MALANG POSCO MEDIA – 96 tahun lalu. 28 Oktober 1928. Para pemuda melahirkan Sumpah Pemuda. Tiga sumpah yang ampuh hingga kini masih dipegang erat. Kami putra putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah yang puluhan tahun sudah lekat di hati bangsa Indonesia. Tak ada yang tak hafal di luar kepala. Ketika disebut Sumpah Pemuda, trilogi sumpah ini sudah otomatis diucapkan serempak. Jiwa patriotisme langsung menggelora saat sumpah ini dibaca bersama. Seperti menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Namun pertanyaannya, apakah sumpah ini benar-benar dihayati hingga sekarang? Apakah trilogi sumpah pemuda benar-benar masih dipedomani generasi sekarang? Pertanyaan yang mendasar: kalau tanah tumpah darah yang satu, pasti tanah Indonesia. Kalau berbangsa yang satu, pasti Bangsa Indonesia. Namun benarkah menjunjung tinggi bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia di zaman sekarang?
Kemajuan zaman dan perkembangan era digital sangat mempengaruhi budaya, termasuk bahasa. Bahasa Indonesia yang dulu menjadi alat komunikasi yang santun dan menjadi identitas bangsa Indonesia, kini disadari atau tidak, mulai terkikis. Bahkan miris, fakta Bahasa Indonesia kalah pamor dengan bahasa asing lainnya adalah kenyataan yang memprihatinkan.
Generasi sekarang lebih suka berbahasa Inggris. Lebih suka memakai bahasa gaul, bahkan bahasa-bahasa baru sesuai selera pasar. Bahkan untuk bekerja juga mensyaratkan nilai TOEFL bahasa Inggris yang tinggi. Bukan mensyaratkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Guru-guru heran karena para siswa tak berminat kalau pelajaran bahasa Indonesia. Ujian bahasa Indonesia lebih sulit dibanding pelajaran lain. Akibatnya bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang cenderung dihindari. Parahnya lagi, akibat bahasa Indonesia dianggap sulit, para siswa pun tak cakap berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sumpah pemuda harus menjadi momentum bersama untuk menjadikan bahasa Indonesia punya kedudukan yang lebih tinggi. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di mata dunia. Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik, benar dan santun adalah cermin dan karakter Bangsa Indonesia. Jangan remehkan Bahasa Indonesia.(*)