Monday, March 17, 2025

Ngaji Aswaja Di Universitas Islam Malang (Unisma)

Kaji Urgensi Tawasul dan Tabaruk

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang, Dr. KH. Marzuki Mustamar, M.Ag menjelaskan isi Kitab al-Muqtathofat Li Ahlil Bidayah, yang merupakan karangannya sendiri. Isi kitab tersebut dijelaskan dalam Kajian Penguatan Aswaja di Masjid Ainul Yaqin Universitas Islam Malang (Unisma), Rabu (12/3) kemarin. Dihadiri Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan Unisma. Turut hadir, Rektor Unisma dan segenap civitas akademika.

Kiai Marzuki menjelaskan materi di halaman 12 kitab al-Muqtathofat Li Ahlil Bidayah tentang Tawasul dan Tabaruk. Penjelasan materi ini dinilai penting karena oleh sebagian golongan dianggap haram dan syirik. Sebab tidak ada dalil dan sebagainya.

-Advertisement- Satu Harga Tiga Media
Malang Posco Media
SAMBUTAN: Rektor Unisma Prof. Drs. Junaidi, M.Pd., Ph.D menyampaikan sambutan dalam Kajian Aswaja.

Kiai Marzuki menerangkan, anggapan syirik tersebut karena orang NU diqiyaskan oleh orang musyrik yang menyembah berhala dengan harapan dekat kepada Allah. Qiyas tersebut disanggah oleh Kiai Marzuki sebagai gagasan yang tidak tetap.

Sebab menurutnya, orang jahiliyah nyata menyembah berhala tanpa sedikitpun iman kepada Allah. Sedangkan orang NU meyakini dengan sepenuh hati, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.  “Dari dasar itu saja sudah jelas perbedaannya, antara menyembah berhala dengan tawasul. Orang jahiliyah menyembahnya pada berhala, sedangkan orang NU, La Ilaaha Illallah. Mintanya kepada Allah, dengan menyebutkan karomah para wali dan orang-orang saleh,” terang ulama asal Blitar tersebut.

Menurutnya, arti tawasul sendiri adalah mencari wasilah. Sesuai yang tercantum dalam Alquran Surat Al-Maidah Ayat 35. Dan itu menjadi perintah Allah. Adapun tabaruk, kata Kiai Marzuki, yang artinya mencari keberkahan (ngalap berkah), sejatinya semua ummat Islam melakukan. Baik yang NU maupun yang tidak.

Seperti doa di Multazam dan mencium Hajar Aswad saat ibadah haji atau umrah, termasuk di raudhah. Nyatanya, tidak sedikit doa terkabul di tempat-tempat tersebut. Diperkuat juga dengan dalil dan hadits Rasulullah. “Terkabulnya doa karena bermunajat dan beribadah di tempat-tempat tersebut tidak diingkari karena keberkahan. Maka jangan pernah mengingkari tawasul dan tabaruk,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor Unisma Prof. Drs. Junaidi, M.Pd., Ph.D, menyampaikan terimakasih atas kehadiran Kiai Marzuki untuk menjadi narasumber dalam kajian kitab Aswaja kali ini. “Terimakasih setinggi-tingginya kami haturkan kepada Kiai Marzuki yang telah berkenan untuk mengajarkan isi kitab al-Muqtathofat Li Ahlil Bidayah kepada civitas akademika Unisma,” katanya.

Menurut Prof Junaidi, kajian ini untuk melengkapi dan menyempurnakannya ibadah puasa. Untuk itu dia mengimbau kepada seluruh yang hadir, dosen dan mahasiswa untuk dapat memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

“Manfaatkan kajian ini untuk memperdalam pemahaman kita tentang konsep aswaja. Sehingga menjadi landasan praktik amaliyah kita, supaya lebih mantab dan yakin. Karena tidak jarang dari kalangan tertentu menganggap amaliah orang NU sering mengada-ada, bid’ah dan segala macam.

Semoga upaya kita dicatat sebagai amal saleh,” tutupnya. (imm/adv/udi)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img