Malang Mbien
MALANG POSCO MEDIA- Kota Malang sudah lama memiliki sebuah sistem pengairan. Bahkan bersamaan perkembangan Kota Malang. Itu ditandai dengan pembangunan DAM
Saat ini DAM itu masih ada. Akan tetapi tidak banyak yang mengetahui betapa penting DAM tersebut. Di tengah kawasan padat Betek (Jl Mayjen Panjaitan), DAM Kadalpang masih berfungsi.
DAM Kadalpang diperkirakan dibangun sejak lama. Berdasarkan penelusuran Malang Posco Media, keberadaan DAM Kadalpang pernah diberitakan De Locomotief, edisi 2 Maret 1909. Koran berbahasa Belanda ini mengulas tentang pendirian Pabrik Es di sekitar DAM Kadalpang.
Seiring zaman, warga Betek familiar dengan DAM ini. Akan tetapi tidak banyak yang tahu asal muasalnya. Salah satunya diungkapkan Sutris, warga Jalan Mayjen Panjaitan Dalam.
“Namanya Kadalpang sudah ada ya sejak dulu. Bentuknya seperti lidah biawak atau kadal, kata orang dulu makanya dinamakan Kadalpang,” cerita Sutris.
Asal-Usul nama Kadalpang memang sedikit banyak seperti yang dijelaskan warga sekitar. Bentuk dari sistem irigasi lawas ini memang menyerupai lidah kadal yang bercabang.
Ini juga dijelaskan pemerhati sejarah Kota Malang Tjahjana Indra Kusuma. Menurut dia, Kadalpang adalah julukan bentuk pengalih saluran tersebut setelah muka air ditinggikan di DAM sekitar kawasan Betek atau di Jalan DI Panjaitan. Bentuknya menyerupai ekor patah atau lidah kadal (Kadal) yang bercabang (Pang).
“Kalau siapa yang pertama menamai, saya duga karena julukan saja. Dan kemudian kebiasaan menjadi ingatan lokal masyarakat setempat. Sehingga menjadi sebuah penamaan lokasi karena faktor bentuk,” papar Indra sapaannya.
Selebihnya menurut penelurusannya, DAM Kadalpang dibangun untuk meninggikan muka air yang kemudian dialirkan sepanjang kawasan Oro-Oro Dowo (Jalan BS Riadi) belok ke kawasan Jalan Bromo. Kemudian melintas di kawasan Jalan Semeru, hingga kawasan Tanjung dan tembus ke wilayah Kecamatan Sukun dan Kepuh.
Dikatakannya, fungsi saluran tersebut untuk irigasi kebun tebu sekitar Oro-oro Dowo dan daerah-daerah yang dilalui sebelum dibangun dalam perencanaan Bouwplan Gemeente Malang era tahun 1920-an.
“Tuntutan topografi kebun tebu pabrik gula Kebun Agung menciptakan inovasi irigasinya dengan pembangunan saluran sekunder tersebut, guna mengairi kebun tebu di kawasan jalan gunung-gunung yang dulu belum dibangun perumahan sesuai Bouwplan Gemeente Malang,” tegas dia.
Indra melanjutkan untuk pembangunan DAM Kedalpang, diprediksinya bersamaan dengan penyiapan lahan pabrik gula Kebun Agung.
Sementara itu, ia juga menjelaskan bahwa kawasan di sekitar DAM Kadalpang dulunya hanya area bantaran sungai yang kosong.
Sehingga munculah nama kawasan Oro-Oro Dowo. Atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai tanah luas lapang.
“Makanya kawasannya disebut Oro-Oro Dowo yang artinya tanah lapang. Yang merupakan jalur sepanjang jalan pos raya menuju barat Malang, ke Batu dan Pare, Kediri,” ungkap Indra.
Ditambahkannya, dahulu warga bantaran Sungai Brantas kebanyakan kaum migran atau urbanisator. Kemudian saat Malang mulai gemerlap ekonominya disertai pembangunan kota awal sepanjang jalan-jalan utamanya.
“Lalu pada perkembangannya kawasan tersebut sempat menjadi wilayah dengan pertumbuhan penduduk tertinggi di Kotapraja Malang. Hunian lama penduduk aslinya malah di sekitaran Dinoyo dan daerah kelurahan Penanggungan. Kebun tebunya sampai Landungsari, kawasan Mertojoyo, Sigura-gura, Veteran hingga barat desa Bebekan di bagian barat,” tegas Indra.
Ia menyampaikan DAM Kadalpang menjadi sistem irigasi sentral saat itu. Karena saat itu wilayah Malang banyak memiliki kebun. Ini yang menandakan perkembangan kenaikan status Gemeente/Kotapraja Malang. (ica/van)