MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Kekerasan seksual dapat mengintai siapa saja, tak terkecuali profesi jurnalis atau wartawan. Hasil survei yang dilakukan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menunjukkan, bahwa jurnalis di Malang masih rentan mengalami kekerasan seksual terutama perempuan.
Survei itu dilakukan sejak tanggal 21 Maret hingga 15 Mei 2022. Sedikitnya 40 orang responden yang mengisi survei tersebut. Hasil survei mencatat, ada 31,6% responden adalah jurnalis perempuan, sedangkan 68,4% nya adalah laki-laki.
Ketua AJI Malang, Mohamad Zainuddin mengatakan jumlah jurnalis perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki di Malang Raya. Maka tidak heran jika jumlah responden perempuan hanya mencapai 31,6%.
“Mereka terdiri atas reporter, editor dan kepala biro. Para responden memiliki latar belakang pendidikan beragam, mulai dari lulusan SMA/SMK hingga S2,” ujar Zainuddin, Minggu (29/5).
Hasil survei itu menunjukkan, 77,5% responden menjawab tidak pernah mengalami kekerasan seksual berbasis gender. 22,5% mengalami kekerasan berbasis gender. Bahkan, hampir seluruh responden perempuan mengaku pernah mengalami kekerasan seksual berbasis gender.
“Jumlah responden perempuan sedikit, tapi dari data ini dapat diketahui, mayoritas dari mereka memiliki pengalaman kekerasan seksual,” ungkap Zainuddin.
Dikatakannya, di Malang Raya media bertumbuh pesat. Ada 13 media berstatus terverifikasi administrasi dan faktual oleh Dewan Pers. Kondisi itu tidak sebanding dengan jumlah jurnalis perempuan.
Mayoritas responden bekerja antara satu hingga lima tahun. Jumlahnya 59%. Mereka yang bekerja antara enam hingga sepuluh tahun sebanyak 20,5%. Sedangkan jurnalis yang yang bekerja kurang dari setahun sebanyak 10,3%, pun yang bekerja lebih dari sepuluh tahun, jumlahnya 10,3 persen.
Kebanyakan jurnalis yang pernah menjadi korban menjawab mengalami kekerasan seksual sekali, persentasenya 33,3%. Sedangkan 22,2% menjawab mengalami kekerasan seksual sebanyak tiga kali. Sedangkan yang menjawab mengalami kekerasan seksual sebanyak dua kali dan lebih dari tiga kali ada 11,1%.
“Yang menjawab tidak ingat dan sering mengalami kekerasan seksual juga 11,1%,” imbuhnya.
Dari data tersebut, diketahui bahwa narasumber menjadi yang paling dominan menjadi pelaku kekerasan seksual. Angkanya mencapai 22,2%, sedangkan 11,1% pelaku kekerasan seksual adalah teman satu profesi, teman sekantor dan orang lain. AJI menyimpulkan bahwa jurnalis perempuan paling rentan mendapat kekerasan seksual. Bahkan bisa terjadi ketika masa kerjanya masih di bawah setahun.
Ia menuturkan, AJI Malang mengeluarkan rekomendasi yakni agar perusahaan media dan organisasi profesi perlu memiliki SOP penanganan kasus kekerasan seksual. Serta penting untuk memberikan edukasi tentang perspektif gender kepada pekerjaannya. Hal ini dinilai sama pentingnya dengan edukasi tentang kekerasan seksual kepada pemangku kebijakan dan masyarakat luas.
“Pasalnya, banyak kasus kekerasan seksual terhadap jurnalis dilakukan oleh narasumber. Sehingga hal ini diharapkan bisa diantisipasi sejak awal oleh jurnalis, terutama jurnalis perempuan,” tambahnya.(tyo/jon)