MALANG POSCO MEDIA – Pemilihan rektor (pilrek) Universitas Brawijaya (UB) tanpa petahana. Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR, MS yang menjabat rektor hingga Juni mendatang terganjal usia. Namun demikian bakal calon rektor masih malu-malu mendaftar.
Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR, MS tak bisa maju lagi menjadi calon rektor periode 2022-2027 karena usianya melampaui batas calon. Menurut kriteria calon rektor harus berusia maksimal 60 tahun. Sedangkan Nuhfil Hanani kini sudah berumur 64 tahun.
Ketua Senat UB Prof Dr Ir Arifin MS mengakui Nuhfil Hanani tak bisa mencalonkan lagi karena batas usia. Menurut dia beberapa
syarat menjadi rektor memiliki pengalaman manajerial dengan minimal Lektor.
Lektor merupakan salah satu jenjang jabatan fungsional dosen dan merupakan tenaga pengajar di lingkungan kampus setingkat lebih tinggi dibanding Asisten Ahli. Lalu berusia paling tinggi 60 tahun pada saat berakhirnya masa jabatan rektor yang sedang menjabat.
Arifin mengatakan akan semakin baik jika banyak yang mendaftarkan diri sebagai calon rektor UB. Namun kenyataannya hingga kemarin belum ada yang mendaftar. Pendaftaran bakal calon rektor UB ditutup Selasa (5/4) pekan depan.
“Tapi sudah ada yang tanya-tanya. Pertanyaannya sekitar persayaratan. Tapi yang jelas profesor di sini (UB) banyak memenuhi syarat,” katanya.
“Semakin banyak (pendaftar) semakin baik. Karena akan lebih banyak pilihan juga. Mana yang terbaik maka itu yang dipilih,” lanjutnya.
Untuk menjaring calon rektor, panitia pilrek menyebarkan informasi kepada seluruh rektor di Indonesia. Bahwa ada pendaftaran calon rektor UB.
Lebih lanjut dia mengatakan salah satu tugas rektor selanjutnya mengimbangkan rasio dosen dan mahasiswa. Diketahui, rasio dosen dan mahasiswa di UB belum seimbang.
Arifin membantah keluhan mahasiswa seperti diberitakan sebelumnya. Ia menyampaikan kinerja rektor UB sudah maksimal. Mulai dari capaian akreditasi dan lainnya. Terbukti kini UB telah memiliki 61 prodi standar internasional.
“Bahkan menjelang masa akhir jabatan Juni mendatang, beliau (Nuhfil Hanani) masih berupaya maksimal mengejar program yang belum terealisasi. Saya kira kabar tersebut hanya dari kacamata mahasiswa saja,” tegasnya.
Pihaknya menerima kritikan mahasiswa. Sebab kritikan menjadi masukan untuk pihak UB agar terus meningkatkan kualitas dan pelayanan.
“Terkait kesenjangan fakultas, sebenarnya tergantung dari fakultas masing-masing. Kami memang banyak menampung mahasiswa yang ingin kuliah di UB, kami memberikan kesempatan mereka menempuh pendidikan di sini” jelas Arifin.
Dia menjelaskan bahwa membangun gedung baru tidak asal membangun. Harus seimbang dan di sesuaikan kondisi yang ada. Rencananya untuk meningkatkan pelayanan kampus, UB akan bangun kampus di Kepanjen. Lokasinya seluas sekitar 40 hektare.
Di samping itu, Arifin berharap rektor berikutnya agar dapat menjalankan moto membangun peradaban dengan keteladanan. Menurutnya keteladanan adalah hal yang utama. Dari keteladanan dapat menjadi contoh bagi dosen dan karyawan. “Membangun keteladanan ini pekerjaan yang tidak mudah. Tapi harus dilakukan, sehingga UB bisa memberikan bukti bahwa UB memiliki pemimpin yang baik dari teladan itu,” ungkapnya.
Sementara itu sampai berita ini diturunkan Nuhfil Hanani belum menjawab konfirmasi Malang Posco Media. Dihubungi melalui WhatsApp (WA) namun tak merespons. (mda/van)