Merajut payung batik membawa Ernawati dikenal. Tak sekadar prestasi tapi karyanya. Payung hasil rajutan warga Kota Batu itu kini dibawa ke berbagai daerah. Tujuannya untuk dikenalkan di sejumlah pameran.
========
Ernawati sedang bahagia. Ia baru saja mencatatkan prestasi. Yakni memenangkan Festival Payung Indonesia (Fespin) 2022 kategori kreatif payung batik.
“Kegiatannya 2-4 September lalu di Pura Mangkunegaran Solo,’’ katanya mengawali cerita. Mulanya dia tidak menyangka bakal juara. Sebab karya peserta Fespin 2022 sangat bagus-bagus.
“Makanya saat nama saya disebut sebagai pemenang kategori kreatif saya langsung kaget,’’ ungkapnya. Wanita asal Kelurahan Temas Kota Batu ini mengaku Fespin 2022 merupakan Festival Payung Indonesia ke 2 yang diikutinya. Tahun 2019 lalu, Erna, sapaan akrab Ernawati juga mengirimkan karya. “Tahun 2019 lalu saya kirim satu karya. Kegiatannya di pelataran Candi Prambanan. Dari 188 peserta karya saya masuk 25 besar terbaik,’’ ungkapnya.
Pengalaman itulah yang membuat Erna bertekad kembali ikut di Fespin 2022 setelah dua tahun event ini tak digelar karena pandemi Covid-19. Dia ikut bersama 98 peserta lainnya. Tema yang diusung Fespin 2022, ‘Kingdom and Umbrella’. Fespin 2022 ini digelar oleh Mataya Art And Heritage.
Seperti tahun 2019 lalu, Erna mengirimkan karya payung rajut. Menggunakan benang rajut berwarna dasar krem dikombinasikan warna cokelat di tepiannya. Dia merajut sendiri payung berdiameter 80 sentimeter tersebut.
Dikatakan Erna tidak ada yang sulit saat merajut. Termasuk membubuhkan motif batik pada payung rajutannya.
“Pertama yang jelas buat sketnya dulu. Baru kemudian menyediakan bahan, dan mulai merajut,’’ katanya.
Ada empat motif batik yang dibuat untuk payung rajutannya. Yaitu parang barong, mega mendung, kawung dan gajah uling.
“Kalau sulit sih tidak, karena sudah ada sketnya. Tinggal merajut saja, jika bahan-bahannya sudah lengkap,’’ tambahnya.
Payung dengan 20 jari itu dibuat Erna selama 15 hari. Setiap hari dia merajut. Tidak jarang wanita berkerudung ini membongkar rajutan payungnya. Itu karena bentuknya yang kurang proporsional.
Untuk merajut payung dia memulai dari lingkar paling kecil. Hingga kemudian melingkar luas di bagian bawah. Karena itulah, kadang dia merasa tidak pas dengan rajutannya. Sehingga harus membongkar dan memulai kembali rajutannya.
Namun demikian, rasa lelah saat merajut terbayarkan saat dinobatkan sebagai pemenang kategori kreatif. “Kaget saat nama saya disebut. Sama sekali tidak menyangka, karena melihat payung milik peserta lainnya sangat bagus-bagus, motifnya juga beragam,’’ ungkapnya.
Erna mengatakan saat ikut Fespin 2022 dia tidak ambisi mendapatkan juara. Niatnya ingin mengenalkan payung rajut kepada khalayak luas.
“Seni rajut ini tidak hanya bisa dipakai untuk pakaian, jaket atau topi. Tapi juga payung juga bisa,” tutur Erna.
Seiring mendapat gelar juara kategori kreatif, payung karyanya dibawa panitia keliling nusantara. Diperkenalkan di setiap event sektor kreatif. Bahkan beberapa waktu lalu, Erna mengatakan payungnya juga dipamerkan di Canggu, Bali.
“Kalau ada event pameran diikutkan pameran. Terus seperti itu, di daerah-daerah lain. Mungkin setahunan dikembalikan ke saya,” urainya.
Skill Erna merajut payung itu sebenarnya bermula dari hobi. Ia sejak kecil, persisnya sewaktu di bangku SD sudah tertarik merajut. Apalagi ada pelajaran merajut.
Menurut dia, merajut merupakan kegiatan sangat menyenangkan. Sebab bisa membuat beragam benda kerajinan tangan yang unik dan menarik.
“Kalau dulu hanya merajut saja. Seperti tempat make up saya buat dengan rajutan, dan benda lainnya,’’ tambahnya.
Baru tahun 2017 Erna yang sekarang tinggal di Jalan Patimura Kota Batu ini mulai menekuni secara intens. Karya-karyanya dikenalkan kepada publik melalui berbagai pameran. Dari hobi inilah ia mendapat penghasilan. (ira ravika/van)