MALANG POSCO MEDIA – Sempat meraih medali emas dan perak di gelaran Porprov VIII Jawa Timur lalu, kini sosok atlet cantik muda bertalenta Jingga Eka Farera kembali mengincar posisi puncak. Atlet lari spesialis 400 meter gawang dan estafet ini kini tengah menggenjot persiapan demi menyabet medali emas di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025 yang diselenggarakan di Malang Raya.
Gadis yang akrab disapa Jingga ini memulai hari-hari latihannya sejak pagi hari. Selama proses renovasi lintasan lari di Stadion Gajayana Malang, ia harus berlari di berbagai tempat. Tak jarang ia berpindah dari venue ke venue, seperti kampus UM, atau ke kawasan Dodikjur.
“Kalau pagi dari jam setengah delapan sampai jam sepuluh. Sore bisa dari jam setengah empat sampai jam enam atau bahkan setengah tujuh,” ungkap gadis berusia 21 tahun itu.
Ia tahu bahwa lari adalah panggilannya. Jingga kemudian mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya, untuk melanjutkan bakat itu. Kemudian, ia memutuskan hijrah ke Malang saat SMP demi mendapatkan pembinaan atlet yang lebih serius dan berjenjang.
“Dari kelas lima memang saya sudah didukung dan mendapatkan arahan untuk bisa jadi pelari. SMP pindah ke Malang karena di sini lebih terjamin untuk atlet,” kenangnya.
Kini, dengan segudang pengalaman sejak Porprov 2019, di mana ia meraih perak di nomor 400 meter gawang dan emas di nomor estafe, Jingga semakin matang dan siap menantang batas dirinya. Terlebih, meski padat latihan, ia tetap menjalankan tanggung jawab akademiknya sebagai mahasiswa sekaligus peserta magang PPL di SMK Negeri 2 Malang.
“Memang kalau jadwal latihan seperti itu pasti mengganggu kuliah, tapi alhamdulillah pihak sekolah dan kampus mempermudah dispensasi,” katanya.
Jingga tahu tantangan bukan hanya datang dari lawan, tetapi dari keterbatasan fasilitas dan waktu. Lawan beratnya, menurut dia, datang dari Kediri yang memiliki akses latihan tanpa hambatan.
“Kalau Kediri kan lapangannya bisa dipakai terus. Kita harus menyesuaikan karena sering pindah-pindah lokasi latihan,” ujar mahasiswi Jurusan Pendidikan Jasmani dan Keolahragaan (PJKR) Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Di balik medali dan pencapaian, ada perjuangan senyap yang tak selalu tampak orang luar. Selain mencurahkan keringat dan luka selama latihan, hal lain seperti biaya latihan, sepatu lari, hingga peralatan khusus yang tak murah.
“Sepatu saja minimal sejuta. Tapi alhamdulillah selama ini banyak dibantu dari KONI dan Dispora, tetap untuk target kalau bisa emas, harus emas,” tegasnya, penuh keyakinan. (rex/jon)