MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Problematika kekerasan berbasis gender, khususnya kekerasan seksual masih menjadi realitas pelik di Kabupaten Malang. Tingginya angka kekerasan seksual ditengarai masih mengalami kenaikan signifikan di tahun 2022. Bupati Malang, M. Sanusi menyebut jumlahnya paling banyak nomor satu di banding Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Bupati Malang saat melantik pejabat fungsional Kepala Sekolah di lingkungan Kabupaten Malang di Pendopo Kabupaten Malang, Rabu (13/7) lalu. Diharapkan lembaga sekolah terus menekankan edukasi moral kepada anak didik. Tak lain agar kekerasan bisa diminimalisir.
Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Satuan Reserse dan Kriminal (UPPA Satreskrim) Kepolisian Resor Malang, Aipda Nur Leha membenarkan bahwa tren kekerasan seksual tahun 2022 naik signifikan.
Dikatakan, sejak Januari hingga Juli 2022 jumlah kekerasan pada anak di Kabupaten Malang sebanyak 135 perkara.
“Dari Jumlah itu, yang kami tangani sebanyak 40 perkara,” ungkapnya saat ditemui, Senin (25/7).
Sedangkan jumlah kekerasan seksual yang terjadi pada anak di bawah umur jumlahnya sebanyak 35 perkara. Lima kasus di antaranya tercatat yang menjadi pelaku juga adalah anak-anak.
Dibanding tahun 2021, diperkirakan Leha, praktik kekerasan pada anak akan meningkat hingga 50-100 persen. Sebab di tahun itu, jumlah kekerasan seksual secara akumulasi dalam satu tahun hanya 125 perkara.
“Sedangkan tahun ini, hingga bulan Juli saja, belum genap satu tahun sudah melebihi tahun lalu,” jelasnya.
Mengenai penyebab naiknya tren kekerasan seksual itu, dikatakan bahwa mayoritas disebabkan karena kurangnya kasih sayang orang tua. Seperti faktor perceraian orang tua serta akibat orang tua merantau ke luar negeri.
“Sehingga, anak akan dirawat oleh neneknya atau ayahnya. Maka kasih sayang kepada anak pastinya akan berkurang dibanding jika dirawat oleh ibu kandungnya sendiri,” tukas Leha.(tyo/ggs)