MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Angka kasus HIV/AIDS di Kota Malang relatif masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Berdasar data terakhir dari Dinkes Kota Malang, sepanjang tahun 2024 ini sudah ada sekitar 600 orang yang terdiagnosis positif HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Ini lebih tinggi dibandingkan November 2023 yang hanya mencatat 512 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif menyebut, kondisi saat ini total sudah ada ribuan orang yang mengidap HIV/AIDS dan menjalani pengobatan di Kota Malang. Mereka menjalani pengobatan di rumah sakit maupun puskesmas yang ada di Kota Malang.
“Ada 2.000-an pengidap HIV/AIDS yang masih menjalani pengobatan. Di Kota Malang sendiri ada 16 puskesmas dan beberapa rumah sakit yang memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS. Bahkan, Puskesmas Dinoyo dan Puskesmas Pandanwangi menyediakan layanan ekstra, bisa diakses oleh klien di luar jam layanan reguler. Sehingga kami bisa melayani mulai pukul 13.00 WIB hingga 19.00 WIB,” ungkap Husnul, kemarin.
Karena ini penanganan HIV/AIDS ini merupakan salah satu program nasional, maka dikatakan Husnul, yang mengakses layanan di puskesmas itu pun tidak hanya warga ber-KTP atau berdomisili di Kota Malang saja. Namun juga bisa diakses warga Malang Raya dan bahkan juga ada dari luar Malang Raya.
Tidak hanya itu saja, untuk mencegah HIV/AIDS ini pihaknya juga menggandeng sejumlah komunitas peduli HIV/AIDS. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS. Hal itu menjadi salah satu upaya untuk menekan angka penularan.
“Kita harus berikan hak-hak mereka yang setara. Hilangkan stigma negatif, jangan ada diskriminasi,” tutur dia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Miefta Eti Winindar, menambahkan tiap harinya di Kota Malang ditemukan setidaknya satu kasus baru HIV/AIDS. Hal ini mencerminkan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dan menjalani pengobatan.
Namun, Miefta juga mengingatkan pentingnya edukasi pada anak muda untuk menghindari perilaku berisiko, seperti seks bebas dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril. “Dalam sebulan, rata-rata ada 30 kasus baru. Jadi rata-rata sehari ada 1 pasien baru. Sehingga ini menunjukkan bahwa pencegahan dan edukasi harus terus ditingkatkan,” ucap Miefta. (ian/aim)