MALANG POSCO MEDIA – Suasana Kayutangan Minggu (20/4) sore kemarin berbeda dari biasanya. Ratusan perempuan beragam usia, meramaikan sepanjang Kayutangan dengan mengenakan batik dan kebaya.
Tampil dengan riasan cantik, ratusan perempuan muda hingga dewasa ini menyedot perhatian wisatawan dengan berjalan di sepanjang trotoar Kayutangan layaknya di catwalk. Apalagi ketika mereka menyeberangi jalan, juga turut menarik perhatian para pengendara. Kegiatan itu bertajuk Kartinian Nang Kayutangan, fashion on the street.
“Berkebaya dan memeragakan busana batik ini selain untuk memperingati Hari Kartini juga untuk pelestarian ‘intagible culture heritage’ yang sudah diakui oleh UNESCO, yang merupakan tradisi budaya bangsa. Selain Kartinian, kegiatan ini juga sekaligus Riyayan Syawal di Kayutangan,” ungkap Ketua Panitia sekaligus Penggagas Kartinian Nang Kayutangan, Isa Wahyudi.
Pria yang akrab disapa Ki Demang itu menyebut, kegiatan Kartinian Nang Kayutangan diikuti sedikitnya 20 komunitas. Diperkirakan setidaknya sebanyak 500 perempuan yang terlibat untuk kegiatan tersebut.
Mereka berjalan mengenakan batik dan kebaya mulai dari Plaza Telkom /GraPari Kayutangan, lalu berjalan ke utara hingga ke Kantor BNI. Kemudian menyeberang ke Kantor Sinarmas lalu kembali mengarah ke selatan sampai ke Toko Batik Amongsari. Lalu menyeberang untuk menuju titik terakhir yaitu di Rumah Jengki, Kampung Kayutangan Heritage.
Rute yang ditempuh sejauh sekitar 620 meter. Dengan rute sepanjang itu, Ki Demang berharap masyarakat bisa memahami dan mengetahui bagaimana busana kebaya yang semestinya, kebaya yang digunakan dengan sopan. Bukan kebaya yang dipakai dengan desain seksi atau bahkan tidak senonoh.
“Otomatis ini juga sebagai promosi budaya, mengembalikan fungsi kebaya atau jarik sebagaimana mestinya. Jarik jangan sampai digunakan untuk kegiatan Bantengan, bahkan jarik digunakan sampai diatas lutut. Dikembalikan fungsi semestinya, salah satunya untuk ritual, pesta, dan sehari-hari,” tutur dia.
Selain promosi budaya, kegiatan ini juga sekaligus untuk mempromosikan pariwisata yang ada di Kota Malang. Ia berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda bersama dan rutin dilakukan tiap tahun. Sekaligus untuk menjadi pengingat bahwa perempuan berdaya dan perempuan berkarya.
“Semoga semua ini bisa memberikan kenangan dan rindu juga kepada Kayutangan,” harapnya.
Wali Kota Malang Wahyu Hidayat yang membuka kegiatan tersebut mengungkapkan, beberapa hari sebelumnya kegiatan itu sempat mau dibatalkan. Sebab, beberapa pihak mengkhawatirkan terjadinya kemacetan karena banyaknya masyarakat yang akan berpartisipasi.
“Kami sampaikan, peragaannya kan di trotoar saja, jadi tidak mengganggu arus lalu lintas. Lalu pas menyeberang saja tidak masalah, kan tidak lama. Ya akhirnya ini bisa tetap melaksanakan kegiatan Kartinian, riyoyoan dengan batik dan kebaya di Kayutangan,” ungkap Wahyu.
Menurut Wahyu, kegiatan ini sarat dengan nilai dan manfaat. Yang pertama yakni sebagai refleksi bahwa kaum perempuan sejajar dengan kaum pria, sebagaimana semangat perjuangan Kartini yang diperingati pada kegiatan tersebut.
Selain itu, kegiatan itu juga merupakan bagian dari program 1.000 event yang menjadi visi-misi dalam kepemimpinannya. Sehingga selain mempromosikan sektor pariwisata, juga sekaligus diharapkan bisa memberi dampak pada UMKM atau sektor perekonomian. Ia berharap kegiatan ini bisa rutin dilakukan dan di tahun kedepan bisa menjadi lebih baik.
“Selain itu, ini juga memperingati Hari Jadi Kota Malang. Jadi saya betul-betul mendukung, apalagi kegiatan ini punya keunikan yang berbeda dan sangat menarik. Ada yang bisa ditampilkan, ada yang berbeda dan ini punya daya tarik tersendiri,” sebut Wahyu.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita SS menambahkan, pihaknya berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda pioner yang mampu menyebarkan dan mengangkat kegiatan budaya lainnya sehingga makin membumikan budaya di Kota Malang. Tidak hanya itu, ini juga sekaligus mengenalkan adanya batik motif khusus yang mencirikan Kota Malang.
“Misalnya seperti di Solo dan Jogja ada motif khusus. Di Kota Malang sepertinya belum banyak yang tahu. Ini kesempatan memberikan tongkat estafet kepada anak muda berkaitan kebudayaan di Kota Malang,” ucap Mia, sapaannya.
Politisi PDI Perjuangan ini juga menyinggung pengembangan kawasan wisata Kayutangan yang perlu terus dikuatkan. Perlu ada evaluasi bagaimana konsep kedepan yang makin menguatkan sektor pariwisata.
“Ini sudah beberapa tahun berjalan, pastinya Pemkot Malang sudah menemukan mana saja titik poin yang perlu diangkat yang menjadi daya tarik. Misalnya kuliner, apakah perlu disisipkan kuliner asli Kota Malang di sana atau berkaitan kawasannya apa yang perlu diperbaiki,” tandasnya. (ian/van)