Kemarau Basah Waspada Muncul Penyakit
MALANG POSCO MEDIA-Wilayah Kabupaten Malang dalam status siaga kekeringan. Status tersebut berlaku pada musim kemarau ini.
BPBD Kabupaten Malang telah memetakan wilayah yang berpotensi mengalami krisis air atau kekeringan.
Sebanyak 20 tandon air kondisi baru berkapasitas 1.200 liter pun disiapkan. Tandon air ini nantinya digunakan dengan sistem pinjam pakai bagi wilayah yang mengalami krisis air.
“Walaupun sudah masuk musim kemarau, namun masih banyak turun hujan. Sehingga status Kabupaten Malang belum tanggap, baru siaga kekeringan,” kata Plt Kalaksa BPBD Kabupaten Malang R. Ichwanul Muslimin, Minggu (24/8) kemarin.
Ia menguraikan, wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan yakni Kecamatan Sumawe, Bantur, Donomulyo dan Jabung. Wilayah ini juga pernah mengalami kekeringan pada musim kemarau sebelumnya.
Namun kini di beberapa wilayah sudah tercover oleh PDAM. Di sisi lain, wilayah yang sebelumnya tidak pernah terjadi kekeringan, namun kini berpotensi mengalaminya seperti di Dusun Balokan Desa/Kecamatan Kromengan.
“Di Balokan Kromengan tidak pernah kekeringan, tapi karena sumber air dari atas terganggu, sehingga debit air turun. Tapi tidak sampai kekeringan,” kata Ichwanul.
Terkait 20 tandon air berkapasitas 1.200 liter, itu merupakan bantuan dari BPBD Jatim. Sejatinya BPBD Kabupaten sudah memiliki 50 tandon air sebelumnya. Sedangkan adanya tambahan 20 tandon air untuk pengoptimalan.
“Tandon bukan untuk didistribusikan, tapi untuk cadangan. Manakala terjadi kekeringan, kami pinjam pakai-kan, sehingga masyarakat tidak perlu lagi menyediakan tandon,” jelas Ichwanul.
“Tandon dan air dari kami. Masyarakat menikmati saja, memanfaatkan. Setelah tidak terjadi kekeringan, kami tarik lagi tandonnya,” sambung pria berkacamata itu.
Ia menegaskan sementara ini, belum ada laporan kekeringan maupun permintaan pinjam pakai tandon air dari masyarakat. Sebab, hujan masih terjadi.
“Jadi musimnya itu musim kemarau. Kalau iklimnya bisa jadi iklim masih basah. Karena ada beberapa badai ataupun muson. Iklim yang harusnya sudah berganti, nah ini masih tetap saja,” paparnya.
Ia mencontohkan El Nino dan Lanina itu biasanya datangnya bergantian. Namun kadangkala keduanya bertemu sehingga mengakibatkan masih terjadi hujan.
“Kalau pengalaman dari yang sudah, dan rilis dari BMKG itu perbulanan, musim kemarau ini sampai bulan September, sekaligus nanti sudah mulai hujan lagi,” tambah Ichwanul.
Sementara itu, sumber mata air Umbul Sengkaring yang terletak di Desa Tulungrejo Kecamatan Donomulyo sempat mengalami kekeringan berbulan-bulan pada tahun 2024 lalu. Namun pada musim kemarau tahun 2025 ini tidak lagi mengalami kekeringan.
“Sudah tidak ada masalah. Kembali seperti sediakala,” ujar Kepala Desa (Kades) Tulungrejo Kecamatan Donomulyo Nuryadi saat ditanya kondisi Umbul Sengkaring pada musim kemarau saat ini.
Masyarakat setempat pun kini tidak mengalami krisis air. ” Ya, masyarakat terpenuhi kebutuhan airnya,” tambah Nuryadi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Kabupaten Malang Zainuddin menambahkan terkait dampak musim kemarau basah. Ia mengatakan Kabupaten Malang saat ini mengalami fenomena kemarau basah, yaitu musim kemarau yang masih disertai hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
“Kondisi ini membawa dampak yang perlu diwaspadai bersama, khususnya di 33 kecamatan se-Kabupaten Malang,” lanjut Zainuddin.
Pada bidang pertanian, kemarau basah memberi peluang bagi petani untuk memperpanjang masa tanam, terutama padi dan palawija, sehingga potensi hasil panen meningkat.
Namun, kata Zainuddin, curah hujan di luar perkiraan juga menimbulkan risiko genangan air, serangan hama, dan penyakit tanaman. Petani perlu mengantisipasi dengan perbaikan drainase, penggunaan mulsa, serta pemilihan varietas yang tahan kelembapan.
“Kemudian, fenomena kemarau basah ini menekan potensi kekeringan di beberapa wilayah. Tahun lalu terdapat 17 desa rawan kekeringan, kini berkurang menjadi 11 desa,” jelasnya. Di sisi lain, fenomena ini berpotensi memunculkan bencana hidrometeorologi dan berdampak pada Kesehatan dan sosial. “Kelembapan tinggi meningkatkan potensi penyebaran penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan ISPA,” tambah Zainuddin. (den/van)