MALANG POSCO MEDIA- Ribuan warga dan wisatawan tumplek blek di sepanjang Jalan Panglima Sudirman Kota Batu Minggu (6/8) kemarin. Sejak pagi hingga petang mereka mengikuti gelar karya kerakyatan Karnaval 1000 Bantengan Nuswantara. Itu dalam rangka memperingati 14 tahun Bantengan Nuswantara.
Ribuan penonton yang hadir di sepanjang jalan protokol tersebut disuguhi atraksi dari para seniman Bantengan. Mereka berasal dari 200 kontingen. Di antaranya asal Malang Raya dan berbagai daerah seluruh Indonesia seperti Mojokerto, Blitar, Kediri, Pasuruan hingga Jombang.Menariknya lagi festival yang sudah menjadi tradisi tahunan tersebut juga diikuti 14 seniman mancanegara.
Untuk diketahui seni pertunjukan Bantengan menggabungkan unsur sendratari, kanuragan, musik dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Dikatakan magis karena para seniman Bantengan melakukan atraksi tanpa sadarkan diri. Sehingga mampu memukau ribuan penonton yang hadir. Tidak hanya atraksi seni, atraksi pencak silat memukau penonton yang menyemut.
Ketua Bantengan Nuswantara Agus Riyanto mengatakan festival Bantengan Nuswantara diadakan setiap tahun. Kali ini kegiatan dilakukan selama tiga hari. Yakni 4-6 Agustus. Puncak kegiatannya Karnaval 1000 Bantengan Nuswantara, kemarin.
“Pada karnaval ini tidak hanya menampilkan atraksi dari teman-teman Bantengan Nuswantara. Tapi juga ada seniman internasional dan penampilan kesenian tradisional lain seperti tari dan musik. Serta kesenian lokal seperti Glendo Barong, Tari Bapang, Barong, pencak silat dan tari kontemporer,” ujar Agus Tubrun sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media.
Lebih lanjut, dia mengatakan tema perayaan 15 tahun Bantengan Nuswantara yakni Universe Prosperity atau kemakmuran semesta. Tema tersebut diambil dari gagasan pemikiran sang guru bangsa HOS Tjokroaminoto.
“Kemakmuran semesta memiliki arti bukan hanya tentang kekayaan materi. Tetapi juga tentang keadilan sosial yang merata, kesempatan yang adil dan kehidupan yang bermakna secara spiritual,” bebernya.
Ke depan Agus berharap gelaran festival kerakyatan ini dapat mempererat kerjasama dengan berbagai pihak. Artinya semua elemen bisa gotong royong mensukseskan tradisi tahunan ini.
Ditambahkan oleh koordinator panpel kegiatan, Muhammad Anwar bahwa tujuan dari keseluruhan rangkaian event Bantengan Nuswantara ini sederhana saja. Yaitu mengangkat seni tradisi lokal ke level apresiasi global dan melestarikan kesenian daerah.
“Lebih dari itu, program kegiatan ini bergerak konsisten dan berjalan lewat jalur kemandirian komunitas sudah 15 tahun. Secara organik, dibantu liputan media dan aplikasi sosmed, event ini gaungnya menasional. Dikupas akademisi, ditulis menjadi karya literasi, mengangkat seni tradisi Bantengan jadi ikon budaya daerah, khususnya di Batu,” ungkapnya.
Bahkan lanjut dia, oleh Pemkot Batu, Bantengan sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Patung ikoniknya dibangun di depan lapangan sendratari tak jauh dari alun-alun kota. Logo acara Bantengan Nuswantara pun jadi motif resmi seragam pegawai pemerintah daerah.
“Boleh disebut, Bantengan Nuswantara ini sekadar judul event. Lazimnya disemati julukan organisasi tanpa bentuk. Karena perkumpulannya bergerak cair, luwes dan tidak ada legal formal mengikat,” katanya.
“Tradisi ini bisa tetap eksis dikarenakan semangat kerja bersama, gotong royong dan menampung beragam kepentingan untuk satu tujuan. Terpenting kerja ikhlas membakti pelestarian kesenian tradisi dan kebudayaan,” sambung Anwar.
Ia bersyukur festival ini tidak hanya dinikmati seniman saja, tetapi seluruh elemen masyarakat. Ke depan pihaknya berharap Bantengan Nuswantara masuk kalender event wisata tahunan di Kota Batu. Apalagi dampak acara ini sangat besar pada ekonomi masyarakat.
Di sisi lain adanya seniman mancanegara berasal dari Malaysia, Hongkong, Jepang, Australia, India, Skotlandia, Kolombia, El Salvador dan lainnya turut menampilkan tarian kontemporer. Sehingga mampu menarik ribuan warga dan wisatawan berdatangan.
Salah satu warga asing asal Jepang, Kiki Ando sangat antusias dengan festival Bantengan Nuswantara. Menurutnya, para pemain Bantengan sangat kuat dan bertenaga dalam memainkan lakon.
“Festival lokal di sini berbeda dengan di Jepang, di sini sosok banteng sangat dispesialkan. Selain itu orang-orang di sini memiliki semangat kebersamaannya luar biasa dalam berkesenian,” ungkapnya. (eri/van)