringan

Tugas seorang Bidan

Ku tak ingin tanda jasa, semua hanya ikhlas adanya

Ikatan Bidan Indonesia berazas Pancasila

Seluruh jiwa dan ragaku demi bahagikan seluruh bangsaku

          Kalimat di atas bukanlah puisi, tetapi sebuah hymne dari para bidan yang bercerita tentang tugasnya sebagai seorang bidan. Ketika mendengar kata bidan, kira-kira apa yang terbersit dalam pikiran kita? Bidan adalah seorang wanita yang pekerjaannya menolong ibu yang mau melahirkan.

          Bidan adalah salah satu dari tenaga medis yang harus siap setiap saat dibangunkan atau dipanggil sewaktu-waktu untuk menolong ibu melahirkan. Siap siaga 24 jam untuk seorang ibu hamil yang akan melahirkan. Tugas bidan sesuai sekali dengan hymnenya di atas, yang tidak mengenal waktu.

          Seseorang yang ingin menjadi bidan pasti berpikir, tugasnya hanya menolong ibu melahirkan dan saat berkerja nanti akan ditempatkan di daerah terpencil atau di daerah pedesaan. Menjadi bidan di daerah pedesaan atau daerah perkotaan, sama saja tanggungjawabnya. Bertanggungjawab terhadap keselamatan ibu dan bayinya selam kehamilan hingga persalinannya. Pada saat masa pendidikan bidan, teori dan praktik yang diajarkan juga sama.

          Kurikulum pendidikan bidan merupakan kurikulum yang sudah “pakem”, dimanapun kita menempuh pendidikan bidan. Lalu bagaimana sistem pendidikan bidan di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini yang sedang melanda kita, bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia.

          Sejak mewabahnya virus Covid-19 pada akhir tahun 2019, proses pembelajaran mahasiswa bidan berubah drastis. Proses belajar mengajar (PBM) berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online.

          Sejak adanya pandemi Covid-19 tidak asing lagi mengenal pembelajaran offline dan online. Pemerintah memberlakukan pembatasan aktivitas belajar di kampus baik teori maupun praktik. Sebagai pendidikan vokasi yang lebih banyak praktiknya, kami sebagai tenaga pendidik mengalami kesulitan pada awal pandemi Covid-19.

          Kesulitan yang dialami adalah bagimana cara menyampaikan kepada mahasiswa terkait dengan mata kuliah yang ada praktiknya. Sangat tidak mungkin mengajarkan kepada mahasiswa praktik menolong persalinan secara daring, praktik menolong bayi baru lahir dan juga praktik-praktik yang lainnya.

          Pendidikan Diploma Kebidanan adalah pendidikan vokasi yang mahasiswanya dituntut harus mampu mempraktikkan tugas-tugas pokok bidan secara kompeten. Mengapa mahasiswa Diploma Kebidanan harus dituntut kompeten? Ya, karena yang harus ditangani dan diselamatkan adalah dua nyawa, ibu dan bayinya.

          Dua nyawa, kalau bayinya tunggal atau hanya satu. Bagaimana kalau bayinya kembar dua atau tiga, berapa nyawa yang harus diselamatkan. Pertolongan dan tindakan yang kurang atau tidak kompeten dapat berakibat fatal bagi ibu dan bayinya.

          Tugas kita sebagai pendidik adalah bagaimana mahasiswa tetap bisa kompeten selama menempuh pendidikan di masa pandemi Covid-19 ini. Harapannya adalah agar saat mereka lulus nanti tidak menjadi ‘bidan imaginer.’ Maksudnya bidan yang hanya mengerti teori saja tetapi tidak mampu menerapkan praktiknya. Kalau ini terjadi akibatnya sangat fatal.

          Menjadi ‘bidan imaginer’ karena alasan dampak pandemi Covid-19? Jangan! Jangan sampai itu terjadi. Oleh karena itu sebagai tenaga pendidik harus berupaya mencari cara bagaimana mahasiswa tetap bisa kompeten walaupun proses belajar tatap muka tidak optimal.

          Salah satu tujuan sebagai bidan adalah membantu Pemerintah untuk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) yang saat ini masih tergolong tinggi. Membantu untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayinya.           Proses perkuliahan selama pandemi Covid-19 sudah diatur oleh pemerintah untuk mengurangi angka kejadian penularan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Protokol kesehatan dilakukan sangat ketat antara lain mencuci tangan, memakai hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak, membatasi aktivitas dan menghindari kerumunan.

          Strategi pembelajarannya akhirnya dengan cara memberikan perkuliahan kepada mahasiswa secara kombinasi. Memadukan pembelajaran secara luring dan daring. Proses pembelajaran secara daring diberikan saat materi masih teori. Pembelajaran secara luring diberikan pada saat sudah mulai praktik.

          Saat praktikum diberlakukan protokol kesehatan secara ketat.           Mahasiswa yang praktik secara bergantian, dalam satu sesi praktik hanya dua orang mahasiswa. Dilakukan secara bergantian dengan alokasi waktu yang berbeda-beda sesuai jadwal yang sudah dibuat. Masa pandemi Covid-19 tidak menjadi alasan untuk tetap bisa belajar dengan optimal.

          Proses belajar mengajar yang dilakukan secara  daring secara tidak langsung waktunya menjadi lebih banyak daripada belajar secara luring. Akhirnya tanpa disadari, mahasiswa menjadi lebih banyak berkutat dengan gawainya. Nah, ini yang harus menjadi kewaspadaan orang tua karena mereka akan lebih lama memegang gawai.

          Mahasiswa tetap bisa menjadi bidan yang kompeten, jika bisa secara bijak menggunakan gawai sesuai dengan peruntukannya dan waktunya. Proses tidak akan mengkhianati hasil, jika yang dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dan telah ditetapkan.           Menjalankan proses sesuai dengan peraturan kampus dan peraturan pemerintah. Janganlah terlena dengan keadaan yang membuat kita berlama-lama di rumah. Jadikan kondisi pandemi saat ini menjadi kondisi yang bermanfaat dan menguntungkan bagi kita untuk tetap bisa menjadi bidan yang kompeten, sehingga kita tetap bisa berkompetisi saat lulus nanti.       Sukses adalah milik kita dan hanya kita yang bisa mengupayakan. Jadikan hymne IBI sebagai semangat kita dan tetaplah terus berupaya menjadi bidan yang kompeten, jangan menjadi mager selama pandemi Covid-19 agar tidak menjadi ‘’bidan imaginer.’

          Almarhum Bruce Lee mengatakan, praktik tanpa teori buta, teori tanpa praktik lumpuh. Karena itu, teori dan praktik sama pentingnya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menjadi sempurna. Semangat Bidan Indonesia!(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img