.
Thursday, December 12, 2024

Dosen Teknik Sipil ITN Malang

Kaji Gempa di Yunani, Ciptakan EWS Gunung Semeru

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang Ratri Andinisari, S.Si., M.Si., Ph.D, raih gelar Doktor Bidang Geofisika dari National Central University (NCU) Taiwan. Dosen Teknik Sipil S-1, ini menyelesaikan studinya dengan beasiswa untuk program doktoral/PhD pada Department of Earth Sciences.
Dalam penelitiannya, Ratri fokus pada hubungan antara seismisitas (persebaran gempa) di Aegean dengan patahan-patahan dangkal dan aktivitas gunung api di wilayah Yunani tersebut. Sub area yang didalami adalah Aegean bagian tenggara (Southeast Aegean atau SEA) dan Santorini-Amorgos Zone (SAZ).
Kedua area ini dianggap menarik untuk dipelajari lebih lanjut karena pada keduanya terdapat beberapa gunung api aktif, dan berbatasan langsung dengan Hellenic Volcanic Arc pada bagian selatan. Agean merupakan kepulauan yang hampir semua milik Yunani.
“Profesor saya dari Yunani. Maka merekomendasikan topik-topik yang ada di sana. Saya ambil data gempa di Yunani, karena data gempa di sana real time,” ujar Ratri.
Dia meneliti gempa-gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik, dan kaitannya dengan proses vulkanisme gunung berapi di sekitar batas subduksi di Yunani.
Yunani merupakan negara yang rentan terhadap gempa bumi. Karena Yunani berada pada batas Lempeng Anatolia, Lempeng Afrika, dan Lempeng Mediteran. Zona subduksi di bagian selatan Aegean dan dinamika kerak bumi di sekitarnya menyebabkan South-East Aegean dan Santorini-Amorgos Zone kaya akan patahan aktif.
“Nah, saya harus menghitung puluhan patahan ini satu per satu. Sebenarnya Yunani, secara geografis mirip Indonesia. Luasnya hanya sepersekian dari luas Indonesia. Dan, sama-sama sering terjadi gempa,” imbuhnya.
Ia melakukan beberapa analisis yang saling berkaitan. Yaitu, inversi kecepatan gelombang seismik satu dimensi, relokasi seluruh gempa bumi di area penelitian, pemodelan mekanisme sumber gempa, dan klasifikasi gempa berdasarkan penyebab terjadinya.
Secara umum gempa bumi di SEA berhubungan dengan aktivasi atau reaktivasi patahan-patahan dangkal. Sedangkan gempa bumi di SAZ terjadi akibat kombinasi aktivitas gunung api, yakni Kolumbo dan Santorini, serta adanya reaktivasi patahan.
Aspek terakhir yang dijabarkan dalam penelitian Ratri adalah seismic hazard assessment setiap patahan yang terdokumentasi pada peta geologi dan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada asesmen ini, Ratri menggunakan parameter seismogenic layer thickness, yang merupakan ukuran ketebalan kerak bumi dimana sebagian besar gempa bumi ter-nukleasi.
Lebih lanjut, Ratri bersama tim dosen Teknik Elektro, dan Teknik Mesin S-1 ITN Malang berinisiatif membuat sensor dan early warning system/EWS (sistem peringatan dini) untuk Gunung Semeru. Harapannya, bahaya letusan gunung dapat dideteksi lebih awal. Karena gempa tektonik tidak bisa diperkirakan, sedangkan gempa vulkanik bisa diperkirakan.
“Pemasangan dan pendistribusian sensor di gunung berapi di Indonesia saya rasa kurang rapat. Mungkin karena harganya mahal. Makanya, kami ingin men-develop sensor yang low cost. Sehingga kami bisa membuat dan memperbanyak sebisa mungkin,” pungkas alumni S-2 Universitas Brawijaya ini. (imm/bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img