spot_img
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Kala Guru TK Nyaris Pupus Harapan Melawan Kanker Ganas, Tertolong Berkat BPJS Kesehatan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Sulistiawati menjadi satu dari sekian orang pengidap kanker di Indonesia. Guru TK asal Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang itu mengetahui tubuhnya harus berhadapan dengan sel kanker payudara ganas sejak Januari 2022. Pasca melalui perjuangan untuk sembuh, senyum perempuan 40 tahun itu kembali menyapa anak didiknya dan keluarga.

Bermula nyeri pada bagian perut ia rasakan cukup menusuk, Senin, 17 Januari 2022. Kala itu, perempuan yang akrab dipanggil Sulis itu memeriksakan keluhan sakit pada rahim ke dokter kandungan. Obat pun akhirnya harus ia konsumsi secara rutin. Setelah hampir sepekan nyeri yang ia rasakan sebelumnya berganti ke bagian dada. Sulis memutuskan untuk memeriksakan keluhan itu ke dokter bedah. Disitulah kanker terdeteksi untuk pertama kali.

- Advertisement -
Sulistiawati, guru TK pengidap kanker payudara menunjukkan kartu BPJS dan aplikasi Mobile JKN yang ia gunakan untuk membantu mendapatkan layanan kesehatan. (MPM-M. Prasetyo Lanang)

“Kayak ditusuk jarum, nyeri terasa sampai malam. Akhirnya periksa ke dokter, lalu diminta untuk minum obat dan memastikan lewat USG,” tutur Sulis saat menceritakan pengalamannya kepada Malang Posco Media, Minggu (27/8).

Tak cukup yakin sekaligus takut, ia memeriksakan kembali dugaan pertumbuhan sel tak wajar itu ke klinik di desanya. Yang didapati, benjolan dengan ciri-ciri tumbuhnya sel tumor. Klinik Dr. Yosephine Pratiwi, di Desa Ngijo, tempat di mana dia konsultasi, mendorong untuk segera mendapatkan penanganan rumah sakit. Sebab, hasil USG menunjukkan kembali adanya benjolan dengan ciri-ciri mengarah ke kanker ganas.

“BPJS nya ada?, ditanya dokter, saya jawab ada. Bilangnya ke saya, pokoknya harus ke rumah sakit. Nanti ditanggung BPJS, biar segera ditangani, dan jangan ke dukun,” begitu Sulis menirukan ucapan sang dokter.

Dokter yang dikenal dari tetangganya itu mendorong agar mau memeriksa diri dengan biopsi (pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium). Hasil yang sama pun didapati. Tak lain, adanya kanker ganas yang tak bisa beres jika hanya mengonsumsi obat, ia harus menjalani operasi. Apa yang disadarinya itu menjelma kekhawatiran yang menghantui.

“Akhirnya dapat jadwal operasi Kamis minggu depannya. Mendengar itu, semua tetangga, keluarga, teman guru di sekolah semua ngasih dukungan. Saya yang merupakan pengalaman pertama jadi termotivasi, apalagi karena anak-anak di TK jadi penghilang stres,” ucapnya. Dia juga mendapat dukungan dari wali muridnya yang menunggu kehadiran Sulis di sekolah untuk anak-anak TK.

Dokter Pratiwi merujuk Sulis ke Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang, karena dirasa salah satu yang terbaik dalam pelayanan. Sulis memanfaatkan betul BPJS dan Mobile JKN yang ia miliki untuk bisa mendapatkan pelayanan tanpa harus mengalami antrean panjang. Hingga akhirnya, operasi pengangkatan kanker payudara harus dilalui Guru TK Permata Iman Malang itu.

“Dengan niat kuat untuk sembuh dan dukungan lingkungan akhirnya siap operasi. Perawatnya baik. Semua bilang kalau kanker payudara banyak yang sembuh, apalagi belum sampai stadium tinggi,” kata Sulis. Singkat cerita, operasi akhirnya berjalan lancar dan Sulistiawati bisa siuman dari bius total.

Pasca operasi, ia harus menjalani masa kemoterapi dengan waktu yang tak sebentar. Terapi tersebut dilakukan setiap 21 hari selama sekitar lima bulan lamanya. Suaminya, Alex, setia di dekatnya untuk memberikan semangat dan merawat dengan sabar. Sulis sempat dilanda kecemasan dan hampir putus asa. Mendengar kabar kematian pasien kanker, membuat pikirannya campur aduk. Namun pikiran negatif itu perlahan bisa dialihkan ke hal positif.

“Sempat tidak bisa tidur, ada kabar tetangga meninggal dunia, lalu terus-terusan kepikiran apa selanjutnya saya yang dipanggil. Tapi suami dan keluarga selalu menguatkan agar terhindar dari pikiran negatif,” katanya. Lambat laun, enam kali kemoterapi dituntaskan.

Sulis bersyukur atas kesembuhan yang ia rasakan dari badai bernama kanker. Ia berharap semakin banyak pengidap kanker yang mampu merajut asa untuk sembuh. Selain itu ia juga berharap pelayanan kesehatan yang ada terus menjadi lebih baik.

“Sempat khawatir bayar mahal, tetapi akhirnya bisa dijamin. Pelayanan di rumah sakit baik, dan apa-apa cukup mudah. Di aplikasi JKN juga cukup membantu sehingga tidak perlu datang pagi-pagi antre panjang. Selama ini sehari sebelum kontrol bisa dipastikan melalui aplikasi. Ke rumah sakit tinggal scan sidik jari saja,” beber ibu satu anak itu.

“Teman saya kebetulan juga dari farmasi, mengatakan kalau saya bisa ditanggung BPJS. Karena untuk operasi mengangkat benjolan saja kalau tidak pakai BPJS biayanya mahal, bisa puluhan juta,” imbuhnya.

Pasca terapi, Sulis masih diharuskan rutin mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama dan kontrol kesehatannya. Senyum Sulis kini kembali menyapa anak didiknya dan keluarga. Anak muridnya di TK, yang kerap kali rindu dengan Sulis saat harus terbaring di rumah sakit, atau saat harus kemoterapi.

“Mereka kangen, katanya Miss Sulis kemana aja, lama gak kelihatan. Saya bilang dari rumah sakit. Mereka yang masih anak-anak itu terus ngasih semangat dan mendoakan saya. Mereka juga yang membantu menghilangkan stress,” imbuhnya.

Dr. Yosephine Pratiwi sebagai dokter perujuknya, menyebut Sulis saat itu mengalami kanker ganas dengan ciri benjolan keras yang tumbuh tidak normal. Sulis dirujuk dengan harapan mendapat pertolongan serius sedini mungkin. Melakukan operasi di saat kanker tengah stadium rendah, yakni stadium dua. Kemenkes mencatat, sekitar 43% kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.

“Ada ketidakwajaran atau tidak normalnya sel yang mengalami pertumbuhan dengan adanya benjolan. Selnya jahat, dan bisa bermutasi. Bu Sulis begitu dicek ternyata memang mengidap kanker ganas, dan harus diangkat semua. Dengan arahan yang betul dan penanganan dini, akhirnya bisa sembuh,” kata dia.

Sebagai informasi, data Kemenkes RI tahun 2022 mencatat, angka penyakit kanker di Indonesia sebesar 136 orang per 100 ribu penduduk atau berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara. Dimana kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan.

Di Kabupaten Malang, kesadaran deteksi dini kanker payudara masih tergolong rendah. Yakni 20 persen dari 393 ribu pada tahun 2022. Sasarannya perempuan dengan usia 30-50 tahun yang terindikasi kanker. Sosialisasi terus dilakukan dengan bantuan kader Posyandu di lingkungan masyarakat Kabupaten Malang, ditambah dukungan fasilitas kesehatan yang optimal. Terlebih, Pemkab Malang yang sudah berstatus Universal Health Coverage (UHC).

Pratiwi berujar, hal itu harus sejalan dengan perbaikan mutu layanan dan akses mudah bagi masyarakat. Tak terkecuali dengan program BPJS JKN sebagai jaminan dasar. Keaktifan kepesertaan BPJS juga menyelamatkan orang seperti Sulis dan banyak pasien dari biaya mahal.

Kepala BPJS Kesehatan Malang Roni Kurnia Hadi Permana saat dikonfirmasi terpisah, Rabu (30/8), memastikan BPJS mencover penyakit serius layaknya kanker. Selain itu, BPJS dapat digunakan di faskes manapun selama berstatus aktif. Hal itu terbukti dari pengalaman Sulis yang merupakan warga Kabupaten Malang, pengobatan kanker payudara yang ia alami dapat ditanggung BPJS.

“Semua penyakit termasuk kanker bisa ditanggung BPJS dengan mengikuti sesuai ketentuan. Termasuk warga manapun dapat menggunakannya di wilayah yang berbeda dan berhak memperoleh pelayanan yang baik hingga kesembuhan, tidak membeda-bedakan pasien,” terang Roni. (tyo/bua)

- Advertisement - Pengumuman
- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img