Pemilik dan Pegawai Jarang Bersosialisai dengan Sekitar
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kasus dugaan penyekapan seorang pegawai toko di Wajak oleh majikan asal Bululawang masih belum temui titik terang. Apalagi, tak kunjung ada kata damai dari kedua belah pihak. Sedangkan kepolisian masih menelusuri saksi. Di kalangan warga, desas-desus korupsi justru mencuat lebih dulu. Usai itu, toko tempat bekerja terduga korban tutup.
Sebelumnya, FCA pemilik toko diadukan oleh pegawainya GR ke Polres Malang atas dugaan penyekapan. Namun sang majikan mengelak dan justru mengadukan balik GR atas tuduhan penggelapan uang.
Toko di mana sang majikan diduga melakukan penyekapan (toko induk, red) berlokasi di Desa Bululawang Kecamatan Bululawang. Sedangkan tempat kerja sang pegawai GR berada di Jalan Cokroaminoto Desa/Kecamatan Wajak.
Menurut pantauan Malang Posco Media, Di Bululawang kesibukan aktivitas toko induk sangat tampak setiap harinya. Para pegawai toko lalu-lalang keluar masuk toko grosir besar di dekat Pasar Bululawang itu. Mereka terbagi dari beberapa bagian, baik kasir, buruh angkut sampai sopir kendaraan muatan.
Saat ditemui sejumlah saksi dari pekerja toko mereka mengaku tak banyak tahu-menahu dengan kasus yang melibatkan bosnya itu. Apalagi sudah lama sang pegawai, yakni terduga korban penyekapan (GR) sudah tidak bekerja di toko induk. Meski sempat mengenali GR, sejumlah pekerja tak akrab.
“Orangnya tidak banyak bergaul, kondisi toko juga sibuk setiap hari,” ujar salah satu pegawai yang ditemui di Bululawang, Selasa (12/4).
Ia yang meminta namanya disamarkan itu menuturkan pihaknya tak banyak berinteraksi dengan pegawai yang berkutat di dalam toko. Dirinya sendiri banyak mengirim barang ke luar dan hanya bongkar muat saat dibutuhkan.
“Sempat ramai katanya ada uang hilang, tetapi tidak tahu pasti,” ringkasnya.
Sementara, tetangga di sekitar toko infuk di Bululawang tak banyak yang mengaku. Saat ditanya mengenai kasus yang melibatkan FCA sang majikan toko, mereka mengelak untuk memberikan informasi.
“Nggak tahu kalau saya, kalau nanti ada apa-apa juga tidak mau ikut,” jelas tetangga sebelah toko. Dia juga tak berkenan disebutkan namanya. Seperti ditelusuri, toko tersebut berdekatan dengan pasar. Aktivitasnya tak jauh dari jual beli grosir sembako pagi hingga sore. Dan masyarakat disana hanya sekadar mengetahui siapa pemilik toko namun tidak mengenal dengan dekat.
“Orangnya biasa saja, baik, tidak banyak interaksi jadi tidak begitu kenal,” kata tetangga tadi. Menurutnya, setiap toko yang ada di deretannya memang cenderung tak banyak komunikasi.
Di sisi lain, toko tempat GR bekerja di Jalan Cokroaminoto Wajak, tampak sangat sepi. Disamping toko tersebut tepat berdiri sebuah toko peralatan jahit dan plastik. Toko dengan cat gerbang cokelat itu tak terdengar aktivitas sedikitpun.
Tetangga sekitar mengatakan toko sempat buka sejak tahun 2021 lalu. Namun akhir-akhir ini toko tak pernah dibuka. Para pegawai sempat memindah banyak barang dari toko yang bernama Toko Baru itu kembali ke toko induk di Bululawang.
Isa, salah satu tetangga toko yang membuka usaha stiker mengatakan, meski sudah lama toko tersebut beraktivitas, dirinya tak pernah mengenal baik para penjaga toko maupun kepala toko (GR).
“Kalau pas buka sangat sibuk bongkar muat barang, dan beberapa pegawai toko termasuk kepalanya perempuan,” kata Isa. Isa menyampaikan warga sekitar toko sendiri pun tidak mengetahui secara rinci siapa-siapa saja yang bekerja di toko itu.
“Sesekali beli kebutuhan kecil di toko samping. Banyak pekerjanya, perempuan juga, tatoan,” jelasnya menggambarkan pandangan cukup negatif warga. Isa mengaku hanya sedikit orang yang diketahuinya, termasuk GR.
“Kalau tidak salah GR itu kepala tokonya, sempat dengar kasus uang hilang itu,” katanya. Isa mengatakan, kasus mengenai penyekapan tak pernah didengarnya. Apalagi sampai ada saling lapor.
Tetangga lain, yang tinggal di belakang toko grosir, Ainul, menerangkan dia mengenal GR sebagai pribadi yang tertutup. Tidak banyak bicara. Ia menyebut, toko grosir itu tutup sekitar dua bulan lalu. Di mana kasus yang pertama mencuat di kalangan tetangga adalah kasus korupsi.
“Pertama kali dengar kasus korupsi jumlahnya kalau tidak salah Rp 1 miliar,” ucapnya. Tak terlalu lama setelah kasus itu mencuat, para pegawai toko tersebut memindahkan barang seisi toko keluar.
“Pas ditanya pindah kenapa, katanya banyak tikusnya (korupsi), setelah hari itu tidak ada lagi,” tutur Ainul. Setelah itu, ia juga sempat mendengar ada bentuk kasus serupa di toko cabang lain tetapi tidak ada yang berani memastikan.
“Hanya dengar kasus korupsi, kalau ada penyekapan tidak pernah dapat informasi,” tukasnya. Kasus ini masih ditangani oleh Polres Malang. Pihak kepolisian masih melakukan upaya damai namun kedua pihak teguh untuk dibuktikan oleh penyidik. (tyo/ggs)