spot_img
Thursday, February 6, 2025
spot_img

Jebakan DeepSeek

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kemunculan DeepSeek bikin heboh dunia. Teknologi chatbot berbasis artificial intelligence (AI) made in China ini diakui lebih canggih ketimbang teknologi sejenis sebelumnya. Tak sedikit pengguna ChatGPT, Gemini, dan chatbot lain berpaling dan menjajal kehebatan DeepSeek. Viralitas dan popularitas chatbot besutan China ini dalam sekejap telah menjebak banyak orang turut mengunduhnya.

          Banyak pula yang fear of missing out (fomo) atau merasa takut ketinggalan hingga beramai-ramai mengunduh mesin kecerdasan buatan atau akal imitasi ini. Masifnya narasi tentang chatbot ini di beragam platform media sosial (medsos) menjadikan banyak orang kepo. Jadilah chatbot ini diunduh secara masal hingga dalam sekejap penggunanya telah melampaui chatbot sejenis yang telah eksis sebelumnya.

-Advertisement-

          Kemunculan DeepSeek telah menandai bahwa perang akal imitasi global semakin sengit. Para pemain raksasa teknologi AI seperti Amerika Serikat (AS) dan China telah head to head berperang memamerkan inovasinya.  Sementara negara-negara konsumen teknologi, seperti Indonesia hanya bisa menjadi penonton dan menerima begitu saja aneka teknologi canggih tersebut.

          Tak jarang negara-negara konsumen teknologi menjadi arena jebakan dari para kreator teknologi. Menjadi jebakan karena pada prinsipnya teknologi selalu dibuat tidak bebas nilai. Lahirnya teknologi selalu membawa nilai-nilai ideologi, politik, dan bisnis dari negara dan para kreatornya. Di sinilah jebakan teknologi itu bermain menyasar negara-negara yang “mualaf” pada teknologi.

Kekhawatiran

          Negara-negara bukan pencipta teknologi biasanya berada pada posisi penikmat teknologi. Negara seperti Indonesia tak jarang lebih dilihat sebagai pasar pengguna teknologi yang potensial bagi negara pencipta teknologi. Indonesia adalah pasar empuk bagi inovator teknologi baik teknologi perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Negara-negara pencipta teknologi tak memandang sebelah mata pada Indonesia untuk urusan ini.

          Negara-negara pencipta teknologi telah menciptakan jebakan agar negara-negara konsumen teknologi semakin tergantung pada beragam inovasi teknologi terbaru ciptaan mereka. Kemunculan DeepSeek bisa dipastikan akan banyak diunduh warga +62 yang memang gandrung pada aneka teknologi terbaru, termasuk DeepSeek yang viral dan bikin penasaran banyak orang tersebut.

          Selain deepseek made in China, perusahaan teknologi seperti Meta, Apple, Google, dan OpenAI berlomba merilis mesin artificial intelligence (AI) alias akal imitasi dan perangkat keras terbaru masuk Indonesia. Mesin akal imitasi diprediksi semakin masif digunakan secara global. Beragam sektor kehidupan mengadopsi mesin akal imitasi sebagai sebuah inovasi dalam membantu manusia. Mesin akal imitasi dan manusia semakin tak bisa dipisahkan.

          Seiring dengan kekhawatiran dari banyak pihak, penggunaan akal imitasi semakin kuat penetrasinya. Pada tahun lalu, aksesibilitas orang pada penggunaan akal imitasi terbilang cukup tinggi. Diprediksi kemunculan DeepSeek penetrasinya bakal semakin kuat. Apalagi banyak hal kini bisa dikerjakan oleh akal imitasi, mulai dari olah data, olah visual seperti olah foto, video, manipulasi audio visual, hingga maraknya kejahatan konten palsu yang menggunakan AI (deepfake).

          Penggunaan mesin akal imitasi memang tak semuanya buruk. Melalui mesin ini memang dapat membantu mengurangi biaya produksi dan waktu dengan memungkinkan otomatisasi pada berbagai tugas, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, penggunaanya tak bisa dengan menihilkan akal penggunanya dengan hanya percaya begitu saja atas kerja beragam mesin akal imitasi tersebut.

Sikap Bijak

          Kehadiran aneka mesin akal imitasi memang punya dampat positif. Namun melekat pula sisi negatifnya. Seperti umumnya teknologi, selalu berwajah ganda. Ada wajah baik dan jahatnya. Semua tentu tergantung pada orang yang menggunakan teknologi tersebut. People behind the technology yang menjadi penentu orang berhasil memanfaatkan teknologi atau menjadi korban dari dampak buruk teknologi.

          Kemunculan DeepSeek bisa menjadi chatbot tempat bertanya tentang apa saja. Itu artinya semua pihak dengan beragam kepentingan dapat menggunakan chatbot ini untuk membantu urusannya. Karena chatbot ini menyediakan bermacam data dan informasi maka sangat memudahkan bagi penggunanya. Keadaan ini berpotensi membawa penggunanya berpikir instan dan dangkal.

          Beragam sumber informasi yang disediakan chatbot ini sangat memungkinkan siapa saja dapat memanen informasi apa saja. Gara-gara melimpahnya informasi ini bisa melenakan penggunanya dan cenderung alpa melakukan verifikasi dan pelacakan kebenaran informasinya. Bisa jadi mungkin penggunaan chatbot ini bakal semakin menyuburkan budaya copas. Hal ini tentu tak berdampak baik terutama bagi dunia pendidikan.

          Budaya membaca buku dan sumber bacaan primer yang lain bisa semakin tergerus. Budaya berlama-lama menatap screen laptop atau smartphone akan semakin meningkat. Ketergantungan pada aneka gadget canggih menjadi tak terhindarkan lagi. Situasi inilah yang dapat menyuburkan cara berpikir cepat tanpa kedalaman. Kedangkalan cara berpikir inilah yang bisa memicu munculnya beragam persoalan. 

          Banyak orang telah tergantung pada kecerdasan buatan atau akal imitasi. Namanya juga akal imitasi, pasti tak sehebat akal manusia yang asli. Dalam menghadapi penggunaan DeepSeek, manusia perlu tetap membuka pikiran dan belajar beradaptasi dengan teknologi terbaru. Selain itu, menjunjung etika dalam penerapan akal imitasi dapat membantu meminimalkan dampak negatif teknologi.(*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img