Masari, Seniman dengan Teknik Melukis Memadukan Plastik
Seniman ataupun pelukis tak cukup hanya menghasilkan sebuah karya yang indah dan bisa dinikmati banyak orang. Lebih dari itu, juga harus memberi dampak yang positif terhadap lingkungan.
MALANG POSOC MEDIA – Harus bermanfaat bagi lingkungan. Itulah semangat yang diusung seniman Masari Arifin, pelukis asli dari Kota Malang yang sukses membuat lukisan yang berpadu dengan seni olahan plastik. Ia satu-satunya pelukis yang berhasil memadukan seni lukis dengan bahan-bahan plastik di Indonesia. Istimewanya, karyanya itu sudah diakui di mancanegara. Bahkan banyak kolektor asing yang mengoleksi karya lukis Masari.
“Sebenarnya itu pas pameran. Jadi banyak dari luar negeri yang ternyata mau mengoleksi. Mungkin mereka melihat itu sebagai suatu keunikan. Di Malang memang sudah pasti tidak ada yang seperti ini, bahkan di Indonesia sepengetahuan saya belum ada juga,” kata Masari ditemui saat pameran tunggalnya di Gedung DKM, Rabu (18/12) kemarin.
Awalnya Masari tidak menyangkanya akan menjadi seniman. Sebab, ia sejatinya berlatar belakang pendidikan sastra bahasa. Tidak ada latar pendidikan seni atau aktivitas seni sebelumnya.
Namun demikian, Masari mengakui, sejak kecil memang suka dengan suatu keindahan. Ketika ia bekerja di Bali dan Jogja, muncul keinginan membuat sebuah lukisan dan membuat patung. Ia mengingat kembali masa SMA-nya dulu yang sering kali menggambar.
“Saya di Bali itu awalnya sebagai tour guide, kemudian desain jaket juga di sana. Kemudian saya bekerja di perusahaan alumunium cor, berteman dengan seniman. Dari situlah muncul keinginan saya melukis,” kenang alumnus Akademi Bahasa Asing 1991 ini.
Awal menjadi pelukis, Masari banyak melukis figur atau tokoh. Saat itu, kecenderungan gaya melukisnya bergenre realisme dengan menggunakan bahan cat air dan cat minyak. Selain itu, ia juga membuat patung.
Cukup lama Masari menekuni lukisan bergaya realisme ini hingga sekitar 2015. Pada medio 2015-an, Masari tiba-tiba berubah haluan untuk melukis abstrak dan mengenal bahan-bahan plastik.
“Ada insiden kecil dan pengalaman menarik. Ketika saya pulang kenduri, dapat berkat dengan tas kresek. Saat di rumah, lampu padam dan akhirnya saya menyalakan lilin. Kemudian lilin itu tumpah di tas kresek dan menimbulkan bercak. Di situ saya berpikir apa ini bisa ya untuk melukis,” ungkap pria yang berdomisili di Bareng ini.
Dari kejadian itu, Masari pun menuruti hasrat penasarannya. Ia langsung melakukan riset kecil-kecilan bersama dengan kakaknya yang merupakan lulusan ITB jurusan kimia. Ia pun mempelajari bagaimana karakter plastik, sifat plastik, hingga menggali informasi bahaya dan efek ekologi dari plastik.
Setelah mengetahui ilmu tentang plastik, Masari pun memadukannya ke teknik melukis. Bukan perkara gampang, Masari harus berkali-kali gagal hingga mendapatkan hasil lukisan dengan bahan plastik yang diinginkannya.
“Saya praktikkan plastik itu ke kanvas. Saya gagal 12 kali percobaan karena ternyata tiap plastik punya karakteristik masing masing. Awalnya saya bakar, tapi setelah itu saya tidak berani karena muncul residu. Akhirnya saya pakai hotgun seperti hair dryer. Sifat elastis dan plastik itu yang saya manfaatkan,” beber pria kelahiran1 Maret 1967 itu.
Menurut Masari, setelah dirinya mendapatkan teknik melukis dengan memadukan plastik, ia merasa ada banyak kepuasan yang didapatkan. Selain bisa memanfaatkan limbah plastik, ia memiliki teknik yang tidak dimiliki orang lain.
Harus pandai memilah bahan plastik karena tidak sembarang plastik bisa menjadi bahan yang diinginkan. Alhasil, untuk mendapatkan bahan plastik yang bakal dipadukan ke karya lukisnya, Masari mengaku biasanya mengumpulkan plastik bekas dari rumah ke rumah. Bahkan, Masari tidak segan untuk mencari di tumpukan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
“Tiap rumah saya datangi, kalau ada plastik tidak terpakai saya ambil. Sampai ke pengepul rombeng, saya ambil, termasuk TPS. Saya bahkan sempat dicibir sebagai pelukis argobel seperti tukang rombeng,” kenang Masari.
Dengan proses yang tidak mudah itu, dari waktu ke waktu Masari makin bersemangat dalam berkarya. Sejak 2015 ia berfokus untuk menghasilkan sebuah karya lukis yang berbahan plastik. Hasil proses dan perjuangan itu pun berbuah manis.
Kolektor dari Singapura, Malaysia, hingga Jerman mengoleksi karya lukisnya. Dari sisi ekonomi, Masari menyebut juga relatif menghasilkan. Lebih dari itu, ia ingin agar hasil karyanya memberi pengaruh dan inspirasi positif kepada masyarakat luas. “Kalau dari sisi visual, karya saya kemudian bisa menginspirasi, saya senang sekali dengan media plastik ini. Saya punya harapan, semoga menjadi motivasi bahwa berkarya itu tidak terbatas dengan media. Yang kedua, saya berpartisipasi untuk meminimalisir sampah plastik,” pungkas pria yang juga hobi mendaki gunung itu. (ian/van)