Malang Posco Media-Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kembali datang ke kampung Wonosari go Green. Bahkan kali ini rombongan yang dipimpin langsung Direktur Jaringan dan Pembudayaan Dr. Irene Camelyn Sinaga, AP., M.Pd juga membawa peserta dari Palu, Blora dan Solo.
Selama keliling kampung Wonosari go Green, Dr. Irene Camelyn Sinaga, AP., M.Pd dibuat kagum oleh kampung yang dibina langsung Ir Bambang Irianto. Tidak hanya itu saja, rombongan dalam rangka Kegiatan Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Susur Kampung, Saling Silang Cerita Pancasila dan Laku Lampah Penggiat Kampung dan Komunitas di Kota Malang ini juga terpesona penampilan grup musik Dewi Godhog 19. Yakni musik tradisional dengan para pemain lansia dari warga RW 19 Purwantoro.
Bahkan Irene ingin mengetahui awal mula terbentuknya grup musik lansia yang sudah tidak asing lagi bagi warga Malang. Satu-persatu personel grup musik Dewi Godhog 19 pun memperkenalkan serta menceritakan awal mula gabung grup ini.
Bagi Irene pula, datang ke Malang bukan kali ini saja. Perempuan yang pernah berdinas di Pemprov Sumatera Selatan ini sudah beberapa kali mengadakan kunjungan ke Kota Arema ini.
“Sebenarnya tidak tiba-tiba ya, kami sudah kunjungan sudah berapa kali kampung-kampung di Malang. Kami tahu digerakkan oleh Pak Bambang dan rekan yang lainnya,” kata Irene kepada awak media.
Irene mengatakan membawa peserta dari Solo, Palu dan Blora ke Malang bersifat saling silang apa yang dipunyai di daerah lain dan apa kekurangan daerah lain.
“Kita tahu kalau Pancasila itu selama ini dikenal orang lewat hafalan, kemudian dikenal orang dengan sejarah. Tapi kami mau Pancasila itu sebenarnya sebagai solusi dari permasalahan apa yang dilakukan oleh masyarakat. Kampung Wonosari itu kan menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila itu dapat menjadi solusi, mempererat, mendekatkan. Pancasila itu dalam tindakan bukan hanya dalam tataran konsep saja. Itulah makanya BPIP melakukan perjumpaan ini,” jelas Irene.
Sementara itu Ir Bambang Irianto mengatakan kunjungan BPIP beserta rombongan ini ingin mengetahui subtansi dalam proses membuat kampung.
“Jadi bukan hanya belajar, melihat infrastruktur keindahan kampung apakah soal tanaman, soal sampah, dan lain-lain, bukan itu. Tapi yang dicari adalah bagimana filosofinya, bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam tahapan-tahapan membangun kampung. Karena pada hakekatnya saya membangun RW 23 Kelurahan Purwantoro Kota Malang tujuan saya adalah bagaimana kita menerapkan Pancasila dalam tindakan,” kata Bambang Irianto.
Pancasila di lorong-lorong kampung, maka tahapan-tahapan membangun kampung Glintung yang awalnya kumuh, banjir, angka kriminal tinggi, uang tidak ada. “Maka yang saya bangun pertama kali adalah jiwa, mental warga. Membangun kampung dengan jiwa lagu Indonesia Raya, bangunlah badanya, bangunlah jiwanya,” tegasnya.
Setelah mindsite warga berubah, menurutnya itu adalah proses sosio engenering. Itulah proses revolusi mental. Merubah mindsite ini yang tidak gampang.
Setelah mindsite berubah, barulah aspek-aspek teknis dalam membangun kampung, apakah cara menanam, mengolah sampah dan lain-lain.
“Konsep mebangun kampung ini yang akan dikolaborasi, dibedah dari kampung-kampung yang ada di Palu, Solo maupun Blora atas inisiasi, atas bantuan dari BPIP. Bagaimana cara membudayakan Pancasila dalam tindakan tanpa banyak kata-kata tapi wujud Pancasila itu bisa dilihat, bisa dirasakan. Mudah-mudahan bisa menjadi laboratorium bagaimana membumikan Pancasila, bagaimana melakukan Pancasila dalam tindakan,” katanya. (jon)