MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Niken Krisdianti, 23 tahun warga Dusun Bedali RT 30 RW 10 Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir Kabupaten Malang memilih tidak membawa kasus kematian Kusenan, 60 tahun, ayahnya ke ranah hukum. Sekalipun warga Desa Salisodo tidak menerima kematian Kusnan, namun Niken mengaku telah menerima. Dia juga mengklarifikasi bahwa Kusenan, ayahnya meninggal lantaran sakit jantung.
“Saya mengklarifikasi, bahwa ayah saya Pak Kusenan meninggal tidak karena dianiaya. Tapi sakit jantung. Ini dibuktikan keterangan dokter RS Panti Waluyo yang memeriksa saat kami membawa ayah kami kesana Senin (13/10),’’ ungkapnya.
Niken Krisdiyanti memberikan klarifikasinya saat hadir dalam mediasi yang difasilitasi Kepala Desa Dalisodo di Balai Desa Dalisodo Selasa (14/10). Dia mengelak jika ayahnya Kusenan dianiaya AT, 37 tahun kakaknya dan RAI, 15 tahun keponakannya.
Sebaliknya, AT dan RAI yang merupakan bapak dan anak itu menganiaya dirinya. Sementara sang ayah melerai. “Kalau ada luka di sudut bibir itu saya tidak tahu kenapa. Tapi saya pastikan kakak tidak melakukan pemukulan kepada ayah. Saya berani bersumpah untuk itu,’’ ujarnya.
Secara tegas, Niken yang saat ini sedang hamil mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi Minggu (12/10) sekitar pukul 17.00. Saat itu AT hendak keluar rumah, dan ditegur oleh Niken. Teguran itu membuat AT tersulut emosi, yang kemudian terjadi percekcokan. AT yang geram kemudian memukuli Niken. Bahkan saat itu AT juga dibantu oleh RAI bersama-sama memukuli Niken hingga dirinya terjatuh.
“Saya teriak minta tolong. Kemudian ayah datang kaget. Beliau langsung memegangi kakak agar tidak memukul saya lagi,’’ kata Niken.
Saat itu AT sempat berontak. Dia tidak terima tubuhnya dipegangi oleh Kusenan untuk menjauhi Niken. Dalam kondisi memegangi tubuh AT, Kusenan juga berteriak meminta tolong. Teriakan itupun didengar Kristiono, warga Dusun Precet, Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir yang saat itu sedang lewat. Niken tidak mengelak jika Kristiono yang membantunya berdiri.
“Itu cerita yang sebenarnya. Tidak ada penganiayaan yang dilakukan kakak ke ayah saya. Kalaupun ada luka robek dibibir, saya tidak tahu. Bisa saja terkena siku kakak tanpa sengaja. Karena saat itu kakak terus berontak saat tubuhnya ditarik oleh ayah,’’ ungkapnya.
Niken mengaku ayahnya sempat meminta dirinya menghubungi Nur Cholis, mertuanya yang juga purnawirawan TNI. Kepada Nur Cholis, Kusnan meminta tolong agar melaporkan AT ke polisi. “Ayah ingin memberikan efek jera kepada kakak. Meminta ayah mertua saya untuk melapor ke polisi,’’ ungkap Niken.
Nur Cholis pun melapor ke Polsek Wagir. Tidak lama setelah itu Kusenan dibawa ke Puskesmas Wagir untuk pemeriksaan. “Saat di Puskesmas Wagir, tensi ayah sangat tinggi. Sehingga kami membawa pulang ayah, agar beristirahat, dan jika tetap ingin melapor dapat kembali besok paginya,’’ ungkap Niken.
Keesokan harinya, Kusnan bangun dengan kondisi sehat, dan sempat ke kandang yang ada di belakang rumahnya. “Pukul 06.00 ayah pulang. Tapi kondisinya drop. Keringatnya mengucur deras. Ayah juga sempat mengatakan kepalanya pening, dan sekujur tubuhnya kepanasan,’’ ucap Niken.
Melihat kondisi ayahnya yang drop, Niken membawanya ke RS Panti Waluyo Kota Malang. Tapi naas, di perjalanan Kusenan menghembuskan nafas terakhir. “Ayah meninggal di perjalanan menuju RS. Saat itu dokter sempat melakukan pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaan menyebutkan bahwa ayah meninggal karena serangan jantung,’’ ungkap Niken sembari mengusap air matanya. (ira/udi)