Gus Imron Fatoni, Pengasuh Ponpes Manba’ul Ulum Kota Batu Sekaligus Seniman Kaligrafi
Nama Gus Imron Fatoni tentu tidak asing bagi masyarakat Kota Batu. Ia salah satu pengasuh di Ponpes Manba’ul Ulum yang berlokasi di Jalan Mawar Merah 124 Dusun Sukorembug, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
MALANG POSCO MEDIA– Siapa sangka, sosok Gus Imron ternyata tidak hanya dikenal sebagai pengasuh Ponpes Manba’ul Ulum yang didirikan alm ayahnya KH Muhammad Abdul Djalil bersama kelima saudaranya. Gus Imron juga seorang seniman lukis kaligrafi.
Bahkan karya-karya miliknya telah mejeng dan ikut pameran di luar negeri. Beberapa pameran yang telah ia ikuti seperti pameran tingkat Asean saat Covid-19 Jakarta Islmic Center (JIC). Kemudian pernah ke Brunei Darussalam, Singapura, India hingga ke Iran.
“Sudah sejak lama saya terjun di seni lukis dan menekuni kaligrafi. Bahkan saat ini saya tengah mengembangkan seni kaligrafi di Ponpes Manba’ul Ulum sebagai pembelajaran ekstrakurikuler,” ujar Gus Imron kepada Malang Posco Media.
Diungkapkannya, seni lukis kaligrafi saat ini terus diminati. Bahkan memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Kota Batu. Terlebih saat ini ada banyak lomba yang digelar seperti Festival Anak Soleh Indonesia (FASI) hingga Porseni untuk cabang seni lukis kaligrafi.
“Sehingga dengan banyaknya lomba tersebut saya tertarik untuk mengembangkan ekstra melukis kaligrafi di Ponpes Manba’ul Ulum. Dengan begitu bisa diartikan bahwa seni kaligrafi hari ini yang patut kita banggakan dan bisa dijadikan pengembangan bakat juga karir profesional di bidang kaligrafi,” beber Dewan Hakim MTQ Provinsi Jatim ini.
Lebih lanjut, Gus Imron menerangkan bahwa sebelum masuk ke seni lukis kaligrafi ada tujuh hal basic yang harus dipelajari. Mulai dari Naskhi, Tsuluts, Diwani, Farisi, Diwani Jali, Riq’ah, dan Kufi. Tujuh hal tersebut adalah jenis kaligrafi Arab.
“Ibarat belajar musik harus mengerti not terlebih dahulu. Dan hal itulah yang saya ajarkan pada anak-anak di Ponpes Manba’ul Ulum,” imbuhnya.
Sebagai mentor seni kaligrafi, saat ini ada 20 murid belajar kepadanya di Manba’ul Ulum. Dengan waktu seminggu dua kali. Yakni pada Rabu dan Jumat dengan lama waktu pembelajaran dua jam karena anak-anak harus sekolah.
Untuk karya yang telah ia buat tentunya sudah mencapai ratusan. Mulai dari kaligrafi tradisional yang memakai kaidah-kaidah ketat, serta juga ada kaligrafi kontemporer.
Tidak hanya melukis dan karyanya mampu menembus pameran ke luar negeri. Gus Imron ternyata juga ahli membuat sketsa kaligrafi untuk ornamen-ornamen masjid di berbagai daerah. Bahkan salah satu ukuran kaligrafi di ornamen masjid An Nur Kota Batu adalah karyanya.
Total sudah ada belasan masjid yang sudah dibuatkan ornamen kaligrafi. Mulai dari ornamen yang terbuat dari semen, kayu hingga dari plastik akrilik yang dipadu dengan sinar lampu. Menurutnya saat ini pasar u i kaligrafi sangat terbuka lebar. Sehingga permintaan terhadap karya seni kaligrafi terus meningkat.
Ia pun menjelaskan, bahwa seni kaligrafi sejatinya adalah seni kuno yang dirupakan dalam bentuk kekinian dan diaplikasikan dalam lukisan yang bermain dengan warna, bidang, desain dan sebagainya. Dalam pengerjaannya sesuai imajinasi seniman itu sendiri.
“Bukan hanya itu, seni kaligrafi bagi saya juga menjadi media untuk menyampaikan dakwah secara humanis, yaitu dari sisi membumikan kaligrafi Al-Qur’an. Pasalnya dakwah tidak harus dengan pidato atau menulis makalah. Tetapi dapat juga dengan menghadirkan Al-Qur’an melalui karya seni lukis,” katanya. Gus Imron juga menegaskan bahwa pameran yang ia ikuti memiliki misi untuk kembali mendekatkan ayat-ayat Al-Qur’an kepada masyarakat melalui karya kaligrafi. Masalah apakah karya miliknya laku atau tidak adalah urusan belakang. Karena baginya yang penting adalah dakwah. (eri/van)