spot_img
Saturday, December 28, 2024
spot_img

Kaleidoskop Kota Batu 2024, Orkestrasi Kekhasan Wisata dan Terus Berinovasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIAKota Wisata Batu tidak hanya menjadi magnet bagi wisatawan. Hal itu bisa dilihat dari kunjungan wisatawan dari berbagai daerah yang berlibur ke Kota Wisata Batu setiap tahunnya (grafis, red). Tingginya kunjungan wisatawan ke kota berjuluk de Kleine Switzerland ini karena banyak faktor. Salah satunya semakin banyak dan beragamnya destinasi wisata yang ada, mulai dari wisata alam hingga wisata artifisial atau buatan.

Namun jumlah wisatawan saja tidak cukup. Agar ke depan Kota Batu menjadi surganya wisatawan secara berkelanjutan, pelaku industri wisata harus terus berinovasi setiap tahunnya. Pun Pemerintah Daerah sebagai regulator dan fasilitator harus menyediakan infrastuktur yang layak dan aman agar wisatawan nyaman berkunjung ke Kota Wisata Batu.

Tak berhenti pada peningkatkan infrastruktur, Pemkot juga harus mendorong agar Pemerintah Desa/ Kelurahan mampu mengangkat potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. Saat ini terdapat 24 Desa/ Kelurahan Wisata dengan keunggulan masing-masing.

Melihat berbagai destinasi wisata dan kekayaan alam yang dimiliki Kota Batu, Dosen Fakultas Vokasi UB atau Tourismologist, Dr. A. Faidlal Rahman, SE.Par., M.Sc., CHE optimis Kota Batu mampu menjadi salah satu surga destinasi wisata di Indonesia seperti Bali, Yogyakarta dan Banyuwangi.

“Inovasi dan kreativitas jadi kunci pariwisata yang berkelanjutan di Kota Batu. Itu sudah dilakukan oleh pelaku industri wisata di Kota Batu. Sehingga sampai saat ini Kota Batu masih jadi pilihan wisatawan berlibur,” ujar Faid sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media.

Ia menjelaskan produk pariwisata harus inovatif dan kreatif. Pasalnya ketika pariwisata tidak menawarkan sesuatu yang baru, berbeda dan memiliki ke-khasannya sendiri, maka wisatawan tidak akan membeli berulang kali. “Inovasi baru itulah yang mendorong wisatawan berkunjung. Setiap tahun jangan stagnan. Contoh Jatim Park 1 dulu hanya wahana permainan saja, kemudian ditambah dengan wisata edukasi Museum Tubuh. Ini mendorong wisatawan mau kembali ke Jatim Park 1. Terbaru Selecta yang baru saja melaunching Dino Ranch,” bebernya.

Selain itu, diungkapnya bahwa Desa Wisata di Kota Batu juah memiliki pengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Ia mencontohkan adanya Mall Bunga Sidomulyo yang menjadi primadona bagi wisatawan untuk berburu bunga hias.

“Selain itu wisata adventure seperti rafting, off road hingga petik stroberi juga sangat berpengaruh untuk berkunjung. Belum lagi ada banyak produk UMKM lokal yang tumbuh subur mendukung perkembangan pariwisata di Kota Batu,” papar Pakar Pariwisata ini.

Namun dengan kekayaan potensi yang ada, Faid berpesan agar pelaku usaha tidak mengeksploitasi karena kepentingan kuantitatif. Karena hal tersebut sangat membahayakan keberlanjutan pariwisata di Kota Batu.

“Sekarang yang penting adalah bagaimana melakukan orkestrasi dengan segala potensi yang ada. Yakni menjual keunikan dan kekhasan dengan diangkat satu persatu. Yakni dengan membuat trigger atau pemicu, seperti mendatangkan artis, memberitakan di media dan menggandeng influencer agar datang ke Kota Batu,” urainya.

Sementara itu Pemerintah Kota Batu, lanjut Faid dalam mendorong kejayaan pariwisata Kota Batu secara berkelanjutan cukup sebagai regulator dan fasilitator. Karena menurutnya untuk inovasi dan kreativitas cukup oleh pelaku usaha karena mengetahui dengan pasti segmen pasar yang dibutuhkan.

“Artinya di sini Pemkot Batu wajib menyediakan infrastuktur yang layak dan aman. Seperti menyediakan pedestrian yang nyaman bagi pejalan kaki, akses jalan yang tidak berlubang dan drainase yang layak agar tidak banjir. Hal itu saya kira sudah mulai dilaksanakan oleh Pemkot Batu dan harus berkelanjutan,” katanya.

Tapi, Faid menilai bahwa masalah kemacetan masih terjadi saat libur panjang dan harus diselesaikan. Caranya dibutuhkan koordinasi dengan Kota/ Kabupaten Malang. Serta adanya intervensi dari pemerintah pusat karena Malang Raya adalah kawasan khusus pariwisata yang saling berhubungan.

“Jangan sampai ketika pelaku wisata sudah berinovasi kemudian akses jalan menuju Kota Batu masih macet. Ini yang akan membuat orang tidak nyaman ke Kota Batu maupun Malang Raya sehingga berdampak ke kunjungan wisatawan,” pungkasnya.(eri/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img