MALANG POSCO MEDIA – Nabi Sulaiman adalah satu dari sekian banyak Nabi yang pernah dihadirkan oleh Allah ke muka Bumi. Kita tahu bersama bahwa Sulaiman adalah anak dari Nabi Daud dan sejak berusia 13 tahun sudah menduduki tahta kerajaan waktu itu.
Salah satu masjid yang dimuliakan selain masjid Masjidil Haram, masjid Nabawi adalah Masjidil Aqsha dan Masjidil Aqsha ini adalah buah karya Nabi Sulaiman pada zamannya. Yang menarik dari Nabi Sulaiman adalah doa beliau yang diabadikan Allah dalam Al Qur’an di surat Shaad ayat ke 35: “Ia (Sulaiman as) berkata: Ya Tuhanku, ampuni aku dan anugerahkan padaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, Sungguh Engkau maha Pemberi.”
Pada akhirnya Nabi Sulaiman memiliki segalanya.
Kerajaan, kekayaan, pengaruh, ilmu, kecerdasan, bala tentara dari semua jenis mahkluk (jin, manusia, hewan), bahkan yang cukup fenomenal adalah ketika Nabi Sulaiman mengakuisisi kerajaan Ratu Bilqis. Terlepas dari Allah yang telah memberikan kelebihan kepada Nabi Sulaiman, akan tetapi doa dan keyakinannya lah yang menuntun Nabi Sulaiman memiliki segalanya.
Dalam ilmu modern hal ini bisa disebut “belief system”, keyakinan yang mendalam akan suatu hal yang pada akhirnya akan membawa orang tersebut mendapatkan apa yang dia harapkan. Belief system bisa dikatakan juga “Landasan Keyakinan” yang melatar belakangi seseorang bersikap dan berperilaku. Jadi semua hal yang kita lakukan pasti berawal dari “Belief System” yang dimiliki.
Ada sebuah ungkapan bahwa kenyataan hari ini adalah buah dari mimpi-mimpi kita di masa lalu. Konstatinopel bisa ditaklukkan oleh seorang anak muda Sultan Muhamad Al Fatih adalah bagian dari belief system yang beliau yakini akan sebuah hadist yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, bahwa suatu ketika akan tertaklukkan konstatinopel.
Jack Ma misalnya, pengusaha asal Tiongkok China yang mengawali karir dari “nol” ini tidak akan sampai seperti sekarang dengan kerajaan bisnisnya melalui Alibaba groupnya jika ia tidak memiliki belief sytem dalam dirinya, padahal ia masuk ke perguruan tinggi saja tidak lulus. Akan tetapi karena keyakinan dalam dirinya bahwa dia pasti bisa sukses, membuatnya tidak pernah kehilangan semangat dan kegigihan untuk menemukan jalan dan meraih cita-citanya.
Dari sekian banyak orang sukses dan kaya raya yang saya temui, selalu saja mereka memiliki kemiripan dalam segala aspek kehidupannya. Mereka rata-rata adalah pemilik keseimbangan dalam hidup, baik spiritual, kegigihan, gairah, ketekunan, semangat belajar, kontribusi, dan legacy.
Mereka yang kita lihat dengan segudang aset bisnis, kumulyaan dan kehormatan dunia, adalah residu dari ethos kerja dan kegigihan yang memang layak didapatkan. Mereka bukan berarti tidak pernah gagal, bahkan bisa jadi gagalnya mereka lebih banyak dari kita. Bisa jadi juga jatah gagalnya sudah habis karena saking seringnya mencoba terus setiap kali menjumpai kegagalan.
“Mereka jatuh tujuh kali dan bangkit delapan kali”, mereka telah menghabiskan rute tersulit dalam sepanjang perjalanan kehidupan dan bisnisnya hingga bertemu kemulyaanya dan kesuksesan. Mereka terus berpegang kepada keyakinannya, di saat kesulitan, himpitan dan kemustahilan dalam ikhtiar seolah menjadi batu penyumbat.
Dalam menjalankan bisnis terkadang kita juga menjumpai situasi yang demikian. Harus perpikir sejenak dengan ketajaman fikiran untuk membuat decision yang powerfull. Tentu semua decision akan membawa risiko maka juga salah satu karakter yang wajib melekat pada seorang busines owner adalah keberanian dia untuk mengambil risiko (Risk Taker).
Tidak ada pilihan untuk mengoreksi tujuan, tidak ada pilihan untuk mundur ke belakang dan tidak ada pilihan untuk berhenti di jalan. Sebagaimana ungkapan John C Maxwell, bahwa “Satu menit berpikir lebih baik dari satu jam bicara.”
Hampir kebanyakan orang dengan mudahnya membuat bisnis, membuka cabang bisnis baru, launching produk, buka outlet, dengan semangat berapi-api, namun sangat sedikit yang bisa bertahan dan bisa mengembangkannya menjadi lebih besar size dan valuasinya.
Kebanyakan dari kita “mutung” di tengah jalan dengan membuat 1.000 alasan saat kita menjumpai masalah yang pelik, yang di luar dugaan, di luar nalar, yang menguras energi, yang menguras emosi, yang membutuhkan kesabaran, yang membutuhkan ketahanan, yang membutuhkan strategi baru dan yang membutuhkan pemikiran baru.
Masalah dan pertumbuhan itu seolah saudara sekandung. Jika ada masalah yang menghadapi kita pasti di sana ada pertumbuhan. Sebagaimana Firman Allah SWT, jika Allah menurunkan masalah pasti bersamanya ada jalan keluar.
Bagi kita yang terpenting adalah kemampuan kita untuk bertahan dan bertumbuh di situasi apapun (merawat ketahanan), bagaimana cara agar kita bisa melakukannya? Jawabannya adalah: Pertama, Latih terus otot ketahan kita. Kedua, miliki persistence, ketangguhan dan kegigihan. Ketiga, terus mencari peluang. Keempat, terus mencari sumber daya untuk bertumbuh. Kelima, pastikan kita berada pada ekosistem yang mendukung kita untuk bertumbuh. Keenam, pastikan kita memiliki kinerja yang kuat. Ketujuh, merawat dua pedang kita yakni syukur dan sabar. Kedelapan, berdoa dengan kesungguhan.
Pergunakanlah waktu ini dengan baik. Apabila kita sudah tua kita akan sadar betapa ruginya kita. Karena apabila fikiran kita diisi hal-hal yang buruk, maka yang buruk pun akan datang kepada kita. Sebaliknya jika fikiran kita diisi dengan hal-hal yang baik, maka kebaikan itu pun akan datang. Kalau kita berpikir biasa-biasa saja, yang biasa itu pun akan datang kepada kita, akan tetapi kalau kita bercita- cita luar biasa, hal itu pun akan datang kepada kita.
Allah berfirman dalam hadist qudsi “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku, kalau baik baiklah Aku, kalau buruk maka buruklah Aku.” (*)