spot_img
Friday, April 26, 2024
spot_img

Jurnalis Warga Harus Bertanggungjawab

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Jurnalis warga (Citizen Journalism) saat ini semakin berkembang. Agar tidak melanggar aturan, jurnalis warga juga harus bertanggungjawab terhadap konten yang dihasilkan.

Dewan Penasehat PWI Pusat, Dr. Agus Sudibyo menjelaskan kegiatan jurnalistik saat ini tidak dilakukan lembaga terverifikasi pers saja. Masyarakat umum juga bisa menjadi jurnalis yang disebut dengan jurnalis warga. Setiap orang bisa menjadi wartawan, namun saat mengaku sebagai wartawan maka harus patuh pada kode etik jurnalistik.

“Barang siapa yang mengaku jurnalis harus memahami kode etik jurnalistik. Kalau ada aktivis media sosial, jika itu ruang publik maka yang dishare di situ harus relevan dengan kepentingan publik. Jangan pamer hanya untuk diri sendiri,” terang Agus Sudibyo saat berbicara dalam Guest Lecture ‘Tantangan Jurnalisme di Era Digital’ yang digelar oleh FISIP Universitas Brawijaya, Malang, Selasa (22/11) kemarin.

Dijelaskannya, wartawan baik yang bekerja di media maupun yang sebagai jurnalis warga harus memikirkan dampak dari tulisan yang dibuat. Pasalnya, kebebasan pers tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan faktor lain.

Kebebasan pers itu berdampingan kepentingan publik yang lain. Mulai dari kesejahteraan rakyat, perlindungan perempuan dan anak-anak atau kemanusiaan, kemakmuran bersama, kedaulatan nasional dan seterusnya.

“Pers tidak perlu menutup-nutupi fakta namun mempertimbangkan dampak pemberitaan,” ujarnya di hadapan puluhan mahasiswa FISIP UB.

Mantan anggota Dewan Pers itu  mewanti-wanti siapapun yang hendak membuat konten jurnalistik, baik itu wartawan, konten kreator, Youtuber, jurnalis warga harus bertanggung jawab pada masyarakat.

“Tanggung jawab dari apa yang ditulis dan dampaknya pada masyarakat. Peran media saat kontestasi politik sangat penting sebagai clearing house information. Menjernihkan informasi, wacana, isu-isu yang berkembang di media sosial terkait polarisasi yang berkembang antar kelompok dan kepentingan politik,” terangnya.

Menurutnya Pemilu 2024 adalah pemilu yang rawan, karena arus komputasional di media sosial akan semakin deras. Tingkat kebingungan masyarakat terkait informasi yang benar dan salah itu akan meningkat.

Disitulah media harus berperan sebagai penjernih informasi. Karena media sosial saat ini dengan mudah menolak informasi yang tidak sesuai dengan yang diyakini seseorang.

“Kita tidak boleh terjebak pada fanatisme. Media massa dalam hal ini berfungsi sebagai pembersih jangan sampai ikut-ikutan seperti media sosial,” pungkasnya. (aim)

Ikuti Juga Berita Malang Hari Ini dan Info seputar Arema FC, Arema dan Aremania di Youtube dan Tiktok Kami

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img