Oleh: M. Khamim
Dosen Agama Islam
Universitas Brawijaya
Kemarin, 22 Oktober 2024, segenap kalangan di tanah air memperingati Hari Santri Nasional 2024. Secara garis besar, santri dididik di pesantren mempunyai dua tujuan. Pertama, tujuan khusus pesantren adalah mempersiapkan santri agar menjadi orang yang salih dalam ilmu agama yang diperolehnya di pondok pesantren serta ilmu agama tersebut diamalkan kepada masyarakat. Kedua, tujuan umum pesantren adalah untuk membimbing santri supaya menjadi insan yang berakhlak mulia dan sanggup menjadi muballigh di tengah-tengah masyarakat melalui ilmu yang diperolehnya semasa menjadi santri.
Dari kedua tujuan ini sudah tergambar jelas bagaimana peran seorang santri. Ilmu yang diperoleh di pesantren tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi ilmu itu haris disampaikan kepada masyarakat (Harahap, 2022: 24). Salah satu cara dalam penyampaian ilmu dapat dilakukan dengan cara berdakwah.
Dakwah Bi Al-Qolam
Salah satu tugas dan panggilan jiwa yang melekat pada pribadi seorang santri ialah kewajiban untuk berdakwah. Santri berkewajiban mengenalkan dan mengajak manusia pada nilai-nilai Islam dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi salah satu misi penyebaran Islam yang tak terbatas oleh dimensi ruang dan waktu.
Dakwah seperti apa yang dapat dilakukan oleh santri? Dimensi dakwah sangatlah luas. Kegiatan dakwah dapat dilakukan tidak hanya melalui lisan (bi al-lisan) seperti ceramah dan lainnya, tetapi juga melalui tulisan (bi al-kitabah) dan juga (bi al-hal).
Salah satu metode dakwah yang dapat dilakukan dan berpeluang besar di era globalisasi bahkan era digitalisasi saat ini bagi kalangan santri ialah dakwah bi al-kitabah atau dakwah bi al-qolam. Yaitu suatu kegiatan dakwah melalui tulisan atau karya tulis.
Dalam catatan sejarah, salah satu cara dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw ialah dengan tulisan. Dakwah dengan tulisan yang dilakukan oleh Nabi berupa pengiriman surat kepada pemimpin atau raja-raja pada saat itu untuk mengajak mereka memeluk Islam (Abdullah, 2015: 33).
Hal ini menjadi sebuah isyarat bahwa selain dengan cara langsung berupa ajakan dengan tutur kata, mengajak dan mengenalkan nilai Islam pada orang lain dapat pula dilakukan dengan tulisan atau juga dengan media cetak.
Spirit dakwah bi al-qolam seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi di atas perlu menjadi inspirasi santri untuk turut aktif mendakwahkan Islam sebagai bagian dari jihad melalui tulisan, terlebih di era digital saat ini yang didukung banyak kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi menjadi peluang besar terhadap kemajuan dakwah kontemporer. Maraknya buku dan kitab, tulisan di surat kabar, majalah, tabloid, dan lainnya serta artikel-artikel keislaman yang muncul di berbagai media maya merupakan bukti dari hal tersebut. Ulama-ulama salaf pun menyebarluaskan ajaran Islam dengan cara menuliskan pesan dakwahnya melalui karya berupa “kitab kuning.”
Urgensi Santri Berjihad Edukatif
Menurut Agusman dan Hanif (2021), dakwah bi al-qolam menjadi metode dakwah yang baik dan tepat bagi masyarakat di era modern. Dakwah dengan metode ini memberikan kesempatan pada masyarakat untuk memilih yang sesuai dengan kepentingannya. Bagi seorang da’i gagasan dapat dituangkan secara menyeluruh dalam sebuah tulisan karena tidak ada batasan jangkauan maupun waktu.
Peluang baik ini semestinya ditangkap dengan baik oleh para santri sebagai kalangan terpelajar dan calon cendekiawan untuk melalukan aktivitas dakwah dengan baik, termasuk di dalamnya dalam menanamkan nilai-nilai edukasi keislaman pada khalayak luas sebagai jihad pendidikan.
Dakwah bi al-qolam dapat digunakan sebagai strategi jihad pendidikan yaitu sebuah upaya untuk menyebarkan nilai-nilai Islam agar diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga melahirkan masyarakat yang terdidik dengan ilmu yang terdapat pada tulisan atau karya lainnya.
Artinya jihad santri saat ini tidak sama dengan santri zaman dahulu. Santri sekarang jihad yang sangat potensial ialah bagaimana turut mencerdaskan kehidupan masyarakat, mendidik masyarakat untuk dapat menjalankan kehidupan sebagai muslim yang baik berlandaskan ilmu.
Di Indonesia sendiri telah banyak kiprah santri dalam dakwah bi al-qolam. Bahkan pada tahun 2021 sebagaimana dirilis website kemenag.go.id, Nadia Shafiana Rahma, santri Pondok Pesantren Hadil Iman Surakarta mendapatkan anugerah Santri Award 2021 atas prestasinya yang telah menulis 37 novel, kumpulan cerpen, komik, dan juga esai yang diterbitkan oleh beberapa kementerian dan penerbit besar.
Lainnya, ada Khilma Anis, seorang elit pesantren yang juga pernah menjadi santri di Tambak Beras berhasil membuat novel best seller “Hati Suhita” hingga berhasil tayang di neflix dan series bahkan masuk dalam 15 film terlaris sepanjang 2023. Tak salah jika kemudian Khilma Anis banyak diundang ke berbagai tempat mulai dari pesantren, sekolah hingga kampus untuk berbagi kiat suksesnya.
Dua contoh di atas menjadi bukti kesuksesan dan partisipasi santri dalam berjihad di era modern. Santri dapat berkhidmat dan mengabdi pada umat, bangsa dan negara dengan melahirkan karya. Melalui karya-karya inilah santri menuangkan gagasan dan pikiran yang bernuansakan Islam untuk ditransferkan pada masyarakat serta berperan dalam mengedukasi masyarakat secara luas.
Santri harus membaca peluang kemajuan teknologi dan zaman modern dengan memanfaatkannya untuk kegiatan yang positif, termasuk dalam memberikan edukasi nilai-nilai Islam pada masyarakat melalui tulisan dan karya. Dengan demikian, santri benar-benar menjadi harapan masa depan sebagai calon cendekiawan yang kompeten dan berdaya saing untuk turut serta membangun peradaban. Selamat Hari santri Nasional 2014! (*)